Inibaru.id - Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang akan kembali menggelar Sesaji Rewanda pada Sabtu, 12 April 2025 besok. Menurut rencana, tradisi tersebut akan dimulai pada pukul 07.00 hingga 10.00 WIB di Kelurahan Kandri, Kecamatan Gunungpati.
“Kirab Sesaji Rewanda akan dibuka langsung oleh Wali Kota Semarang, Ibu Agustina, yang akan berjalan beriringan menuju lokasi sesaji,” terang Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Wing Wiyarso, Jumat (11/4).
Begitu tiba di lokasi pemberian sesaji, rombongan kirab akan dihibur oleh penampilan Tari Bambu Krincing dan kisah sejarah mengenai Goa Kreo. Setelah itu giliran Tari Wanara Parisuka yang tampil, kemudian diakhiri dengan pemotongan tumpeng dan ngalap berkah.
Sedikit informasi, Sesaji Rewanda merupakan tradisi yang telah dimulai sejak abad ke-15, bertepatan dengan waktu ketika Sunan Kalijaga yang merupakan tokoh penting dalam perkembangan Islam di Jawa itu tengah berusaha membangun sebuah tempat ibadah yang sekarang terkenal sebagai Masjid Agung Demak.
'Angpao Lebaran' untuk Para Monyet
Wing mengatakan, Sesaji Rewanda memiliki berbagai makna dan tujuan yang sangatlah mendalam. Jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, sesaji rewanda bisa diartikan sebagai “memberi hadiah kepada monyet”.
Menurutnya, hal ini mencerminkan pentingnya menjaga hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam. Manusia sebagai pemimpin di muka bumi memiliki tanggung jawab yang besar untuk merawat alam dan semua makhluk yang hidup di dalamnya.
"Dengan memberikan ‘hadiah’ kepada para monyet yang tinggal di Goa Kreo, masyarakat tidak hanya merayakan kemenangan setelah Ramadan, tapi juga menyampaikan pesan penting tentang keharmonisan dengan alam,” tuturnya.
Biasanya, perayaan ini berlangsung mulai tanggal 3 Syawal, dengan puncak prosesi kirab pada 7 Syawal. Acara dimulai dengan rombongan yang berarak dari desa ke Goa Kreo yang merupakan tempat tinggal monyet-monyet yang dihormati dalam perayaan ini.
Makan Segunungan bersama Monyet
Sebelum mencapai Goa Kreo, empat orang berkostum monyet akan melakukan tarian yang menghibur dan memberikan semangat kepada peserta. Di belakang mereka, terdapat replika kayu jati yang melambangkan peran penting monyet kala membantu Sunan Kalijaga memindahkan kayu jati.
Ketika rombongan tiba di Goa Kreo, prosesi kirab dimulai dengan doa-doa yang dipimpin oleh tokoh-tokoh adat sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan.
Setelah prosesi doa selesai, acara dilanjutkan dengan anak-anak dari komunitas setempat mengenakan kostum monyet dan berpartisipasi dalam perayaan dengan tarian yang menggambarkan peran monyet dalam membantu Sunan Kalijaga.
Setelah prosesi selesai, sejumlah gunungan setinggi 2,5 meter yang dibawa, yang berisi berbagai hidangan tradisional termasuk “sego kethek” atau nasi monyet dibagikan kepada para monyet sebagai simbol rasa terima kasih. Sego kethek berisi nasi dengan sayuran dan lauk tahu-tempe yang dibungkus daun jati.
Selama pembagian gunungan, semua yang hadir, termasuk para monyet, bergabung dalam perayaan ini, menciptakan atmosfer persatuan yang menguatkan makna perayaan Sesaji Rewanda.
Kalau besok mau datang ke kirab budaya Sesaji Rewanda ini, jangan lupa bangun pagi ya! (Murjangkung/E10)