Inibaru.id – Kalau berkunjung ke Magelang, rasanya belum lengkap kalau belum mencicipi sepotong Getuk Trio. Kudapan berwarna putih, coklat, dan merah muda ini bukan sekadar camilan biasa. Di balik tampilannya yang sederhana, ada kisah panjang tentang ketekunan keluarga dalam menjaga cita rasa tradisi sejak lebih dari enam dekade lalu.
Getuk Trio lahir pada tahun 1958 dari tangan pasangan Indra Samadhana dan Setiawati. Dari dapur kecil di sudut Magelang, mereka ingin mengangkat martabat getuk yang saat itu dikenal sebagai makanan rakyat desa, terutama di kawasan Candimulyo. Getuk pada masa itu disebut getuk wungkal, berwarna gelap dan bertekstur agak kasar. Biasanya disantap petani atau pedagang pasar sebelum mulai bekerja.
Dari situ muncul ide sederhana: bagaimana kalau getuk dibuat lebih lembut dan menarik agar bisa disukai semua kalangan? Dengan latar belakang sebagai pembuat alat pertanian, Indra pun merancang mesin penghalus singkong buatan sendiri untuk menggantikan cara tumbuk tradisional. Siapa sangka, inovasi itu jadi awal dari perjalanan panjang Getuk Trio.
Seiring waktu, keluarga Indra menambahkan sentuhan khas berupa tiga warna. Putih melambangkan rasa asli singkong, coklat dari bubuk kakao, dan merah muda dari sirup frambos. Warna-warna itu kemudian menjadi identitas yang melekat kuat sampai sekarang.
Nama “Getuk Trio” baru muncul setelah tahun 1960. Sebelumnya, getuk buatan keluarga Indra sempat dikenal sebagai Getuk Sirikit, karena pernah disajikan untuk Ratu Sirikit dari Thailand saat berkunjung ke Akademi Militer (Akmil) Magelang.
“Ratu Sirikit suka banget sama getuk buatan ayah,” kenang Herry Wiyanto (66), penerus generasi kedua sebagaimana dinukil dari Suaramerdeka, Selasa (28/10/2025). “Tapi karena merasa kurang pantas pakai nama orang, akhirnya diganti jadi Getuk Trio.”
Kata “Trio” sendiri punya makna ganda: melambangkan tiga anak dalam keluarga, tiga warna pada getuk, sekaligus nama toko kelontong keluarga, Toko Trio. Sejak itulah merek ini resmi digunakan dan dikenal luas sebagai pelopor getuk kemasan di Magelang.
Salah satu rahasia cita rasa Getuk Trio ada pada bahan bakunya. Singkong yang dipakai berasal dari jenis kinanti, ditanam di tanah lempung berpasir kawasan Candimulyo. Menurut Herry, singkong dari daerah itu menghasilkan tekstur yang lebih lembut dan rasa yang pas di lidah. Semua produk dibuat tanpa bahan pengawet dan hanya bisa bertahan tiga sampai lima hari saja. “Makanya kami produksi setiap hari, biar selalu fresh,” tuturnya.
Kini, usaha keluarga itu sudah diteruskan ke generasi ketiga. Dua anak Herry ikut terlibat, satu di bagian produksi, satu lagi mengurus pemasaran. Meski zaman terus berubah, semangat mereka tetap sama seperti dulu, yakni menjaga agar getuk tetap hidup di tengah modernitas.
“Getuk ini bukan cuma makanan, tapi identitas Magelang,” ujar Herry menutup percakapan.
Keren banget ya sejarah Getuk Trio Khas Magelang ini. Omong-omong, kamu sudah pernah mencobanya belum nih, Gez? (Arie Widodo/E07)
