inibaru indonesia logo
Beranda
Tradisinesia
Kadung Jatuh Hati, Cincin Batu Akik Bakal Selalu Melingkar di Jari
Senin, 28 Jun 2021 17:51
Bagikan:
Basir, salah seorang pelanggan yang datang ke Taman Badak Sompok Semarang untuk mencari emban yang cocok pada akiknya. (Inibaru.id/ Kharisma Ghana Tawakal)

Basir, salah seorang pelanggan yang datang ke Taman Badak Sompok Semarang untuk mencari emban yang cocok pada akiknya. (Inibaru.id/ Kharisma Ghana Tawakal)

Kendati sudah nggak lagi ngetren, beberapa orang tetap menjadikan cincin batu akik sebagai aksesori wajib sehari-hari. Mau gimana lagi, namanya juga kadung jatuh hati!

Inibaru.id – Cincin batu akik sangat bisa dihubungkan dengan klenik dan praktik-praktik perdukunan yang begitu kental di Indonesia. Sebagian orang memang menganggap mata batu molek berwarna-warni itu menyimpan kekuatan. Maka, banyak orang kemudian memburu cincin ini untuk mencari kekuatan atau pesugihan.

Namun, nggak semua orang berpikir demikian. Banyak orang yang memburu batu alam ini sekadar sebagai aksesori pemanis jari laiknya cincin mutiara atau emas. Sejumlah pesohor Tanah Air, sebutlah misalnya Tessy Srimulat, bahkan selalu mengenakan cincin bermata akik berukuran besar di kesepuluh jarinya tiap manggung.

Mbah Min, salah seorang penjual akik di Taman Badak Sompok Semarang mengatakan, Tessy memang seorang kolektor batu akik. Cincinnya banyak dan selalu dipakainya ke mana-mana. "Mahal-mahal itu," kata dia, belum lama ini.

Seperti intan, ruby, dan safir, akik memang termasuk batu perhiasan, kendati statusnya cuma "setengah mulia" karena umumnya memiliki skala kekerasan kurang dari 7 Mohs. Beberapa tahun lalu, harga cincin akik bahkan bisa sangat mahal, bisa mencapai belasan juta rupiah. Namun, situasi itu kini berubah.

Ari, seorang kolektor akik asal Semarang yang kebetulan tengah memilih-milih batu akik di sebuah lapak di Taman Badak mengungkapkan, sekarang ini akik udah nggak begitu digandrungi.

"Kolektor saja yang masih cari ,kayak saya dan teman-teman,” ujarnya. Sebagai pengumpul benda seperti akik dan keris, dia memang kerap bertandang ke Taman Badak yang pernah menjadi sentra pelapak akik di Kota Semarang.

Berbagai macam akik yang dijual di salah satu lapak penjual akik Taman Badak Sompok Semarang. (Inibaru.id/ Kharisma Ghana Tawakal)
Berbagai macam akik yang dijual di salah satu lapak penjual akik Taman Badak Sompok Semarang. (Inibaru.id/ Kharisma Ghana Tawakal)

Di kalangan para kolektor benda seni seperti akik dan keris, Ari memang bukanlah yang asing. Dia dikenal suka mengoleksi benda-benda itu untuk kemudian menjualnya lagi jika dirasa untung.

“Saya, asal tahu dan ada nilainya, saya beli. Kalau bertemu orang yang tahu nilai barang koleks ya enak. Nggak perlu menembak harga, mereka sudah tahu kalau mahal,” terangnya.

Seperti kata Ari, batu akik memang sudah nggak banyak lagi diminati orang. Yang datang ke Taman Badak juga biasanya para kolektor yang mencari barang baru. Kalau tidak, biasanya adalah pemilik akik yang memerlukan emban (cincin) baru karena rusak atau bosan dengan yang lama, seperti yang dilakukan Basir.

Karyawan swasta yang juga berasal dari Semarang itu tampak masih mengenakan pakaian kerja saat menyambangi lapak Mbah Min. Di tempat tersebut, dia menimbang-nimbang emban mana yang bakal dia pakai untuk batu akik kepunyaannya.

Kesukaan Basir pada cincin batu akik sejatinya terjadi tanpa disengaja. Semula, dia hanya ngopeni akik kepunyaan ayahnya yang nggak lagi dirawat dan dipakai. Dari pemberian sang ayah itu, dia malah kepincut dan mulai berburu akik lain.

“Mulai kecemplung, jadi suka cari model akik kayak yang dipakai habib atau orang Arab itu,” akunya. “Biasanya mereka warna akiknya yang hijau, biru, dan hijau kebiruan gitulah.”

Mbah Min (kiri) sedang melayani pelanggan akik yang datang ke lapaknya. (Inibaru.id/ Kharisma Ghana Tawakal)
Mbah Min (kiri) sedang melayani pelanggan akik yang datang ke lapaknya. (Inibaru.id/ Kharisma Ghana Tawakal)

Awal berburu batu akik, Basir mengaku sempat tertipu. Ihwal cerita, dia yang nggak mau repot memilih membeli akik secara daring di marketplace. Harganya murah. Review-nya juga bagus. "Eh, ternyata cuman akik pinggiran yang jadinya akik kapur,” seru Basir mengenang pengalaman buruknya.

Nah, pengalaman itulah yang kemudian membuat penyuka band Metallica itu memutuskan untuk datang ke lapak-lapak penjual akik untuk membeli sekaligus mencari pengalaman. Dia mengaku nggak ada kriteria khusus untuk akik yang diburunya.

"Yang penting srek di hati dan bagus secara visual," kata dia.

Dia mengaku mengoleksi cincin akik bukan sekadar untuk disimpan, tapi juga dipakainya. baginya, cincin itu seperti aksesori pelengkap outfit. Jadi, dia bakal memadankan outfit yang dia kenakan dengan warna akik di jemarinya.

“Saya pakai akik seringnya ya samain dengan warna baju yang dipakai, biar serasi dan manis kalau dilihat,” jelasnya.

Meski mungkin saat ini cincin batu akik sudah nggak lagi ngetren di masyarakat, sebagian orang yang telah lama jatuh hati pada perhiasan tersebut seperti Ari dan Basir agaknya nggak bakal peduli; sampai kapan pun cincin batu akik bakal selalu melingkar di jari! Ha-ha. (Kharisma Ghana Tawakal/E03)

Komentar

OSC MEDCOM
inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

Copyright © 2024 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved