Sebagai seseorang yang paling lama menetap di Jakarta adalah
satu pekan, jawaban yang dibeberkan Putri nggak bisa langsung dicerna kepalaku.
Apalagi, masih ingat betul di kepala, sekitar 10 tahun yang lalu, salah seorang rekan volunteer dari Swiss bernama Lucia sempat saya ajak
nongkrong di pinggir jalan depan Pura Agung Giri Natha. Bukannya terkesima
dengan pemandangan Kota Semarang dari atas, dia malah lebih memperhatikan
polusi udara yang nggak pernah dia lihat di negaranya.

“Itu bukan kabut kan? Warna kabut nggak seperti itu. Aku jadi
paham mengapa kalian selalu pakai jaket dan masker kalau naik motor ke
mana-mana,” ucap perempuan yang sudah balik ke negaranya tersebut.

Tapi, Semarang sedekade yang lalu sepertinya memang berbeda
dengan Semarang pada masa sekarang. Polusi udara memang masih jadi masalah
besar bagi kota ini selain masalah banjir dan kemacetan yang belum bisa
diselesaikan. Untungnya, sudah ada perbaikan di banyak sektor, khususnya dalam
keseriusan mengelola ruang terbuka hijau (RTH).

Kita nggak membicarakan kawasan di mana kondisi alam masih
hijau seperti di Kecamatan Mijen atau Gunungpati, ya, Millens. Yang kita bahas adalah sejumlah
taman di Kota Semarang sudah banyak bersolek dan jadi ruang publik yang nyaman
bagi banyak orang.

“Dulu pas kuliah di sini, taman di Semarang nggak ada yang
menarik. Sekarang ada Taman Indonesia Kaya yang jadi lebih bagus. Ada Taman Pandanaran
dan Taman Diponegoro dekat RS Elisabeth juga. Tapi yang bikin aku terkesan
setelah balik lagi ke sini, Jalan S. Parman ternyata masih sehijau itu. Eye-catching
banget buat dilewati,” ucap Adi Sardjono, pekerja IT yang pulang ke Semarang
setelah lama bekerja di Kawasan Industri Cikarang, Sabtu (14/12).

Realitanya, dalam sepuluh tahun belakangan, Kota Semarang
memang serius memperbaiki RTH-nya. Menurut keterangan Wali Kota Hevearita Rahayu
pada 13 Januari 2024 lalu saja, kini di Semarang sudah ada 143 taman dan
setidaknya 13 hutan kota. Jika menilik Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) 2025-2045, terkuak rencana memastikan RTH di Semarang berada di
angka 11.211 hektare.

Lebih dari itu, meski banyak armadanya yang justru bikin
polusi udara karena gas buangnya yang mirip semburan tinta cumi-cumi, Trans Semarang terus diperbaiki
layanannya oleh Pemkot Semarang dengan harapan semakin menarik pengguna. Hal ini membuahkan hasil karena jika pada 2010 lalu Trans Semarang hanya
mampu mengangkut 369 ribuan penumpang, selama 2022, tercatat penumpangnya
mencapai lebih dari 6,5 juta orang.

Meski belum benar-benar secara efektif mengatasi polusi
udara dan kemacetan serta masih perlu perbaikan di sana-sini, peningkatan jumlah
penumpang transportasi umum di Kota Semarang ini tentu patut dihargai. Jika
dikombinasikan dengan semakin membaiknya kondisi RTH, saya akhirnya mengerti
alasan mengapa Putri merasa Kota Semarang bisa jadi opsi tempat tinggal yang
lebih sehat.

Menariknya, hal ini juga diamini oleh Adi yang mengaku
merasa lebih nggak mudah stres setelah kembali ke Semarang jika dibandingkan
dengan di tempat kerjanya dulu.

“Sekarang jadi jarang kena asam lambung atau kepala pusing. Apalagi
pas akhir pekan, terkadang saya berolahraga jalan kaki dari Taman Indonesia
Kaya sampai ke Stadion Tri Lomba Juang atau main ke BSB. Kalau malam bisa mencari tempat melihat
city light untuk meredakan stres. Rasanya jadi punya opsi untuk hidup
lebih sehat di sini,” lanjutnya.

Yap, siapa sangka, Semarang yang dulu hanya dikenal gara-gara
banjir dan suhu panas, kini bisa jadi opsi untuk jadi tempat tinggal yang lebih sehat. Kalau
menurut kamu sendiri, apakah Semarang dengan berbagai kekurangannya ini memang bisa jadi pilihan tempat tinggal
yang ideal, Millens? (Arie Widodo/E05)

Inibaru.id – Tatkala saya mewawancarai Putri, seorang
pekerja kantoran yang sudah beberapa tahun tinggal di Semarang setelah sebelumnya
hidup di Jakarta, hal pertama yang saya prediksi tentang alasan mengapa dia mau
pindah ke Semarang adalah pengin menikmati kehidupan yang lebih tenang atau yang
istilah kerennya adalah slow living. Tapi, alasan yang dia beberkan ternyata melenceng dari anggapan saya sebelumnya.

“Aku pengin lingkungan dengan udara yang lebih sehat. Karena
riwayat kesehatanku, sulit kalau terus hidup di Jakarta yang polusinya buruk. Apalagi di sana ada polusi dari PLTU Batubara. Keluar rumah sedikit juga banyak perokok jadi
sulit buatku bernapas dengan lega. Di sini, setidaknya tempat kerjaku ada di
kawasan yang rindang, jadi lebih baik buat aku,” ucap Putri, Jumat (13/12/2024).

Ternyata ada lo orang-orang yang sengaja pindah ke Semarang karena merasa kota ini bisa jadi opsi tempat tinggal lebih sehat. Seperti apa ya cerita mereka terkait dengan hal ini?

Cerita Mereka yang Pindah ke Kota Semarang untuk Kehidupan yang Lebih Sehat

Untungnya, ada banyak pengolah kuliner yang terus
mempertahankan keberadaan bubur. Nah, salah satunya adalah Mbak Las yang menjualnya
di sebuah gerobak sederhana yang bisa kamu temukan di Jalan Soekarno Hatta,
Kalicari, Kecamatan Semarang Timur, tepatnya nggak jauh dari jembatan
penyeberangan sebelum RS Panti Wilasa Citarum.

Meski hanya membuka lapak di gerobak sederhana, nyatanya
kepopuleran aneka bubur yang disediakan di sini sudah menyebar di seantero Kota
Semarang. Makanya, begitu buka dari pukul 12.00 WIB, belasan warga langsung
mengambil nomor antrean. Mereka bisa memilih untuk membeli aneka bubur manis
seperti bubur sumsum, bubur candil, bubur ketan hitam, bubur mutiara, bubur
ketela, dan bubur kacang hijau. Kamu bahkan bisa memesan kombinasi dari
bubur-bubur tersebut, lo.

“Untungnya ada nomor antrean jadi kita nggak perlu rebutan
dengan banyak pelanggan lain. Soal rasa, karena sudah mencoba semuanya, rasanya
cukup menarik,” tulis salah seorang pengulas di Google yang mencicipi Bubur
Lezat Mbak Las pada Agustus 2024, Inas Inayah Puri.

Meski semua buburnya memiliki rasa yang mantap, banyak orang
yang merekomendasikan bubur candilnya yang disebut-sebut punya rasa istimewa.
Salah satunya adalah Arin Setya Kustanti yang mencobanya pada April 2024.

Harga bubur di sini juga murah meriah,&nbsp;yaitu
Rp5 ribu per porsi. Tapi, banyak orang menyebut porsinya cukup kecil. Jadi,
kalau pengin kenyang, sebaiknya beli dua porsi sekalian. Nah, kamu juga bisa lo
mencicipi dua jenis bubur yang berbeda untuk mendapatkan pengalaman mencicipi
bubur yang lebih menarik.

Bubur Lezat Mbak Las buka dari Senin sampai Sabtu dari pukul
12.00 WIB sampai 15.00 WIB. Ingat ya, Millens, ambil nomor antrean dulu dan
harus sabar menunggu giliranmu tiba. Dijamin kok, lamanya waktu mengantre
bakal sepadan dengan rasa bubur yang disajikan! (Arie Widodo/E05)

Inibaru.id – Soal kuliner, Indonesia memang juaranya.
Ada banyak sekali jenis kuliner yang bisa kamu coba di setiap kota di
Indonesia. Salah satunya adalah di Kota Semarang. Nah, salah satu di antaranya
yang wajib kamu coba saat berada di sana adalah Bubur Lezat Mbak Las.

Jika dibandingkan dengan aneka kuliner olahan nasi atau mi,
kuliner bubur memang nggak begitu populer. Maklum, penggemarnya nggak sebanyak dua
jenis penganan yang disebutkan sebelumnya. Padahal, kuliner yang satu ini sudah
eksis sejak Nusantara masih berada dalam zaman kerajaan.

Setidaknya ada enam jenis kuliner bubur yang bisa kamu cicipi di Bubur Lezat Mbak Las, Kota Semarang. Apa saja, ya?

Bubur Lezat Mbak Las Kota Semarang, Surga Penggemar Kuliner Bubur

Klaim ini kemudian dibantah oleh peneliti arkeologi Harry Sofian
lewat akun Twitternya @harrysofian. Peneliti yang bertugas di Badan Riset dan
Inovasi Nasional (BRIN) dan Universitas Negeri Gadjahmada Yogyakarta (UGM) ini justru
menyebut Prabu Brawijaya sebagai tokoh fiktif. Alasannya, nama Prabu Brawijaya
hanya ditemukan di karya sastra, yaitu Babad Tanah Jawi, dan nggak
ditemukan di prasasti, naskah, atau peninggalan bersejarah lain sebagaimana para ahli
menguak keberadaan tokoh-tokoh lain di Kerajaan Majapahit.

“Nama Brawijaya hanya muncul di Babad Tanah Jawa yang
diragukan otentifikasinya sebagai sejarah, tetapi sebagai karya sastra. Nama
Brawijaya nggak ada dalam prasasti dan naskah lain, tapi hanya muncul di
legenda rakyat dan Babad Tanah Jawa,” tulisnya pada Senin (9/12/2024).

Kalau menurut Harry pula, kalau ada pihak bersikukuh menganggap karya sastra
sebagai bukti sejarah, bakal seperti menjadikan Roman Sejarah yang
dibuat Pramoedya Ananta Toer sebagai bukti sejarah autentik yang tentu saja nggak
tepat, Millens.

Oleh karena itu, jika kita menilik ke banyak data tentang daftar
Raja Majapahit di mana-mana, nggak ada satu pun nama Brawijaya. Setelah Raden
Wijaya, berturut-rutut yang jadi raja adalah Tribhuwana Wijayatunggadewi, Hayam
Wuruk, Wikramawardhana, dan yang terakhir adalah Girindrawardhana Dyah
Ranawijaya (Bhre Keling) yang memerintah Majapahit dari 1474 sampai 1518.

Nah, di Babad Tanah Jawi yang
konon ditulis pada abad ke-19 atas perintah Pakubuwana III, Susuhunan kedua
Surakarta (1749-1788), disebutkan bahwa Prabu Brawijaya jadi saksi runtuhnya
Kerajaan Majapahit usai diserang Raden Patah yang disebut sebagai putranya
sendiri. Kontras banget dengan informasi yang diungkap&nbsp;Suma Oriental karya
penulis sejarah Portugis Tome Pires yang menyebut Raden Patah adalah seorang cucu dari masyarakat
biasa dari Gresik, Jawa Timur, alias bukan keturunan raja.

Nama Brawijaya memang juga
disebut dalam karya sastra lain seperti Serat Centhini III, Serat
Darmogandul, hingga Serat Carita Purwaka Caruban Nagari. Tapi,
layaknya Babad Tanah Jawi, karya-karya tersebut lebih cocok disebut
sebagai karya sastra sebagaimana Babad Tanah Jawi, yang nggak bisa
dianggap sebagai bukti sejarah otentik. Artinya, Brawijaya lebih cocok disebut sebagai tokoh legenda saja.

Hm, nggak disangka ya, Millens,
meski namanya cukup terkenal di Indonesia, tapi ternyata keberadaan Prabu Brawijaya
masih jadi kontroversi hingga sekarang. Kalau menurut kamu sendiri, dia tokoh
fiktif atau nyata nih? (Arie Widodo/E05)

Inibaru.id – Kita mengenal Universitas Brawijaya yang
ada di Kota Malang, Stadion Brawijaya di Kediri, KA Brawijaya, dan Terminal Bus
Brawijaya yang ada di Banyuwangi, Jawa Timur. Semuanya merujuk pada nama Prabu
Brawijaya yang konon merupakan pemimpin terakhir dari Kerajaan Majapahit.
Namun, belakangan ini sejumlah ahli sejarah menyebut Brawijaya adalah tokoh
fiktif.

Pembahasan tentang eksistensi tokoh Prabu Brawijaya berasal dari klaim
dari seorang pendakwah yang jadi kontroversi belakangan ini. Dalam sebuah
video, sang pendakwah menyebut dirinya sebagai keturunan ke-18 dari Prabu Brawijaya, Millens.

Usai salah seorang pendakwah mengklaim diri sebagai keturunan Prabu Brawijaya, pakar arkeologi justru menyebut Prabu Brawijaya sebagai tokoh fiktif. Apakah hal ini memang benar?

Mengungkap Ketokohan Brawijaya, Fiktif atau Nyata?

Tapi, kalau kamu adalah salah satu dari sekian banyak orang
yang berencana ke Bromo pada libur Nataru kali ini, ada baiknya mengecek
tanggal benar-benar, ya? Pasalnya, ada satu hari di tengah-tengah libur akhir
tahun nanti di mana tempat wisata Gunung Bromo bakal tutup.

Jadi begini, pada akhir tahun 2024 nanti, masyarakat
Tengger, warga asli yang mendiami kawasan Gunung Bromo, memperingati Wulan
Kapitu. Nah, untuk memberikan kesempatan bagi warga melakukan sejumlah tradisi
untuk memperingatinya, pihak Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
(TNBTS) pun memutuskan untuk menutup tempat wisata Gunung Bromo sehari.

Keputusan ini sudah diumumkan langsung oleh Kepala TNBTS Rudijanta
Tjahja Nugraha ya, Millens dan disebar ke berbagai jenis pengumuman,
termasuk di media sosial. Inti dari pengumuman tersebut adalah, Wisata Gunung
Bromo tutup dari Minggu (29/12/2024) pukul 15.00 WIB sampai Senin (30/12/2024)
pukul 23.59 WIB.

Selama periode waktu tersebut, Kaldera Tengger yang terdiri
atas Kawah Bromo, Bukit Teletubbies, hingga Lautan Pasir nggak bakal diakses
wisatawan atau kendaraan bermotor apapun. Barulah pada Selasa (31/12/2024)
pukul 00.01 WIB, akses kembali dibuka.

Artinya, kalau kamu pengin melihat matahari pertama pada Tahun
Baru 2025 nanti, masih memungkinkan kok. Tapi, pandai-pandai mengatur jadwal
dan rencana ya karena ada kemungkinan di Gunung Bromo bakal dijejali pengunjung
yang juga pengin melihat momen tersebut.

Yang pasti, ingat-ingat ya tanggal saat wisata Gunung Bromo
tutup saat libur Nataru nanti. Biar nggak kecele pas sudah sampai di sana, Millens.
(Arie Widodo/E05)

Inibaru.id – Selain libur Lebaran, orang Indonesia
juga mengenal libur panjang lain di akhir tahun, yaitu libur Natal dan Tahun
Baru atau Nataru dari 25 Desember sampai 1 Januari. Layaknya di libur Lebaran,
banyak orang mudik pada masa liburan tersebut. Banyak pula yang membanjiri
tempat wisata, Millens.

Nah, dari sekian banyak tempat wisata alam di Indonesia yang
diprediksi bakal dibanjiri wisatawan pada masa libur Nataru tersebut, Gunung
Bromo adalah salah satunya. Meski ada di tengah musim hujan yang bikin jalur
menuju ke sana jadi lebih becek dan basah, nyatanya minat masyarakat untuk melihat
langsung salah satu gunung dengan pemandangan terindah di dunia ini cukup
tinggi.

Pengin ke tempat wisata Gunung Bromo pada libur Nataru tahun ini? Cek dulu tanggal di mana tempat ini tutup sehari biar nggak kecele, ya, Millens?

Libur Nataru, Gunung Bromo Bakal Tutup Sehari

Fungsi dari mode ini adalah untuk membuat sinyal ponsel terblokir. Artinya,
begitu kamu menyalakan mode ini, ponselmu nggak bisa menerima pesan,
mendapatkan panggilan, hingga berselancar di internet, deh.

Bisa dikatakan, selain untuk keperluan offline
seperti bermain game, mengambil foto, atau mengedit gambar, ponsel jadi
nggak lagi berfungsi seperti biasa. Pertanyaannya, mengapa ponsel harus diset
dalam mode pesawat saat pesawat mengudara? Apa jika nggak kita lakukan apakah pesawat bisa jatuh atau bahkan meledak?&nbsp;

Eits, nggak bakal seekstrem itu kok. Meski begitu, bukan berarti kita boleh abai dengan hal ini ya. Pasalnya,
kalau semua orang nggak menyalakan mode pesawat dan tetap berkirim pesan, melakukan panggilan telepon, atau bahkan memakai internet,
bakal bikin masalah pada komunikasi radio antara pilot dan menara pengawas di
daratan.

“Jadi gini, di dalam pesawat kan ada puluhan atau ratusan
penumpang. Kalau sinyalnya masih menyala, bakal bikin gangguan pada gelombang
radio yang dipakai pilot dan menara pengawas berkomunikasi. Kalau sampai
begitu, pilot bakal kesulitan mengarahkan pesawatnya di posisi yang tepat saat mengudara,”
ucap salah seorang pilot pemilik akun TikTok @perchpoint sebagaimana dilansir
dari NYPost, Senin (9/12/2024).

Terdapat sebuah kasus di mana ada penumpang yang lupa
menyalakan mode pesawatnya. Itu sudah cukup untuk bikin headset pilot dipenuhi
suara seperti tawon yang terbang dekat dengan telinga. Otomatis, pilot
kesulitan mendengar instruksi dari menara pesawat. Kalau hal ini terjadi saat
pesawat lepas landas atau melakukan pendaratan, bisa berbahaya, bukan?

Jadi, sudah mengerti kan alasan mengapa mode pesawat perlu
dinyalakan pas kamu naik pesawat terbang? Demi keamanan dan kelancaran penerbangan,
Millens! (Arie Widodo/E05)

Inibaru.id – Buatmu yang kerap memakai moda pesawat
terbang untuk pergi ke berbagai wilayah di dalam maupun luar negeri, pasti
paham betul dengan aturan ini. Begitu sudah memasuki pesawat terbang, ponsel
harus diset di mode pesawat. Alasannya sih untuk keamanan penerbangan. Tapi,
sebenarnya, apa sih alasan yang lebih pasti terkait dengan adanya aturan ini?

Mode pesawat bisa dengan mudah kamu temukan di menu ponsel dengan logo gambar siluet pesawat terbang dari atas.

Kepikiran nggak sih apa alasan utama dari perintah menyalakan mode pesawat pas pesawat sedang mengudara? Nah, berikut adalah penjelasannya.

Mengapa saat Terbang Ponsel Harus Dalam Mode Pesawat?

Di warung yang buka setiap hari dari pukul 12.00 WIB sampai
16.00 WIB ini, kamu bisa menemukan berbagai menu yang cocok bagi mereka yang
hobi makan sayur. Yang paling populer tentu saja adalah pecel dan petis
kangkungnya. 

Yang menarik, bumbu yang dipakai untuk membuat pecel uleg atau
petis kangkungnya dibuat langsung usai kamu pesan. Kamu bahkan bisa request
tingkat kepedasannya, lo. Jadi, makanan yang disajikan ke kamu dipastikan
kesegarannya.

Meski nama warungnya memakai embel-embel pecel, sebenarnya warung
ini menyediakan aneka kuliner. Di sana, kamu bisa menemukan nasi rames, sambal
asem glandir, nasi sayur mangut, nasi sayur asem, nasi sayur bayam, mi goreng,
mi sambal kacang, garang asem ayam, hinga lauk atau camilan menarik seperti
cumi hitam pedas, pisang goreng, oseng usus, sukun goreng, mendoan, peyek
udang, bakwan, dan lain-lain.

Minuman yang tersedia di sana juga nggak kalah menarik. Selain
es teh yang jadi standar warung tradisional di Indonesia, tersedia juga kolak
santan, kolak setup, dan es cincau blewah. Cocok banget jadi pendamping makanan
dengan sensasi pedas, kan?

Soal harga, bervariasi tergantung pada menu yang kamu pilih,
Millens. Tapi, rata-rata pelanggan biasanya menghabiskan Rp15 ribu
sampai Rp50 ribu sekali makan. Nggak menguras kantong, kok.

“Legendaris, enak, mantap!” tulis pengulas di Google dengan
singkat terkait pengalamannya makan di Warung Pecel Bu Gik pada Juli
2024 lalu.

Hal lain yang jadi kelebihan dari warung ini adalah nggak
ada tarif parkir. Meski begitu, karena lokasinya yang nggak begitu luas, kamu
harus pandai-pandai memilih jam datang agar nggak datang ke sana pas kondisinya
sangat ramai, ya?

Jadi, kapan nih kita mencicipi kuliner pedas nan mantap di
Pecel Bu Gik Batan Miroto Semarang, Millens? (Arie Widodo/E10)

Inibaru.id – Sedang berada di pusat kota Semarang dan
pengin wisata kuliner yang nggak biasa namun dijamin rasanya mantap, Millens?
Kalau iya, cobain deh Pecel Bu Gik. Di sana, kamu bisa mencicipi sejumlah menu
sehat dengan sensasi pedas dan mantap yang menggugah selera.

Berlokasi di Jalan Batan Miroto I Nomor 469 Kecamatan Semarang
Tengah, lokasi Warung Pecel Bu Gik ada di belakang Balai Kota Semarang dan hanya
berjarak sekitar 500 meter ke arah utara dari pusat oleh-oleh yang ada di Jalan
Pandanaran.

Warung Pecel Bu Gik di Jalan Batan Miroto Semarang memang sederhana. Tapi, rasa kuliner yang disajikan di sana sangat mantap dan melegenda.