Inibaru.id - Di tengah komentar blunder yang terus-menerus dilontarkan para pembuat kebijakan dalam menyikapi bencana Sumatra, yang belum juga ditetapkan sebagai Bencana Nasional kendati telah menelan korban begitu masif, Inibaru.id menemukan beberapa cerita mengharukan sepekan terakhir.
Cerita itu berasal dari sejumlah sosok inspiratif yang kontribusinya begitu nyata untuk masyarakat. Yang pertama adalah cerita tentang Sururi, seorang petani mangrove asal Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Kota Semarang.
Awal pekan lalu, lelaki bersahaja ini yang baru saja menerima penghargaan berkat kontribusinya dalam upaya menghentikan abrasi yang menggerus abrasi. Setelah tahun lalu menerima Kalpataru dari Menteri Lingkungan Hidup, tahun ini Sururi diganjar anugerah People of the Year 2025 untuk kategori Pelopor Tanggap Bencana.
Lelaki paruh baya yang dijuluki "Kiai Mangrove" ini menerima penghargaan prestisius tersebut dari Metro TV berkat konsistensinya melindungi garis pantai di desa dan wilayah sekitarnya dari ancaman abrasi dan banjir rob selama lebih dari tiga dekade.
Sosok inspiratif berikutnya adalah dari Komunitas Keluarga Kita yang baru saja menggelar program Main Sama Bapak di Kota Semarang sebagai peringatan Hari Ayah sekaligus upaya untuk mengajak para ayah terlibat aktif dalam pengasuhan.
Berkolaborasi dengan program Cilukba dari Bunda Paud Jawa Tengah, program yang melibatkan lebih dari 100 pasangan ayah-anak ini digelar untuk mengikis fenomena fatherless yang menghantui kita. Siapa mereka dan bagaimana keseruan acara tersebut? Silakan buka tautan berikut ini:
Selanjutnya, ada cerita tentang komunitas Muslimah Swimming Squad (MSS) yang mengajak puluhan "ibu ojol" untuk berbelanja gratis di Aeon DP Mall Semarang dalam memperingati Hari Ibu.
Aksi sosial yang digelar sebagai bentuk dukungan untuk para perempuan yang sebagian besar adalah ibu tunggal sekaligus tulang punggung keluarga ini menghadirkan momen mengharukan saat para pekerja di sektor informal tersebut akhirnya bisa membeli kebutuhan pokok yang sebelumnya harus tertunda karena hasil narik yang seringkali hanya cukup untuk makan sehari-hari.
Last but not least, ada cerita tentang kedai di bilangan kampus Universitas Diponegoro Tembalang, Kota Semarang, yang membuat program makan gratis untuk korban terdampak bencana Sumatra. Namanya Warmah Semarang.
Dion Edyson sang empunya kedai mengatakan, para mahasiswa rantau yang kesulitan keuangan karena belum ada transferan dari keluarga yang terdampak banjir dan longsor di Aceh, Sumut, dan Sumbar, boleh pilih menu apa saja di kedainya yang berlokasi di Jalan Tirto Agung.
Aksi sosial "warga bantu warga" yang juga dilakukan di berbagai sudut di Indonesia tersebut bisa dicek di tautan berikut:
Kisah-kisah inspiratif ini menjadi pengingat bahwa di tengah banyaknya orang yang menumpur (membinasakan) sisi kemanusiaan, masih ada yang bertempur untuk mempertahankan kewarasan dengan sesamanya. (Tim Redaksi)
