inibaru indonesia logo
Beranda
Islampedia
Masjid Wapauwe, Masjid Tertua di Maluku dengan Arsitektur Unik
Selasa, 26 Des 2017 23:49
Penulis:
Alley Hardhiani
Alley Hardhiani
Bagikan:
Masjid Wapauwe (vebma.com)

Masjid Wapauwe (vebma.com)

Memiliki arsitektur yang unik, Masjid Wapauwe kini sudah berusia mencapai 7 abad. Masih berdiri dengan kokoh hingga sekarang, masjid tertua di Maluku itu juga memiliki beberapa koleksi bersejarah.

Inibaru.id - Islam tersebar ke Indonesia ratusan tahun lalu, maka wajar ada masjid-masjid berusia mencapai ratusan tahun.

Nah, salah satu masjid tertua di Indonesia adalah Masjid  Mapauwe. Berada di Desa Kaitetu, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, masjid itu dibangun pada 1414 yang masih berdiri dengan kokoh hingga sekarang.

Mengutip Republika.co.id (14/4/2012), awalnya masjid itu bernama Masjid Wawane karena dibangun di lereng Gunung Wawane oleh keturunan Islam Jailolo dari Moloku Kie Raha (empat gunung Maluku), Pernada Jamilu. Namun kemudian masjid Wawane dipindahkan ke Kampung Tehala yang berada 6 km di Timur Wawane pada 1614. Hal itu dilakukan karena kedatangan Belanda pada 1580 ke tanah itu mengganggu kenyamanan penduduk di sana dalam beribadah.

Saat Belanda dapat menguasai seluruh Tanah Hitu, para penduduk yang ada di daerah pegunungan lalu dipindahkan ke daerah pesisir. Selain itu, sebagai konsekuensi kebijakan politik ekonominya, pada 1664 masjid tersebut ikut dipindahkan ke Desa Ateu yang kini disebut Desa Kaitetu.

Setelah dipindahkan inilah nama masjid menjadi Wapauwe. Nama tersebut diambil karena bangunan masjid direkonstruksi di tempat yang banyak ditumbuhi pohon mangga hutan (mangga berabu), yang dalam bahasa Kaitetu disebut wapa. Jadi, Masjid Wapauwe berarti masjid yang didirikan di bawah pohon mangga berabu.

Baca juga:
Masjid Tua di Tepian Cisadane dan Kisah Toleransi Berabad-abad
Keindahan Masjid dan Sejarah Penyebaran Islam di Bangladesh

Masih mempertahankan bentuk aslinya, Masjid Wapauwe berdiri di atas sebidang tanah yang oleh warga setempat diberi nama Teon Samaiha. Berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 10x10 meter, arsitekturnya unik banget. Di bangun menggunakan pasak kayu untuk menyatukan setiap bagian-bagiannya, masjid ini dapat dibongkar-pasang dan memungkinkan untuk dipindah-pindah.

Sedangkan untuk dindingnya, masjid tertua di Maluku ini dibuat dari gaba-gaba (pelepah sagu yang dikeringkan) dan beratapkan daun rumbia. Namun setelah direnovasi setengah dinding dibuat dengan campuran kapur. Selain itu juga dilakukan penambahan serambi dengan ukuran 6,35 x 4,75 meter.

Nggak hanya eksterior, bagian dalam masjid juga masih sangat terawat. Seperti umumnya di Jawa, masjid ini juga mempunyai mimbar. Berukuran 2x2 meter, mimbar masjid berbentuk seperti kursi dan terbuat dari kayu. Pada bagian atasnya dihiasi lengkungan dan ukiran kayu. Karena ukurannya yang cukup tinggi, mimbar pun ditambahi anak tangga.

Untuk bagian dalam masjid juga memiliki ciri khas bangunan joglo, yaitu sakaguru berupa empat pilar yang terletak di tengah bangunan tradisional Jawa. Atapnya juga dipengaruhi oleh bangunan Jawa, yaitu berupa atap tajuk bertingkat. Di atas sakaguru terdapat atap piramida dengan kemiringan yang cukup tajam, lalu diikuti di bawahnya dengan atap yang kemiringannya landai, persis seperti atap bangunan tradisional Jawa. Puncak menara terbuat dari kayu yang berbentuk silindris dengan alur-alur dan molding.

Meskipun masjid ini pernah mengalami beberapa kali pemindahan dan perbaikan, Masjid Wapauwe tetap asli karena tidak mengubah bentuk inti masjid sama sekali. Nah, dapat dikatakan bahwa masjid ini sebagai masjid tertua di tanah air yang masih terpelihara keasliannya hingga kini.

Nggak hanya memiliki arsitektur yang unik, lo. Masjid Wapauwe juga mempunyai benda bersejarah. Salah satunya yaitu mushaf Alquran yang menjadi salah satu mushaf tertua di Indonesia. Mushaf yang ditulis tangan oleh imam pertama Masjid Wapauwe yaitu Imam Muhammad Arikulapessy ini ditulis tanpa hiasan di pinggirnya. Selesai ditulis pada 1550, mushaf itu masih terjaga baik. Ada juga Mushaf Nur Cahya yang ditulis tangan oleh cucu Imam Arikulapessy pada 1590 menggunakan kertas Eropa.

Baca juga:
Kampung Susukan dan Cikal Bakal Islam di Lebak
Geliat Dakwah Ponpes Assalam di Pedalaman Kutai Barat

Selain itu juga terdapat Kitab Baranzi (Barzanji) yaitu syair pujian kepada Rasulullah SAW, sekumpulan naskah khotbah tua, kalender Islam tahun 1407 M, dan manuskrip Islam lain yang sudah berumur ratusan tahun. Semua peninggalan sejarah tadi, kini merupakan pusaka marga Hatuwe dan di jaga oleh Abdul Rachim Hatuwe yang merupakan keturunan ke XII Imam Muhammad Arikulapessy. Semuanya di simpan di Rumah Hatuwe yang berjarak 50 meter dari masjid Wapauwe.

Kini, meskipun di Desa Keitetu sudah ada masjid baru, Masjid Wapauwe masih sering digunakan untuk Salat Jumat dan salat lima waktu. Berumur ratusan tahun. masjid ini pun menjadi salah satu situs paling bersejarah di Maluku. (ALE/SA)

Komentar

inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

A Group Partner of:

medcom.idmetrotvnews.commediaindonesia.comlampost.co
Copyright © 2024 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved