Inibaru.id – Sejarah Indonesia punya kaitan erat dengan keberadaan rempah-rempah. Gara-gara rempah-rempah, kita sampai dijajah selama ratusan tahun. Tapi, berkat rempah-rempah pula, masakan Indonesia sering dianggap sebagai masakan paling nikmat di dunia.
Menariknya, meski kini lebih populer dipakai untuk kebutuhan membuat masakan, pada zaman dahulu, rempah-rempah justru dipakai untuk hal lain. Sebelum abad pertengahan, rempah lebih sering dipakai sebagai bahan obat. Bahkan, ada yang memakai rempah-rempah sebagai simbol kekayaan dan gengsi.
Hal ini diungkap oleh Sejarawan Fadly Rahman dari Universitas Padjadjaran, Bandung saat menjadi pembicara di Webinar Jalur Rempah Goyang Lidah dengan Rempah-rempah yang digelar Senin (11/5/2020) di kanal YouTube Budaya Saya.
Menurut ceritanya, rempah-rempah sudah mulai dicari manusia sejak zaman dahulu di Jazirah Arab, Benua Afrika, India, Tiongkok, hingga Eropa. Rempah tersebut adalah cengkeh, kayu manis, pala, lada, hingga kamper.
Bukti bahwa masyarakat kuno sudah memakainya adalah catatan dari seorang filsuf bernama Theophrastus yang hidup pada 372 -278 Sebelum Masehi. Dia mengungkap kalau lada lebih sering dipakai tabib alih-alih juru masak. Rempah-rempah tersebut dipakai sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit dan aroma terapi.
Bangsa Tiongkok juga sudah mengenal penggunaan rempah pada masa pemerintahan Dinasti Han. Kala itu, rempah dipakai sebagai wewangian bagi para bangsawan atau raja.
Sementara itu, di Eropa, penggunaan rempah memang sudah mulai terkait dengan makanan meski bukan untuk memasak. Dulu, di sana rempah dipakai untuk menutupi bau amis daging atau mengawetkannya.
Rempah di Dunia Kuliner
Lantas, sejak kapan rempah dipakai dalam dunia kuliner? Fadly menyebut hal ini mulai terjadi pada abad ke-13 sampai abad ke-15. Catatan-catatan resep masakan pada zaman tersebut sudah mulai menunjukkan penggunaan rempah-rempah.
Contohnya, buku Forme of Curry yang dibuat pada 1390 mengungkap 90 persen masakan menggunakan rempah. Buku lainnya, yaitu Le Viander yang dipakai koki dari Istana Taillevent juga memakai 20 jenis rempah.
Sebelum bangsa Eropa berburu rempah-rempah di kawasan Nusantara, khususnya bagian timur, bangsa dari Arab, Afrika, Tiongkok, dan India sudah mencarinya. Tapi, catatan dari Marco Polo dan Tome Pires benar-benar mengubah peruntungan Bangsa Eropa. Dari catatan itulah, mereka kemudian berbondong-bondong mencari rempah di Nusantara dan menerapkan kolonialisme hingga ratusan tahun.
Nggak nyangka ya, Millens, sejarah dunia bisa dipengaruhi oleh rempah-rempah. Beruntungnya kita berada di negara dan kondisi alam dengan rempah-rempah yang berlimpah. (Tem/IB09/E10)