Inibaru.id – Gadis muda ini bergerak seirama dengan laju kuda cokelat berkaki jenjang di arena berkuda Santosa Stable. Dia duduk nyaman di atas pelana. Kakinya memijak sanggurdi, sementara kedua tangannya mantap menggenggam tali kekang, mengendali kuda melaju pelan.
Perempuan itu, Ivana Putri Santosa namanya. Dari nama belakangnya, kamu tentu bisa menebaknya. Ya, dialah si bungsu dari pasangan Anna dan mendiang Chandra Santosa, pemilik Santosa Stable, lokawisata berkuda di Dusun Lendoh, Desa Leban, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.
Saat saya berkunjung ke Santosa Stable tepat sehari setelah pergantian tahun kemarin, Ivana memang tengah asyik berkuda, rutinitas yang hampir tiap hari digelutinya. Dandanannya kasual berbalut kaus putih, celana jins, dan field boots hitam selutut.
Ivana nggak sendirian. Atlet berkuda nasional itu bersama sang ibu, Anna Santosa. General Manager Santosa Stable Yustinus Chrisna Novianto Wardana yang hari itu menyempatkan waktu menemani saya mengatakan, Anna sekeluarga memang hampir tiap hari berkuda.
"Beliau (Anna) rutin berkuda. Semula tempat ini merupakan tempat latihan pribadi beliau sekeluarga," tutur lelaki yang akrab disapa Chrisna tersebut.
Tambang Batu yang Jadi Arena Pacu
Santosa Stable berdiri di atas lahan seluas nggak kurang dari 20 hektare. Selain arena pacu berkuda, lokawisata yang berada di area persawaan berhawa sejuk ini juga menyediakan wahana flying fox, kolam renang, trek ATV, dan penginapan.
Di Kendal, Santosa Stable merupakan salah satu destinasi wisata terpadu yang selalu menjadi favorit untuk keluarga hingga pasangan muda yang gemar mencari tantangan. Namun, melihat kondisinya yang sekarang, siapa menyangka lahan itu semula adalah bekas tambang batu?
Chrisna mengatakan, Santosa Stable memang didirikan di lahan galian C yang sudah nggak terpakai di ujung timur Desa Leban, berbatasan dengan Kota Semarang. Tempatnya cukup jauh dari permukiman warga sekitar.
“Lokasinya paling atas dan pojok. Barulah pada 2016 stable ini dibangun," ungkap Chrisna yang juga mengungkapkan, pembangunan Santosa Stable sejatinya berawal dari sebuah ketidaksengajaan.
Yap, dia menambahkan, mungkin area wisata yang juga menyediakan fasilitas kursus berkuda tersebut memang nggak bakal ada andai Anna enggan belajar naik kuda di tempat anak-anaknya berlatih berkuda di Salatiga.
“Awal 2010 beliau sering mengantar anaknya latihan berkuda di Salatiga," aku Chrisna. "Semula hanya mengantar, lama-kelamaan tertarik dan menggelutinya juga.”
Kemenangan Perdana Anna
Dari sepetik kisah yang saya baca di beberapa sumber daring, selama setahun awal menemani kedua anak termudanya berlatih berkuda di Salatiga, Anna belum berani mencoba naik kuda, padahal mereka berlatih tiga kali dalam seminggu.
Tawaran berlatih dari pengelola ditolaknya. Dia takut karena kuda sangat tinggi dan dia masih merasa trauma pascaoperasi tulang belakang. Namun, akhirnya perempuan kelahiran Semarang, 7 September 1972 itu kepengin juga.
Semula Anna hanya berkuda berkeliling. Namun, pelbagai manfaat kesehatan yang dirasakannya membuat ibu dari empat anak; Ivan Santosa, Indra Santosa, Indri Santosa, dan Ivana Santosa itu kian intensif menggeluti dunia tersebut.
Rutinitas berkuda kemudian membawanya pada sebuah kompetisi berkuda nasionaldi Jakarta pada akhir 2011. Berlaga di Kelas Walk-trot Adult, Anna merengkuh kemenangan perdananya, yakni menyabet Juara III.
Dari kemenangan tersebut, Anna membeli Kenzi, kuda jenis persilangan gay horse, yang dijadikannya partner latihan rutin sehari-hari. Saat itu Anna juga mulai memikirkan kandang dan tempat latihan pribadi, yang kemudian mempertemukannya pada tambang batu di Dusun Lendoh.
Chrisna mengungkapkan, tambang batu inilah yang selanjutnya menjadi cikal bakal Santosa Stable.
“Iya, semula Santosa Stable untuk latihan pribadi Bu Anna dan keluarga saja. Tapi, Pordasi (Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia) kemudian menyarankan dibukanya tempat itu untuk umum,” terangnya.
Gayung bersambut. Anna pun segera merancang kawasan stable yang sesuai standar, mulai dari kandang, fasilitas, peralatan, hingga karyawan untuk merawat kuda sehari-hari.
Menjadi Pusat Latihan Berkuda
Chrisna mengatakan, Santosa Stable resmi dibuka untuk umum pada awal 2015. Nggak butuh waktu lama bagi tempat berkuda yang berjarak sekitar 30-an kilometer dari Kota Semarang ini untuk berkembang. Saat ini, Santosa Stable telah memiliki 30 ekor kuda dengan kualitas mumpuni.
“Dari 30 kuda itu, sekitar 80 persen di antaranya berasal dari luar negeri, seperti jenis warmblood, gay horse, dan kuda pony,” terang Chrisna, yang segera disambung dengan menjanjikan seluruh kuda di tempat tersebut terawat dengan sangat baik dan kandangnya juga bersih.
Terkait kebersihan dan perawatan itu, saya sepakat. Kentara sekali Anna sangat memanjakan kuda-kuda kepunyaannya. Dia juga tampak mengelola Santosa Stable, yang telah berkembang menjadi Santosa Park plus penginapan dan pelbagai permainan mancakrida (outbound), dengan sangat baik.
Belakangan, tempat tersebut juga membuka kelas berkuda untuk umum. Jadi, kalau kamu berminat menunggangi mamalia yang bisa hidup hingga 30 tahun tersebut, silakan datang ke Santosa Stable, ya! Kamu yang belum pernah sekali pun menunggangi kuda juga nggak masalah.
Kursus berkuda dibanderol Rp 500 ribu per pertemuan. Biar lebih murah, kamu bisa menjadi member dengan mahar Rp 2,5 juta setahun untuk 10 kali pertemuan. Berlangsung sekitar 30-45 menit, tiap pertemuan kamu bakal diajari mulai dasar hingga terampil berkuda oleh para instruktur profesional.
Oya, kamu yang kurang tertarik berkuda juga tetap bisa melancong ke tempat ini, kok, karena selain berkuda Santosa Park juga menyediakan pelbagai wahana yang bisa kamu nikmati bersama keluarga. Hm, cukup menarik untuk disambangi pekan ini, bukan? (Kharisma Ghana Tawakal/E03)