Inibaru.id - Bagaimana kita bisa melihat karakter sebuah daerah? Buat kamu penyuka fesyen bisa tahu lewat desain kain batiknya, Millens. Yap, batik di Nusantara memiliki pola desain yang beragam, bergantung pada daerah asalnya. Dari gambar-gambar batik, kita bisa tahu tentang kekayaan alam, watak masyarakat, serta nilai-nilai luhur yang dijunjung di daerah tersebut.
Beberapa waktu lalu, saya bertemu dengan pembatik dari Kabupaten Demak. Tak sekadar mengenali ciri khas batik daerah yang berada di sebelah timur Kota Semarang itu, kepada sang pembatik saya pun mencoba belajar membatik.
Siang itu saya mendatangi rumah produksi Batik Sekar Arum untuk berjumpa dengan pemiliknya, Khoirul Anhar. Berlokasi di Dukuh Kroya RT 3 RW 1, Desa Gebang Arum, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak, lelaki 44 tahun itu menyambut saya dengan hangat.
Memasuki ruang membatik, saya menghirup aroma khas lilin atau malam yang dipanaskan. Rupanya, di sana memang sedang ada yang membatik. Tak cuma melihat proses membatik, perhatian saya juga tersita pada lembaran-lembatan kain batik khas Demak berwarna cerah, kontras, dan kebanyakan mengangkat dedaunan dan ranting tumbuhan.
Seperti batik di daerah lain yang selalu menonjolkan keragaman flora, fauna, dan bangunan ikonik, pun demikian dengan batik Demak. Motif jambu, belimbing, Masjid Agung Demak, bledeg (petir) adalah motif yang sering muncul pada batik Demak.
Nah, mengangkat kekhasan Kabupaten Demak, batik Sekar Arum menciptakan kain-kain batik dengan desain yang elegan. Perpaduan warnanya seimbang dan makin mewah dengan adanya gradasi di setiap goresan. Batik Sekar Arum juga menekankan detail-detail motif. Tidak heran sewaktu saya melihat batik-batik tersebut, pola gambarnya terasa hidup dan tidak membosankan.
"Warna gradasinya, seperti lukisan tapi diterapkan di kain batik," ujar Khoirul.
Butuh Kesabaran dan Berkali-kali Latihan
Batik Sekar Arum memproduksi tiga jenis batik, yaitu batik tulis, cap, dan ecoprint. Namun, yang paling unggul dan banyak diminati pelanggan adalah batik tulis. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, saya meminta Khoirul mengajari membatik.
Sebelumnya, secara singkat dia menjelaskan tahapan dalam membatik. Dia menjelaskan bahwa ada enam tahapan yang mesti dilakukan, yaitu pencucian kain, mendesain, mencanting, pewarnaan, remekan, dan penggelontoran. Semua itu harus dilakukan dengan penuh ketelitian dan kesabaran.
Mulai melakukan proses membatik dengan lancar, akhirnya saya terhenti sejenak di proses mencanting dan mewarnai. Bagi saya yang masih pemula, ini sungguh tahapan yang sulit. Berbeda dengan Khoirul yang sudah terbiasa, kala itu dia lihai sekali membuat motif ikan koi dengan pola lekuk yang rumit dan kecil.
Baca Juga:
Mau Kain Batik Awet? Gunakan Sampo Bayi"Ayo, mbak harus coba juga cara mewarnai batik tulis itu seperti apa! Nanti tak ajari," kata Basiroh (39), istri Khoirul menyemangati saya.
Momen paling mendebarkan dimulai. Saya diberi kesempatan untuk mewarnai batik motif tumbuhan. Basiroh memberi saya kuas dan cat air berwarna hijau yang siap diaplikasikan. Dia kemudian mengajari saya dan area mana saja yang boleh diwarnai.
Hhmm, kelihatannya sih sederhana. Tapi setelah mencoba, hasil pewarnaan saya malah jadi belepotan dan menyusahkan Basiroh. Saya jadi malu dan tidak enak hati.
"Tidak apa-apa mbak, nanti bisa hilang sendiri," ujar Basiroh terseyum melihat hasil pewarnaan saya.
Pasar Mancanegara
Dengan praktik langsung membuat batik, akhirnya saya tahu dan percaya bahwa untuk memproduksi selembar batik tulis itu tidak mudah dan memakan waktu yang tidak singkat. Ini pula yang menjadi alasan kenapa kain batik yang dibikin sepenuh hati oleh pengrajinnya dihargai dengan rupiah yang tinggi.
FYI, untuk sepotong kain batik tulis Sekar Arum dijual dengan harga mulai Rp350 ribu sampai Rp3 juta. Pelangannya tersebar di berbagai daerah Indonesia, di antaranya Lamongan, Medan, Jakarta, Jepara, dan lain-lain. Kebanyakan peminatnya berasal dari wilayah pantura yang menyukai warna-warna terang dan motif buah.
"Ciri khas yang benar-benar Demak, di antaranya jambu. Kalau warna lebih cenderung ke arah cerah, " ujarnya.
Tidak hanya peminat dalam negeri saja, Batik Sekar Arum juga diminati oleh turis mancanegara, seperti Singapura, Brunei Darussalam, Thailand, Taiwan, dan lain-lain. Basiroh mengaku, kemarin dia kedatangan tamu dari Taiwan. Seorang tetangga yang kebetulan menjadi TKW mengajak temannya dari luar negeri untuk mencoba membatik di rumah produksi batik Sekar Arum.
Menurutnya, mereka sangat terkesan sekali dengan batik khas Kota Wali itu. Bahkan, mereka ingin belajar lebih banyak tentang batik dan bisa membuatnya.
Ya, banyak sekali cerita yang saya dapatkan saat berkunjung ke rumah produksi Batik Sekar Arum. Meski belum berhasil, sejujurnya saya senang karena telah merasakan rumitnya memegang canting dan menggoreskannya di selembar kain. Mungkin saya akan lebih bersungguh-sungguh belajar membatik pada kesempatan mendatang. (Ayu Sasmita/E10)