Inibaru.id - Aroma santan hangat yang gurih kerap menjadi penanda bagi siapa pun yang melintas di Jalan Yos Sudarso, Majenang, Kabupaten Cilacap. Dari aroma yang muncul di sebuah kios yang sederhana itulah, Kupat Tahu Hj Sapen tetap menyapa pelanggan dengan rasa yang nyaris tak berubah sejak puluhan tahun lalu.
Kupat Tahu Hj Sapen bukan nama baru bagi warga Majenang dan sekitarnya. Usaha ini telah dirintis sejak lebih dari setengah abad silam, bermula dari lapak di kawasan Pasar Lama Majenang, yang kini menjelma menjadi Taman Kota.
"Kami memang terus mempertahankan cita rasa asli kupat tahu sejak puluhan tahun silam saat buka di kawasan Pasar Lama. Pasalnya, rasa itulah yang bikin pelanggan terus kembali," ucap Darsih, pengelola warung ini sebagaimana dinukil dari Suaramerdeka, Selasa (23/12/2025).
Kala itu, pusat keramaian kota kecil di barat Cilacap menjadi saksi bagaimana sepiring kupat tahu mampu mengikat ingatan dan selera banyak orang. Seiring waktu dan perubahan kawasan, warung ini pun berpindah lokasi. Sejak 2009, Kupat Tahu Hj Sapen menetap di Jalan Yos Sudarso, tepat di sisi jalan lingkar selatan, seberang SMK Yos Sudarso.
Tapi, sebenarnya apa sih yang bikin kupat tahu di sini istimewa? Kalau kamu bertandang dan makan di sana, bakal menemukan kok keunikannya. Satu porsi kupat tahu di sini disajikan tanpa banyak basa-basi. Irisan kupat dan tahu disusun bersama taoge segar, kerupuk, serta suwiran ayam. Setelahnya, kuah santan hangat disiramkan perlahan, menghadirkan aroma khas yang langsung menggoda selera.
Yang istimewa adalah hadirnya kerupuk singkong khas Majenang berwarna merah muda. Rasanya yang renyah saat digigit, lalu perlahan melembut ketika bersentuhan dengan kuah, menghadirkan sensasi rasa yang sulit dilupakan.
Pembeli juga diberi kebebasan menyesuaikan selera. Selain ayam suwir, tersedia pilihan topping ati ampela. Sambal, kecap manis, hingga cuka yang tersaji di meja dan siap diracik sesuai keinginan. Soal harga, kupat tahu ini tetap ramah di kantong, yaitu Rp20 ribu per porsi.
Kini, estafet usaha diteruskan oleh Darsih, menantu almarhumah Hj Sapen. Di usianya yang telah melewati 60 tahun, Darsih tetap setia menjaga racikan lama. Ia dibantu seorang pekerja, memastikan setiap porsi keluar dengan kualitas yang sama seperti dahulu.
Kesetiaan pelanggan menjadi bukti konsistensi rasa tersebut. Basuki, salah satu pelanggan lama, mengaku sudah menikmati kupat tahu ini sejak masih dijual di Pasar Lama. Baginya, kelezatan ayam suwir berpadu kuah santan sebagai daya tarik utama kupat tahu tersebut.
Ulasan di Google pun menguatkan reputasi itu. “Harga sebanding dengan rasa, enak banget. Besok kalau pulang kampung bakal balik lagi,” tulis Anjas Supriyatno yang menulis ulasan tersebut.
Kupat Tahu Hj Sapen buka setiap hari sejak pagi hingga sore, meski kerap tutup lebih awal saat dagangan habis. Bagi Darsih, menjaga kualitas, bersikap ramah, serta tetap sabar dan bersyukur menjadi kunci usaha ini bertahan.
Jadi penasaran ya, Gez, senikmat apa Kupat Tahu Hj Sapen jika dikonsumsi secara langsung di warungnya. Yuk kapan kita wisata kuliner ke sana? (Arie Widodo/E07)
