BerandaPasar Kreatif
Sabtu, 20 Sep 2025 15:01

Proses Produksi Emping Melinjo, Penopang Ekonomi di Dukuh Lempuyang

Penulis:

Proses Produksi Emping Melinjo, Penopang Ekonomi di Dukuh LempuyangSekarwati
Proses Produksi Emping Melinjo, Penopang Ekonomi di Dukuh Lempuyang

Proses pembuatan emping melinjo di Dukuh Lempuyang, Desa Surjo, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang. (Inibaru.id/ Sekarwati)

Sembari menyiapkan sarapan, sebagian perempuan di Dukuh Lempuyang akan mulai memanaskan pasir di atas tungku untuk menyangrai melinjo, bahan dasar pembuatan emping yang banyak dijual di Kabupaten Batang.

Inibaru.id – Asap telah mengepul sedari pagi, menyelimuti rumah-rumah warga di Dukuh Lempuyang, Desa Surjo, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang. Eits, tapi bukan karena kebakaran; asap yang mengepul ini adalah penanda bahwa empunya rumah tengah membuat emping mlinjo.

Perlu diketahui, kabupaten di pesisir utara yang berjarak sekitar 100 kilometer ke arah barat dari Semarang ini adalah salah satu penghasil emping terbesar di Jawa Tengah. Pusat penjualan berada di Kecamatan Limpung, tapi perajinnya tersebar di banyak wilayah, termasuk di Dukuh Lempuyang.

Di kampung yang berjarak sekitar 40 kilometer dari pusat kota ini, proses produksi keripik gurih dengan cita rasa manis, asin, dan sedikit pahit ini kebanyakan masih menggunakan cara tradisional. Untuk menyangrai melinjo, bahan utama emping, mereka masih menggunakan tungku kayu.

Tungku kayu inilah yang membuat asap mengepul dari dalam rumah. Bagi warga setempat, asap yang membumbung tinggi adalah pertanda baik, karena artinya proses produksi sedang berlangsung, bahan baku tersedia, dan roda ekonomi masih berputar.

Alat yang Nggak Berubah

Proses menumbuk melinjo menjadi emping menggunakan palu batu dan alat tradisional lainnya. (Inibaru.id/ Sekarwati)
Proses menumbuk melinjo menjadi emping menggunakan palu batu dan alat tradisional lainnya. (Inibaru.id/ Sekarwati)

Mbah Tiyah adalah salah seorang pembuat emping melinjo paling terampil di Dukuh Lempuyang. Pengalaman membuatnya begitu cekatan mengoperasikan alat produksi emping yang hampir semuanya nggak berubah sejak bertahun-tahun lalu.

“Dari dulu alat-alat yang digunakan untuk membuat emping melinjo ya seperti ini,” tutur Tiyah beberapa waktu lalu. Tangannya menunjuk beberapa peralatan yang sudah cukup termakan usia, yang terdiri atas wajan berisi pasir, tungku kayu, dan palu batu serta alasnya.

Proses pembuatan emping melinjo, Tiyah memaparkan, dimulai dengan memanaskan wajan di atas tungku, lalu memasukkan pasir yang sudah dicuci bersih ke dalamnya. Setelah pasir panas, biji melinjo dimasukkan selama beberapa menit hingga matang.

"Kalau sudah matang, melinjo akan mudah dipecah dan dagingnya bisa ditumbuk (dipipihkan) menjadi emping," jelasnya. "Setelah itu emping dijemur sehari penuh."

Mulai sejak Subuh

Agar bisa dijemur dengan maksimal, Tiyah biasanya mulai memproduksi emping selepas Subuh. Sembari memanaskan pasir, dia akan "nyambi" membuat sarapan untuk orang rumah. Setelah sarapan tersedia, barulah dia akan mulai ngonceki (memecah) kulit melinjo.

"Melinjo yang sudah dipanaskan akan lebih mudah dipecah kulitnya. Dipecah memakai batu saat masih panas, lalu dagingnya segera diletakkan di atas alas plastik, kemudian ditumbuk-tumbuk menggunakan palu biar lebar, tipis, dan berbentuk bundar," paparnya sembari tangannya dengan cekatan menumbuk melinjo.

Satu keping emping butuh sekitar 1-5 biji melinjo, tergantung jenis emping yang mau dibuat. Di Batang, jenis emping memang bermacam-macam, dari yang tipis hingga tebal dan dari yang diameternya kecil hingga besar.

"Setelah alas penampung penuh, emping-emping basah ini segera dijemur di bawah sinar matahari langsung hingga kering. Kalau cuaca bagus biasanya cuma butuh waktu sehari. Emping yang sudah kering dikumpulkan, lalu dijual ke tengkulak," ucap Tiyah.

Harga yang Fluktuatif

Tahap akhir pembuatan emping melinjo dengan cara menjemurnya di bawah terik matahari. (Inibaru.id/ Sekarwati)
Tahap akhir pembuatan emping melinjo dengan cara menjemurnya di bawah terik matahari. (Inibaru.id/ Sekarwati)

Zumrotul, salah seorang buruh emping melinjo di Dukuh Lempuyang mengungkapkan, harga emping mentah cukup fluktuatif, tergantung ketersediaan bahan mentah dan permintaan pasar. Saat tinggi, harganya mencapai Rp12.000, tapi saat anjlok bisa cuma Rp6.000 saja per kilogram.

“Harga jual emping dihitung per kilogram. Harganya sama, baik yang kualitas dobelan atau satuan,” kata perempuan berusia 30 tahun itu.

Menurut Zumrotul, sebagian pembuat emping di desanya adalah buruh seperti dirinya. Berbeda dengan perajin, mereka membuat emping berdasarkan bahan baku yang disediakan penyuplai, lalu diselesaikan dalam waktu tertentu, kemudian dikembalikan lagi ke penyuplai tersebut.

"Sekali menggarap, saya dapat 20 kilogram melinjo dari penyuplai; umumnya akan menghasilkan 11 kilogram emping yang selesai dalam waktu empat hari. Jadi, sehari kira-kira menyelesaikan lima kilogram. Begitu rampung dikembalikan lagi ke penyuplai untuk dijual di tokonya,” tandasnya.

Buat yang mau mencari emping di Batang, camilan yang biasa mengisi toples lebaran ini bisa kamu temukan di pasar-pasar tradisional di sekitar Kecamatan Limpung atau Bawang ya, Gez! (Sekarwati/E10)

Tags:

Inibaru Indonesia Logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Sosial Media
A Group Member of:
medcom.idmetro tv newsmedia indonesialampost

Copyright © 2025 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved