Inibaru.id – Tiap kali Komunitas Lovebird Parkit Free Flight Semarang (LPFS) berkumpul, hampir semua anggotanya membawa burung piaraan, nggak terkecuali pada Minggu pagi akhir November lalu, saat saya menyambangi mereka. Beberapa orang bahkan membawa burung lebih dari satu.
Dalam pertemuan itu, saya agak kaget menyaksikan para anggota LPFS membiarkan burung-burung mereka, yang saya yakin harganya mahal, terbang bebas atau bertengger di pundak tanpa sangkar atau pengekang. Namun, memang begitulah komunitas pencinta burung yang satu ini.
Berbeda dengan komunitas pencinta burung yang disatukan karena kesamaan jenis atau suaranya, LPFS dibentuk sebagai wadah untuk pencinta burung yang pengin mengajari free fly. Free fly adalah teknik memiara yang memungkinkan burung terbang bebas tanpa sangkar.
Untuk mencapai tahap free fly, burung perlu dilatih secara intensif. Ketua LPFS Aris Roso Setiadi mengatakan, mereka rutin melakukan latihan dan temu wajib para anggota sebanyak 1-2 kali dalam seminggu. Burung yang dilatih sejatinya bisa apa saja, meski kebanyakan adalah jenis paruh bengkok.
Aris, begitu dia biasa disapa, mengaku nggak membatasi siapa yang bisa ikut komunitas. Dia bahkan sengaja menyelipkan kata "lovebird" dan "parkit" dalam nama komunitas agar pemilik burung itu nggak minder saat bergabung dengan anggota komunitas yang membawa burung mahal macam makaw atau sun conure.
“Dulu sudah ada (komunitas), tapi kini bikin yang ini (LPFS) untuk menghilangkan gap antarpencinta free fly," ujar pemuda yang mendirikan LPFS pada 2019 tersebut.
Cara Melatih Free Fly
Komunitas LPFS beranggotakan lebih dari 2.000 orang di Facebook, meski menurut Aris dalam kenyataannya puluhan orang saja yang aktif ngumpul dan latihan. Namun, dia mengaku nggak pernah mempermasalahkannya.
"Yang penting bukan seberapa banyak, tapi keinginan sharing pengetahuan terkait teknik-teknik free fly tersampaikan dengan baik," terang Aris.
Lelaki murah senyum itu kemudian menambahkan, menjadikan burung free fly bukanlah pekerjaan yang sangat sulit dilakukan. Namun begitu, ada beberapa tahapan yang harus dilalui sebelum burung betul-betul siap dilepaskan ke alam bebas. Apa saja?
1. Memberi Nama
Hal paling penting dalam melatih free fly adalah memberi nama. Laiknya manusia, pemberian nama juga dilakukan untuk memudahkan pemilik memanggil burung piaraan. Bagi burung, penamaan ini juga penting sebagai bagian dari instruksi.
Yap, nama inilah yang nantinya akan digunakan sebagai panggilan kepada burung itu agar melakukan apa yang kita inginkan, misalnya mendekat ke telapak tangan atau bertengger di pundak kita.
2. Mengajari WTM dan FTM
Menurut Aris, untuk melatih burung yang masih anakan atau baby, hal pertama yang harus dilakukan adalah melatih walk to me (WTM). WTM dilakukan dengan memberi makan pada jarak tertentu sembari memanggil namanya agar ia berjalan mendekat. WTM diterapkan untuk burung usia dua mingguan.
Sesudahnya atau setelah burung bisa terbang, kita bisa mengajarkan teknik fly to me (FTM). Untuk melatih FTM, burung diletakkan pada suatu tempat dalam ruangan, lalu dipanggil namanya.
"Burung itu (saat dipanggil namanya) akan datang ke tangan atau pundak kita,” jelas Aris.
3. Melatih Boomerang
Boomerang adalah teknik melemparkan burung ke udara agar terbang bebas. Saat dilakukan, burung akan terbang memutar, lalu bakal kembali kepada si pemilik saat dipanggil namanya atau diberi tanda tertentu seperti tiupan peluit.
Menurut Aris, burung usia sekitar dua bulan sudah bisa diajak boomerang atau dilepas dan diajak free fly di tanah lapang. Tanah lapang dipilih agar burung nggak hinggap di ranting pohon atau atap rumah warga.
"Habitat asli burung adalah ranting pohon. Nah, ditakutkan burung nggak mau kembali ke pemilik setelah nangkring (di ranting pohon)," kelakar Aris.
4. Menumbuhkan Keberanian
Sementara, untuk memupuk keberanian, burung juga perlu diajari Jump Down. Jump down adalah teknik terjun yang bertujuan agar burung berani meluncur jatuh. Anggota LPFS Muhammad Rinaldi Rafif Prayoga mengatakan, teknik ini diperlukan agar burung nggak hanya berputar pelan saat kembali.
"Kebalikan jump down, ada jump up. Teknik jump up bertujuan agar burung kuat untuk terbang ke atas,” ujarnya.
5. Menjalin Rasa Saling Percaya
Kunci dari free fly adalah perasaan saling percaya antara pemilik dengan burung piaraannya. Tanpa kepercayaan pemilik, burung nggak bakal mungkin dilepas. Setali tiga uang, burung yang diperlakukan baik juga akan jinak dan enggan lepas.
Oya, terkait burung yang lepas atau dalam istilah free fly disebut escape, salah satu tujuan dibentuknya LPFS adalah untuk saling menjaga dan membantu mencari saat ada burung yang escape. Menurut Aris, dengan dicari bareng-bareng, kemungkinan burung ketemu seandainya lepas jauh lebih besar.
"Namun, kalau nggak ketemu biasanya saya sudah meminta teman-temannya untuk ikhlas," terang Aris, kemudian tertawa lebar. "Habitat asli burung kan memang alam bebas!"
6. Memberikan Apresiasi
Laiknya manusia, burung juga perlu diapresiasi. Cara melatih yang benar, mencukupi kebutuhan makan, dan memberi perhatian seperti memandikan dan membersihkan sangkar adalah bentuk apresiasi yang harus dilakukan pemilik terhadap peliharaannya.
Apresiasi tersebut menurut Aris juga bisa dijadikan sebagai sarana latihan. Misalnya, burung yang berhasil terbang indoor dan kembali ke tangan segera diberi reward berupa makanan. Makanan tersebut adalah bentuk apresiasi lantaran si burung telah kerja keras berlatih.
Nah, saat di tanah lapang, pemberian apresiasi yang sama juga bisa diterapkan. Menurut Aris, burung akan mengikuti pointer tertentu seperti warna pakaian atau wadah pakan berdasarkan kebiasaan si pemilik laiknya nama panggilan atau suara peluit.
"Burung juga perlu dimandikan. Saya suka memandikan burung sebelum latihan agar burung segar dan terbangnya enak,"pungkas Aris.
Wah, melatih burung biar bisa free fly ternyata gampang-gampang susah ya, Millens? Eits, tapi jangan menyerah; Burung piaraanmu juga punya hak untuk sesekali terbang bebas, lo! (Kharisma Ghana Tawakal/E03)