Inibaru.id – Masyarakat Yogyakarta pasti familiar dengan minuman yang satu ini. Namanya wedang uwuh. Rasanya manis dan pedas. Kabar terbaru, minuman yang cocok dikonsumsi hangat-hangat ini pada Rabu (4/10/2017) ditetapkan sebagai satu dari 150 warisan budaya nonbenda versi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Wah!
Hal tersebut tentu menjadi kabar baik bagi minuman rempah penuh khasiat itu. Belakangan, tak banyak lagi yang menjual wedang uwuh. Hanya beberapa kedai saja yang masih menyajikannya, tersebar paling banyak di Imogiri dan Bantul.
Sebelum menjadi kuliner langka, wedang uwuh begitu mudah kita temui, terutama di daerah-daerah berhawa dingin Yogyakarta dan sebagian Jateng. Minuman yang terbuat dari 14 jenis rempah ini bahkan menjadi primadona, bersanding dengan penganan tradisional lain seperti jadah atau getuk.
Baca juga: Keren! Teknik Seduh Kopi Khas Indonesia Ini Sudah Dikenal Ratusan Tahun
Wedang uwuh berarti minuman sampah (uwuh=sampah). Nama ini diambil lantaran dalam penyajiannya, minuman tersebut dipenuhi “sampah” yang mengambang di permukaan gelas.
Tapi, do not judge a book by its cover, kalau kata orang Inggris. Cobalah cium aromanya, lalu seruputlah sedikit! Dijamin, siapa pun pasti ingin mengulangi sensasi wedang sampah itu. Ya, hangatnya rempah begitu terasa di tenggorokan sejak sesapan pertama.
Jahe, cengkih (bunga, batang, dan daun), kayu secang, pala (daun dan buah), kayu manis (kayu dan daun), serai (akar dan daun), dan kapulaga adalah rempah-rempah yang umumnya ada dalam wedang uwuh. Adapun gula batu biasa digunakan sebagai pemanis minuman ini.
Tak hanya enak, wedang uwuh juga menyehatkan. Jahe, yang menjadi “syarat utama” minuman tersebut dikenal menambah antibodi dalam tubuh. Sementara secang, yang membuat minuman menjadi merah, dikenal mampu mengobati sifilis, batuk darah, dan radang.
Baca juga: Lima Kopi Khas Indonesia Ini Wajib Dinikmati
Cengkih dan kayu manis juga setali tiga uang. Keduanya berkhasiat memperkuat daya tahan tubuh dan mengandung antioksidan. Sementara, daun pala mengandung saponin, polifenol, dan flavonoid sehingga mampu meredakan perut mulas, melancarkan sirkulasi darah, dan mengatasi gangguan pada lambung.
Dilansir dari Beritagar, wedang uwuh konon sudah ada sejak lama, setua Zaman Mataram yang dipimpin Sultan Agung. Minuman berwarna merah ini untuk kali pertama dikonsumsi masyarakat Imogiri, DIY, kemudian menyebar hingga sebagian wilayah Jateng.
Kendati kedai penjual wedang uwuh mulai sulit ditemui, minuman ini sudah tersedia dalam bentuk kemasan dan banyak dijual pada sejumlah apotek, minimarket, bahkan toko-toko daring. (GIL/SA)