Inibaru.id – Selain nastar, kastengel dikenal sebagai salah satu dari sejumlah kue kering khas Lebaran. Nah, di balik rasanya yang lezat, ternyata kastengel punya sejarah yang cukup menarik, lo. Seperti apa sih?
Dari namanya saja, kamu bisa memastikan ya kalau kastengel ini bukan asli Indonesia. Realitanya, kue kering ini adalah warisan dari penjajah Belanda yang diadopsi oleh orang Indonesia. Kalau di negeri asalnya sih, nama aslinya adalah kaastengels yang merupakan perpaduan dari dua kata kaas yang bisa diartikan sebagai keju sementara stengels yang artinya adalah batangan.
Dari namanya, bisa diartikan kalau kaastengels ini adalah batang keju atau stik keju. Hm, sesuai sih ya dengan bentuknya. Namun, di Belanda sana, kaastengel bukanlah kue kering berukuran kecil, melainkan berupa puff pastry yang diberi taburan keju. Ukurannya juga cukup besar, karena panjangnya bisa mencapai 30 cm. Selain itu, bukannya dikonsumsi saat perayaan, kaastengels yang dipotong-potong ini biasanya dijadikan teman makan sup panas atau salad.
Lantas, kok jadi kecil-kecil dan lebih kering di Indonesia? Alasannya ternyata gara-gara di masa penjajahan, oven dengan ukuran besar sebagaimana yang biasa ditemukan di Belanda sulit dicari di sini. Akhirnya perempuan Belanda ataupun perempuan pribumi mengakali adonan agar jadi lebih kecil dan akhirnya muat deh di dalam loyang serta oven yang lebih kecil.
“Pada masa itu, terjadi semacam akulturasi budaya dan kuliner,” ungkap anggota Indonesian Chef Association, Chef Fidin, Mei 2021.
Pernah Jadi Pengganti Mata Uang
Cerita lain tentang kastengel yang nggak biasa adalah kue ini pernah jadi pengganti mata uang, lo. Jadi, kamu bisa membayangkan nggak membeli barang tapi barang itu ditukar dengan kastengel? Yap, hal ini benar-benar terjadi di masa lalu, tepatnya di Kota Krabbendijke, Belanda.
Kok bisa sih? Jadi ya, pada masa itu, harga keju sangat mahal. Padahal, keju di kaastengels cukup banyak. Otomatis, kue ini pun dianggap sebagai barang mahal sehingga pantas untuk dijadikan pengganti mata uang.
Pada masa penjajahan Belanda, kue ini juga awalnya dianggap sebagai makanan bergengsi. Maklum, kue ini biasanya hanya disajkan oleh keluarga pejabat Belanda atau orang-orang Belanda yang menikahi orang lokal. Orang-orang pribumi biasanya hanya bisa mencicipinya saat ada perayaan tertentu saja.
Sejak saat itulah, kastengel jadi identik dengan kue perayaan seperti Idulfitri, deh.
Kalau kamu, apakah juga suka makan kastengel pada saat perayaan Lebaran, Millens? (Kom, Sam/IB09/E05)