Inibaru.id - Dengan kecepatan Suwarni melayani pembeli yang datang silih berganti. Antrean masih panjang, sedangkan getuk yang menjadi dagangannya tinggal tersisa separuhnya. Di belakangnya, Budi dan Rokhimah, anak dan menantunya, juga nggak kalah cekatan menyiapkan getuk untuk memudahkan kerja sang ibu.
Di tengah semakin menjamurnya kuliner modern yang didominasi masakan pedas dan cepat saji, Gethuk Dalangan milik Suwarni masih tegak berdiri. Nggak cuma bertahan, lapak yang berlokasi di gang sempit di Kelurahan Barongan, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus itu juga masih digandrungi pembeli.
Hal ini terlihat dari antrean panjang yang mengular sedari pagi dan seakan nggak berhenti hingga dagangan mereka ludes tanpa sisa. Pelanggannya datang dari berbagai kalangan, mulai dari anak hingga lansia, yang merupakan warga sekitar atau mereka yang sengaja datang untuk mencicipi getuk berusia puluhan tahun ini.
Untuk yang belum tahu, getuk adalah jajanan tradisional yang telah lama menjadi bagian dari masyarakat Jawa. Di pelbagai wilayah, kudapan yang terbuat dari singkong rebus yang ditumbuk hingga halus ini memiliki beragam bentuk dan rasa. Di Kudus, gethuk dalangan termasuk yang paling dikenal masyarakat.
Seribu Porsi per Hari
Suwarni sudah berjualan sejak puluhan tahun lalu. Namun, dia bukanlah generasi pertama, tapi kedua. Budi mengungkapkan, secara keseluruhan lapak yang kini dikenal sebagai Gethuk Dalangan ini telah berusia hampir setengah abad, didirikan oleh neneknya.
"Saya adalah anaknya. Generasi ketiga," kata Budi sembari tangannya tetap sibuk melayani pembeli, belum lama ini.
Untuk memenuhi kebutuhan sekitar 1.000 porsi per hari, usaha keluarga ini memang nggak bisa dikerjakan sendiri. Selain Budi dan Suwarni yang masih aktif berjualan hingga sekarang, lapak tersebut juga dijalankan oleh di Rokhimah, adik ipar Budi.
"Kalau sedang ramai, getuk sebanyak 800 sampai 1.000 porsi bisa ludes terjual. Pas sepi, minimal 400-an yang terjual," terang Budi. "Saat pembuatan malah seluruh anggota keluarga ambil bagian."
Murah dan Mengenyangkan
Kebanyakan pembeli Gethuk Dalangan adalah para pelanggan setia mereka. Menurut Rokhimah, selain rasa yang konsisten sejak awal berdiri, lapak ini selalu ramai karena harga getuk yang dijual tergolong murah, antara Rp4.000 hingga 6.000 per porsi yang terdiri atas berbagai macam jenis getuk.
"Permintaan getuk biasanya meningkat menjelang peringatan Maulid Nabi dan selama Ramadan. Pembelinya dari berbagai kalangan, mulai dari pegawai kantor, guru, anak-anak, remaja, dan lain-lain," terangnya.
Getuk, lanjutnya, paling pas dinikmati bersama kopi hangat saat cuaca dingin atau sedang hujan. Namun begitu, bukan berarti kudapan tersebut nggak cocok dinikmati sendirian alias bukan sebagai pelengkap.
"Nikmat di segala situasi. Kalau cuaca panas (dikudap) bersama es. Kalau dingin berarti bareng minuman dingin. Yang jelas, ini mengenyangkan, jadi bisa menjadi penunda lapar," kata dia, berpromosi.
Membeli secara Borongan
Sebagian besar pelanggan biasanya membeli getuk secara borongan. Nggak cuma 1-2 porsi. Hal ini juga dilakukan Lilik, seorang pembeli asal Kudus yang sudah menjadi pelanggan setia Gethuk Dalangan sejak lama karena terpikat dengan rasanya yang gurih dan teksturnya yang lembut.
"Saya sering ke sini. Bolak-balik. Ini kebetulan saya beli untuk diri sendiri sekaligus teman-teman kantor," tuturnya. "Yang menyenangkan di sini, meski beli borongan begini, menunggunya nggak lama karena yang mengurusi banyak dan kerja mereka cekatan."
Oya, perlu diketahui, untuk menikmati Gethuk Dalangan, kamu nggak harus datang ke lapak tersebut karena penganan ini juga acap dijajakan penjual jajan tradisional atau sayur keliling. Selain itu, getuk tersebut juga dijual di sejumlah pasar tradisional yang ada di Kudus.
Beberapa pasar yang biasa menjajakan Gethuk Dalangan di antaranya Pasar Kliwon, Bitingan, dan sejumlah pasar tradisional lain yang ada di wilayah Kudus. Jadi, jika terlalu jauh kalau harus ke Dukuh Dalangan, kamu bisa mencari getuk ini di pasar tradisional ya.
Gimana, tertarik menjajal kuliner tradisional legendaris di Kabupaten Kudus ini? Kalau mau beli jangan kesiangan ya, takutnya kehabisan! (Alfia Ainun Nikmah/E03)