Inibaru.id – Selain dijuluki sebagai Kota Sejuta Bunga, Magelang juga dikenal sebagai Kota Getuk. Di kota yang berbatasan dengan Yogyakarta ini, kamu bisa dengan mudah menemukan penganan tradisional berbahan dasar singkong ini, lo. Lalu, kira-kira sejak kapan ya Magelang punya julukan ini?
Awalnya, getuk diproduksi sebagai makanan alternatif pengganti nasi pada masa penjajahan Jepang. Masa paceklik ini terjadi saat Jepang menguasai Hindia Belanda (1942-1945). Pada masa itu, beras masih menjadi komoditas yang sulit ditemukan dan masyarakat terbiasa mengonsumsi singkong.
Saat itu, cara termudah mengolah singkong adalah dengan dibakar atau direbus. Karena bosan dengan olahan singkong yang monoton, akhirnya Ali Mohtar, warga asli Desa Karet, Magelang berinovasi dengan membuat getuk.
Ali Mohtar mengolah singkong dengan cara yang sederhana. Singkong dikukus kemudian dihaluskan dengan cara manual, yakni ditumbuk di dalam lesung. Setelah itu, olahan singkong tinggal dibentuk sehingga menarik untuk disajikan serta menggugah selera.
Nah, karena rasanya yang sudah tidak asing lagi bagi warga Magelang, makanan ini cepat populer. Bahkan, variasi getuk pun semakin banyak. Sejak saat itulah, getuk jadi ikon kuliner di Magelang.
Kini, kamu bisa menjumpai setidaknya tiga macam getuk di Magelang, yaitu getuk lindri, getuk tiga warna, dan getuk gondok. Ketiga getuk ini disajikan dengan cara yang berbeda-beda, Millens.
Getuk lindri memiliki ciri khas berupa bentuk yang mirip tumpukan mi yang dipotong berbentuk kotak. Kudapan ini disajikan dengan topping kelapa parut, membuatnya terasa manis sekaligus gurih di lidah. Tampilan warnanya yang variatif juga membuatnya semakin menarik saat disajikan.
Sementara, getuk gondok disajikan dalam dua bentuk, yakni kotak dan bundar. Getuk inilah yang dulu dibikin Ali Mohtar. Nama penganan yang juga disebut getuk gulung tersebut diambil dari penyakit gondok yang diidap Ali dan istrinya.
Terakhir adalah getuk yang paling banyak dijadikan buah tangan oleh para wisatawan yang mampir ke Magelang, yakni Getuk Tiga Warna. Dinamakan demikian karena getuk ini terdiri atas tiga lapis getuk dengan warna berbeda. Berbeda dengan getuk lindri, getuk tiga warna disajikan tanpa kelapa parut.
Omong-omong, bagi warga Magelang, getuk lebih dari sekadar penganan. Makanan ini juga dianggap sebagai simbol doa dan harapan manusia kepada Tuhan. Konon, kata "getuk" berasal dari "ndang age-age kepetuk", yang artinya semoga segera dipertemukan (dikabulkan) harapan atau doanya.
Bagi masyarakat Jawa, getuk juga bisa dianggap sebagai simbol kesederhanaan dan peringatan bagi kita untuk senantiasa mensyukuri apa yang masih dimiliki.
Jadi, kapan nih ke Magelang untuk mencicipi getuk, Millens? (Bor,Mag,Kom/IB32/E07)