Inibaru.id - Sesaat setelah memarkirkan motor, saya bergegas lari ke kepulan asap yang dikerumuni warga. Bukan kebakaran, di sana para pelanggan sedang menunggu Waluyo membakar satai. Sejak 15 tahun lalu lelaki 65 tahun ini bergelut dengan arang dan kipas anyaman bambu. Siapa sangka, aneka macam satai yang dia jajakan bersama istri menjadi primadona warga Kota Semarang.
Lapak semipermanen yang terletak di Jalan Jagalan Semarang ini selalu ramai diserbu pelanggannya dari berbagai usia dan kalangan. Dalam sebuah kotak besar yang terbagi dalam beberapa bagian, ditempatkan beberapa jenis satai. Satai sapi, ayam, koyor, tahu, dan tempe boleh banget kamu coba.
O ya, ada satu lagi jenis satai yang istimewa yaitu satai kere. Bahan yang digunakan untuk membuat satai kere adalah gembus. Karena bahan ini cukup murah, harga satai kere juga sangat terjangkau.
Menurut Waluyo, ide satai kere ini sudah ada sejak dirinya belum punya lapak sendiri. Awalnya ibunyalah yang berjualan satai terlebih dahulu. Sepeninggalan ibunya, Waluyo lantas meneruskan usaha ibunya tersebut.
“Dulu ibu saya jualannya kayak gini, saya mewarisi, mereka sudah meninggal saya neruske,” tutur lelaki gempal ini.
Di bagian lain, istri Waluyo tengah sibuk membungkus satai dengan kertas minyak. Semenjak corona melanda, lebih banyak pembeli yang memilih membawa pulang satai.
“Beberapa orang juga memilih makan di mobil mereka,” tuturnya.
Ya, selain menjadi incaran para kaum kantong cekak, satai kere ini juga menjadi incaran orang-orang dengan ekonomi yang mapan. Pembeli bisa memilih satai sesuai dengan isi dompet mereka. Setusuk satai tahu, tempe, dan gembus bacem cuma dibanderol Rp 1.500. Sedangkan yang paling mahal hanya satai sapi yang dihargai Rp 3.500 per tusuknya.
Salah seorang pelanggan yang kala itu tengah mengantre adalah Lia. Perempuan lansia ini mengaku sudah bertahun-tahun berlangganan di tempat ini karena mengaku dekat dari tempat tinggalnya. Selain memfavoritkan satai sapi, perempuan ini juga nggak pernah lupa membungkus satai tempe untuk suamimya.
“Setahu saya di Semarang satai kere cuma di sini. Ada tempe juga, suami saya suka satai tempe,” tuturnya.
Kini Waluyo cuma dibantu oleh seorang pegawai saja. Dirinya mengaku dalam beberapa waktu ke depan, anaknya akan membuka cabang di dareah Papandayan. Kamu tertarik mencobanya, Millens?(Zulfa Anisah/E05)
Sate Sapi Karangsaru
Kategori : Warung kakilima
Alamat : Jalan Jagalan Semarang (Karangsaru)
Jam Operasional: 16.30 – 21.00 WIB
Harga Makanan: Rp 1.500 – Rp 3.500 (per tusuk)
Harga Minuman: Rp 2.000 – Rp 5.000