BerandaTradisinesia
Rabu, 20 Agu 2025 09:01

Metri Tuk, Cara Warga Lereng Merapi di Boyolali Merawat Alam dan Warisan Leluhur

Penulis:

Metri Tuk, Cara Warga Lereng Merapi di Boyolali Merawat Alam dan Warisan LeluhurArie Widodo
Metri Tuk, Cara Warga Lereng Merapi di Boyolali Merawat Alam dan Warisan Leluhur

Tradisi metri tuk di Boyolali. (Radar Solo)

Setiap tahun, warga Desa Cluntang, Kecamatan Musuk, Boyolali, menggelar tradisi metri tuk alias membersihkan sumber mata air. Seperti apa ya jalannya tradisi unik ini?

Inibaru.id – Di lereng timur Gunung Merapi, tepatnya di Dukuh Gondang, Desa Cluntang, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, ada satu tradisi yang terus bertahan meski zaman terus bergerak maju. Namanya “metri tuk”, sebuah ritual tahunan yang dilakukan warga sebagai wujud syukur sekaligus bentuk kepedulian terhadap sumber air yang menjadi nadi kehidupan mereka.

Bagi warga sekitar, tuk alias mata air bukan sekadar sumber air bersih. Ini adalah warisan alam yang mesti dijaga bersama, bukan hanya untuk hari ini, tapi juga untuk anak cucu nanti.

“Tradisi ini bukan cuma soal budaya. Ini bentuk cinta kami pada alam,” ujar Slam, tokoh pemuda setempat, saat ditemui di sela kegiatan metri tuk sebagaimana dinukil dari Detik, Jumat (15/8/2025).

Turun ke Dasar Jurang Demi Air Bersih

Sumber air yang menjadi pusat kegiatan metri tuk terletak di dasar jurang sedalam kurang lebih 70 meter. Letaknya yang cukup ekstrem justru menjadi bukti tekad warga menjaga kelestariannya.

Setiap tahun, warga Dukuh Gondang dan Dukuh Cluntang turun membersihkan blumbang atau bak penampung air dari lumut dan kotoran. Setelah itu, mereka membawa tumpeng, lauk-pauk, serta ayam panggang untuk dipersembahkan dalam ritual doa bersama.

“Setelah didoakan, semua makanan disantap bersama sebagai simbol rasa syukur,” jelas Slam.

Warga menuruni jurang demi membersihkan mata air sumber air bersih. (Radarsolo)
Warga menuruni jurang demi membersihkan mata air sumber air bersih. (Radarsolo)

Tradisi ini nggak cuma soal sesaji dan doa-doa. Ada juga aksi nyata berupa penanaman pohon di sekitar mata air. Menurut Slam, penanaman ini penting untuk menjaga kelestarian ekosistem sekitar dan memastikan pasokan air tetap stabil.

“Kami percaya, merawat alam berarti merawat hidup kami sendiri,” ungkapnya.

Siangnya, acara berlanjut di rumah ketua RT dengan kenduri bersama. Setiap keluarga datang membawa asahan, berupa nasi dan lauk sebagai wujud kebersamaan dan gotong royong yang masih lekat di masyarakat.

Tetap Mengalir di Tengah Kemarau

Air dari Tuk Gondang ini jadi andalan sekitar 400 warga di dua dukuh tersebut. Digunakan untuk kebutuhan sehari-hari hingga mengairi ternak, aliran airnya tak pernah berhenti bahkan saat kemarau panjang melanda.

Inilah yang membuat metri tuk dianggap lebih dari sekadar budaya. Ini adalah bentuk kearifan lokal yang sarat makna dan nilai ekologis.

“Lewat tradisi ini, kami ingin generasi muda tahu pentingnya menjaga lingkungan. Mata air ini bukan hanya milik kami hari ini, tapi juga milik mereka di masa depan,” tutur Slam penuh harap.

Di tengah derasnya modernisasi, tradisi seperti metri tuk jadi penanda bahwa harmoni antara manusia dan alam masih hidup di lereng Merapi. Ternyata, masih ada komunitas yang sadar, bahwa menjaga alam bukan tugas pemerintah saja, tapi juga tanggung jawab bersama. Keren banget ya, Gez? (Arie Widodo/E07)

Tags:

Inibaru Indonesia Logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Sosial Media
A Group Member of:
medcom.idmetro tv newsmedia indonesialampost

Copyright © 2025 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved