Inibaru.id - Masjid Jami Darul Muttaqien di Purworejo memiliki sebuah artefak bersejarah yang sangat istimewa, yaitu sebuah bedug raksasa yang dikenal dengan nama Bedug Pendowo atau Kiai Bagelen. Konon, bedug ini merupakan salah satu bedug terbesar di dunia, yang memiliki sejarah panjang menarik.
Adalah bupati pertama Purworejo yaitu KRA Tjokronagoro I yang berinisiatif membuatnya pada 1834. Saat itu, pembangunan Masjid Agung Purworejo telah selesai, dan sang bupati memutuskan untuk membuat sebuah alat sebagai penanda waktu salat. Bahan untuk membuat bedug ini dipilih dari kayu jati yang berasal dari Dusun Pendowo, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo.
“Kemudian diadakan sayembara siapa yang bisa membuat bedug tersebut dan membawanya hingga masjid ini. Akhirnya, dengan dipimpin oleh Muhammad Irsyad yaitu menantunya Patih Tjokrojoyo, bedug dibuat dari kayu jati utuh yang besar,” kata Takmir Masjid Agung Darul Muttaqin, Katobi dikutip dari GNFI, Rabu (20/3/2024).
Proses pembuatan bedug dilakukan di Dusun Pendowo, dengan menggunakan pohon jati tua yang memiliki cabang lima. Oleh karena itu, bedug ini dinamakan Bedug Pendowo, sesuai dengan jumlah tokoh dalam tokoh pewayangan Pandawa Lima.
Namun, pembuatan bedug ini cukup sulit, Millens. Setelah selesai dibuat, masalah baru muncul, yaitu bagaimana cara memindahkannya ke Masjid Agung yang berjarak sekitar 9 km. Untuk mengatasi masalah ini, Bupati Tjokronagoro I menunjuk seorang bernama Kiai Haji Muhammad Irsyad untuk memimpin proyek tersebut.
Untuk menghibur dan memberi semangat para pekerja yang membawa beduk raksasa itu, maka dalam setiap pos pemberhentian ada hiburan berupa tarian tayub. Setelah melewati tujuh pos, beduk akhirnya sampai di Masjid Agung.
Ukuran Bedug
Ditulis Detik (22/5/2022) beduk ini memiliki panjang rata-rata 292 cm, garis tengah depan 194 cm dan garis tengah belakang 180 cm. Untuk keliling bagian depan, beduk ini memiliki panjang 601 cm dan keliling bagian belakang 564 cm. Nggak salah ya jika disebut bedug terbesar di dunia?
Lantaran penampakannya itu, Bedug Pendowo menjadi salah satu kebanggaan bagi Masjid Jami Darul Muttaqien. Meskipun sempat mengalami kerusakan pada tahun 1936, bedug ini masih terus digunakan hingga sekarang.
Bedug Pendowo menjadi bagian integral dalam kehidupan masyarakat setempat, ditabuh pada berbagai kesempatan seperti salat harian, perayaan Idulfitri dan Iduladha, acara keagamaan, serta peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
Dengan kulitnya yang terbuat dari kulit banteng tua, meskipun kemudian diganti dengan kulit sapi, suara bedug ini tetap menggema dan menjadi bagian yang menyatu dengan kehidupan masyarakat Purworejo.
Betewe, kamu penasaran nggak dengan bedug raksasa ini, Millens? (Siti Zumrokhatun/E10)