Inibaru.id – Apapun yang ada embel-embel Yahudi pasti jadi kontroversi di Indonesia. Nah, bagaimana kalau ada kue Yahudi di Indonesia? Kue ini beneran ada, lo. Bahkan, saat bulan Ramadan, kue ini sering dicari di Ambon, Ibu Kota dari Provinsi Maluku. Wah, jadi penasaran nih.
Kalau kamu pergi ke pusat jajanan dan kuliner Desa Batumerah, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon, pasti sangat mudah menemui kue Yahudi. Kue ini nggak hanya diincar warga muslim yang ingin mencari penganan buka puasa, melainkan juga warga non-muslim yang juga tahu kalau rasa kue ini memang menggoyang lidah.
Menariknya, kue Yahudi ternyata hanya bisa ditemukan saat Ramadan, lo. Di bulan-bulan lain, kamu bakal sulit menemukannya. Karena alasan inilah jajanan ini paling dicari di bulan puasa.
Nah, meski namanya sarat kontroversi, kue Yahudi sebenarnya nggak benar-benar unik. Rasa dan teksturnya mirip dengan kue-kue yang biasa kamu temukan di penjual jajanan pasar. Warnanya kuning pucat dengan bagian atas cokelat. Bentuknya mirip tart dan terbuat dari bahan kue biasa layaknya tepung terigu, telur, mentega, gula, cokelat, dan lain-lain.
Sejarah Kue Yahudi
Kalau soal sejarah dari kue ini, ternyata mulai populer sejak 1985 Millens. Yang memopulerkannya adalah keluarga Cokro yang merupakan warga asli Batumerah. Kabarnya, yang punya resep asli dari kue ini adalah Ibu Nur Bargeis dari keluarga tersebut yang punya darah Arab. Sayangnya, nggak ada alasan jelas mengapa namanya jadi Tart atau Kue Yahudi.
Kalau kamu pernah makan kue brudel sebelumnya, ya seperti itu juga rasa dari kue Yahudi. Meski begitu, karena ada bahan biji gardamu khas Timur Tengah, rasa kue Yahudi jadi beda dengan kue-kue lainnya.
Biji gardamu sepertinya cukup asing, ya? Padahal, nama lain dari rempah ini adalah kapulaga yang sudah sangat akrab bagi masyarakat Indonesia. Beda dengan di tempat-tempat lain, biji gardamu memang cukup populer dan sering dipakai masyarakat Maluku untuk membuat makanan. Kepopulerannya bahkan menyamai pala.
Biji gardamu yang dipakai untuk membuat kue Yahudi ini adalah kapulaga dengan ukuran yang lebih besar. Aromanya juga cenderung lebih kuat. Hal inilah yang membuat rasa dan aroma kue Yahudi nggak ada duanya. Bagaimana nggak, rasanya manis, teksturnya lembut layaknya puding namun legit saat menyentuh lidah.
Kini, kue Yahudi telah banyak mengalami inovasi. Meski banyak versi asli dengan kombinasi warna kuning pucat dan cokelat, ada juga lo kue Yahudi yang diberi tambahan pewarna daun suji hijau.
Kalau kamu tertarik berbuka puasa dengan kue Yahudi, sebaiknya siapkan juga teh hangat, Millens. Kombinasi dari keduanya bakal membuat waktu berbukamu bakal jadi semakin mantap, deh. (Goo/IB09/E05)