Inibaru.id – Semenjak status Gunung Slamet dinaikkan levelnya dari Level 1 (Normal) ke Level 2 (Waspada) oleh Pusat Volkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PBMBG) Kementerian ESDM, warga di lereng gunung tersebut pun jadi cemas. Apalagi, selama ini ada mitos yang berkembang di masyarakat kalau sampai Gunung Slamet meletus, bisa membelah Pulau Jawa.
Ukuran Gunung Slamet memang cukup besar karena masuk dalam wilayah Brebes, Pemalang, dan Tegal yang ada di kawasan Pantai Utara (Pantura) Jawa. Di sisi lain, gunung ini juga masuk wilayah Banyumas dan Purbalingga yang lebih dekat dengan Pantai Selatan. Lokasinya yang ada di tengah-tengah Pulau Jawa membuat ramalan Jayabaya ratusan tahun yang lalu terkesan ada benarnya.
Padahal, juru kuci Gunung Slamet Warsito yang tinggal di Desa Simereng, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang pernah membantah mitos tersebut. Bantahan ini diungkap dalam jurnal penelitian yang dibuat seorang guru SMK Mulia Bakti Purwokerto bernama Nachdiewnda Oktavianna Ariza.
Dalam jurnal tersebut, Warsito menyebut sejumlah wilayah di dekat puncak Gunung Slamet berisiko terkena debu dan awan panas jika Gunung Slamet meletus, layaknya kebanyakan letusan gunung di Indonesia. Dia pun menyebut mitos letusan gunung ini bisa membelah Pulau Jawa sebagai hal yang dibesar-besarkan.
Hal serupa diungkap ahli vulkanologi dari Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Fadlin. Menurut hasil penelitian yang dilakukan tim dari Teknik Geologi Unsoed, erupsi Gunung Slamet bersifat “strombolian” atau percikan kembang api yang nggak begitu berbahaya. Dia juga menyebut percikan ini kemungkinan hanya membahayakan wilayah dalam radius kurang lebih 1 kilometer dari puncak dan jauh dari permukiman warga.
Upaya Menangkal Erupsi
Meski sudah ada banyak bantahan bahwa erupsi Gunung Slamet nggak begitu berbahaya, warga RT 5 RW 1 Desa Babakan, Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga, tetap berusaha untuk mencegah terjadinya letusan Gunung Slamet. Caranya adalah dengan melakukan tradisi memasak bersama “jangan gandul”. FYI aja nih, jangan gandul adalah istilah Bahasa Jawa bagi Sayur Pepaya, Millens.
“Ini sudah jadi tradisi turun temurun. Warga percaya dengan memasak bersama jangan gandul, Gunung Slamet nggak jadi meletus,” ungkap Ketua RT Muhammad Ainurasyid sebagaimana dilansir dari Serayunews, Senin (23/10/2023).
Mengapa memilih jangan gandul? Hal ini disebabkan oleh adanya makna lain dari kata “gandul” dalam Bahasa Jawa yang berarti “bergantung”. Makna ini dianggap sama dengan simbol doa.
“Dengan memasak gandul, kami menggantungkan keselamatan ke Yang Maha Kuasa agar Gunung Slamet nggak jadi meletus. Kami juga sengaja memasaknya dengan pawon dan kayu bakar,” lanjutnya.
Kali terakhir Gunung Slamet mengeluarkan lava pijar adalah pada Mei sampai Juni 2009 lalu, Millens. Layaknya yang diungkap para ahli dan juru kunci, skalanya nggak berbahaya. Sepuluh tahun sebelumnya, gunung ini juga mengalami letusan yang nggak membahayakan. Semoga saja peningkatan aktivitas Gunung Slamet tahun ini juga bisa segera mereda, ya! (Arie Widodo/E10)