Inibaru.id – Sejak zaman nirleka, batu akik (gemstone) telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Nggak hanya dijadikan manik-manik untuk hiasan, batu setengah mulia itu juga menjadi bagian dari ritual kematian yang ikut dikubur saat mereka meninggal.
Pada zaman Hindu-Budha, akik juga turut dipendam bersama logam-logam dan sesaji di bawah candi sebagai bagian dari ritual. Batu akik diketahui menjadi barang yang diperjualbelikan sebagai perhiasan sekitar 1930-an, salah satunya di wilayah Kedu, Jawa Tengah.
Perlahan, batu akik mulai digemari masyarakat. Banyak yang mencari. Banyak pula makelar yang membeli batu untuk dijual kembali dengan harga yang jauh lebih mahal. Pada masa-masa tertentu, harga batu akik juga bisa melambung tinggi lantaran banyak yang mencari.
Namun, terlepas dari harganya yang mahal, batu akik memang molek dipandang. Warna, bentuk, dan coraknya macam-macam, tentu saja dengan sebutan yang berbeda-beda. Konon, hampir seluruh wilayah di Tanah Air memiliki batu akiknya sendiri.
Ismanto, salah seorang penjual akik asal Kota Semarang, mengatakan, nama batu akik bisa bermacam-macam, bergantung pada warna, corak, dan jenis batuan akiknya.
“Misal, di daerah Pacitan, ada satu desa yang merilis akik Kiaman, Sulaiman, dan Kolang-kaling. Meski satu daerah, karena warna, corak, dan jenis batunya berbeda, namanya pun beda," terangnya.
Harus Pintar-Pintar Merawat
Banyaknya nama batu akik yang ada di Indonesia membuat para kolektor nggak berhenti memburu batu yang dianggap setengah mulia karena memiliki tingkat kekerasan kurang dari 7 Mohs itu. Sebagian dari mereka bisa mengoleksi hingga puluhan, bahkan ratusan.
Merawat batu akik tentu bukan perkara mudah, meski nggak bisa dibilang sulit. Apa saja yang perlu diperhatikan?
1. Simpan di Kotak Khusus
Ismanto mengatakan, sejatinya nggak ada tempat dengan bahan yang spesifik untuk menyimpan batu akik. Menurutnya, asal ada kotak khusus untuk penyimpanan, sudah cukup. Perlakuannya juga nggak perlu berlebihan.
“Kalau mau bersih dan kinclong tinggal dilap saja dengan kain atau kalep sabuk yang dari kulit asli, pasti bakal kinclong dan bagus,” terang lelaki yang terlah berjualan akik sejak 2014 tersebut, sembari tangannya asyik memasang akik pesanan pelanggan ke emban (cincin)-nya.
2. Jangan Lupa Dipoles
Agar batu akik tetap kinclong dan menyala, Ismanto biasanya menyarankan kepada para pelanggannya untuk memolesnya dengan memakai amplas yang paling halus, lalu menggosok batu sesuai dengan bentuk akiknya.
“Kalau pengin tambah mengilap, bisa juga dengan digosok di kain yang sudah ditaburi dengan serbuk inten,” tambahnya. Serbuk inten merupakan jenis serbuk khusus yang umumnya dipakai untuk mengilapkan bebatuan.
3. Sering-Sering Dipakai
Batu akik yang sering dipakai, tutur Ismanto, juga membuatnya lebih berkilau ketimbang yang hanya disimpan dalam kotak. Akik yang dipakai juga lebih mudah dikontrol. Begitu ada bagian yang kotor, langsung dibersihkan.
"Sering-sering saja digosok ke pakaian. Itu bakal bikin akik jadi panas dan tambah mengilap, kok,” bebernya. "Asal batunya asli, sering-sering dipoles nggak bakal pecah atau retak."
Memilih Batu Akik
Batuan mulia dihargai mahal karena tingkat kekerasannya. Intan disebut batu paling mulia karena memiliki skala kekerasan mencapai 10 Mohs. Safir dan rubi berada di bawahnya dengan 9 Mohs, disusul zamrud dengan 7-8 Mohs.
Sementara, akik umumnya memiliki tingkat kekerasan kurang dari 7 Mohs. Namun, batu ini tetap dianggap setengah mulia dan banyak diburu orang karena corak dan warnanya yang unik. Harganya yang mahal juga membuat orang nggak jarang memalsukannya memakai bahan plastik.
Namun, Ismanto mengatakan, membedakan batu akik yang asli dengan palsu bukanlah hal yang sulit. Batu akik berasal dari batu alam yang dipoles, sedangkan batu akik palsu umumnya dari plastik. Jadi, meski sekilas keduanya mirip, batu akik yang asli umumnya punya bobot yang lebih berat.
Untuk bisa memastikan keaslian batu, Ismanto menyarankan, pembeli sebaiknya datang langsung ke pelapak untuk melihat dan memegang batu yang mau dibelinya sendiri. Biar nggak tertipu, sebisa mungkin hindari membeli secara daring.
“Batu asli dengan plastik itu kelihatan. Kalau plastik, kelihatan sekali warnanya mengilap dan terlihat bagus karena memang buatan," kata Ismanto. "Tapi, (batu akik dari plastik) dipegang sangat-sangat ringan.”
Selain batu yang benar-benar palsu, Ismanto menambahkan, ada juga yang nggak sepenuhnya palsu. Jadi, batu akik itu memang batu alam, tapi hanya separuh, karena sisanya adalah kapur. Menurut dia, batu jenis ini juga bisa diketahui saat melihatnya langsung.
"Jika dipoles akan tetap pecah dan retak dengan sendirinya (batu yang separuh kapur)," ungkap dia.
Kualitas batu akik, lanjutnya, selain dari corak dan warna juga dilihat dari tingkat kekerasannya. Skala kekerasan itu bisa diukur menggunakan diamond selector, alat yang juga dipakai untuk mengukur kekerasan intan dan batu mulia lainnya.
Dia yang biasa menggelar lapak di Taman Badak Sompok, Semarang Selatan, juga menggunakan alat ini untuk mengukur membuktikan kualitas batu akik yang dijajakannya.
"Batu akik yang asli dengan tingkat kekerasan terendah sekali pun nggak bakal retak atau pecah kalau jatuh, kecuali benar-benar dipukul atau dihantam sesuatu," simpulnya.
Sedikit trik dan tips dari pelapak batu akik ini lumayan juga ya untuk lebih memantapkan kita untuk memburu batu akik kesayangan. Selamat mencoba ya, Millens! (Kharisma Ghana Tawakal/E03)