Inibaru.id – Juru kunci; kamu tentu mengenalnya sebagai sosok penjaga dari suatu kompleks kuburan. Terlepas dari pelbagai kisah menyeramkan di sebuah permakaman, juru kunci merupakan orang yang sangat membantu ahli waris, khususnya untuk permakaman yang luas macam Bergota Semarang.
Perlu kamu tahu, Tempat Permakaman Umum (TPU) Bergota merupakan salah satu makam terbesar di Kota Lunpia. Penuh sesaknya makam bahkan sudah terlihat dari Jalan Kiai Saleh atau saat kamu memasuki kompleks permakaman yang masuk wilayah Randusari, Kecamatan Semarang Selatan, itu.
Baca Juga:
Lebih Dekat dengan Asem Kawak, Komunitas Penjual Barang Antik yang Kerap Ganti Nama dan LokasiNah, di tengah deretan kuburan yang berdesakan itu, beberapa blok dari pintu masuk kamu bakal menemukan satu petak gubuk ukuran 4x4 meter. Sepasang istri-suami menghuni bangunan yang berada di tengah-tengah makam tersebut.
Pasangan tersebut tampak sudah menua, tapi keramahannya nggak pernah pudar. Yang lelaki bernama Antonius Mukri, generasi ketiga juru kunci di Makam Bergota Blok A4. Istrinya bernama Alis Sri Jumiati. Keduanya telah lama mendiami gubuk tersebut, melaksanakan tugasnya sebagai juru kunci di sana.
“Saya setiap hari ke sini. Dari pagi, jamnya fleksibel aja. Pulangnya biasanya sore, pukul 17.30 WIB," ungkap Mukri, sang suami.
Cukup lama mendaku sebagai juru kunci, hingga kini Mukri belum tahu apakah anaknya nanti akan menggantikannya sebagai juru kunci generasi selanjutnya atau tidak. Menurutnya, anaknya sekarang agaknya kurang tekun mengelola lahan makam.
"Anak sepertinya kurang tekun. Entahlah,” terang lelaki berkacamata tersebut, menggantung.
Pekerjaan Turun-temurun
Mukri pun kemudian bercerita, pekerjaan menjadi juru kunci yang saat ini dia ditekuni merupakan warisan dari Winarko, ayahnya. Ayahnya mendapat pekerjaan itu dari sang nenek yang merupakan generasi pertama, pada 1920. Saat ayahnya pensiun pada 1997, dia menggantikannya hingga kini.
"Kunci bekerja di sini adalah selalu ikhlas dan jujur. Kalau dapat ya disyukuri. Nggak menembak harga ke ahli waris makam,” terangnya, berbagi tips.
Oya, perlu kamu tahu, ahli waris yang dimaksud Mukri merupakan sebutan bagi keluarga yang ditinggalkan mendiang yang dikubur di Bergota. Sebagai juru kunci salah satu makam terbesar di Semarang, sudah nggak terhitung lagi berapa ahli waris yang telah ditemui mereka.
Dalam merawat makam, Mukri dan istri mengaku selalu menganggap mendiang sebagai bagian dari keluarganya. Saban punya kesempatan, mereka nggak segan untuk membersihkan kuburan-kuburan tersebut laiknya anggota keluarga sendiri.
“Kami bersihkan dan jaga makam ini. Ya, dirawat seperti punya keluarga saya sendiri,” terang lelaki paruh baya tersebut.
Walau dalam satu atau dua bulan ahli waris nggak berkunjung ke Makam Bergota, Mukri mengaku bakal tetap membersihkan kuburan yang menjadi tanggung jawab mereka. Saat ini, di Blok A4 yang diurusnya tersebut, 500 makam memang sudah penuh terisi.
Masih Sering 'Diganggu'
Mukri saat ini tercatat sebagai juru kunci resmi oleh Dinas Makam Bergota. Maka, kalau ada ahli waris yang hendak mencari mendiang, biasanya mereka akan menemui Mukri. Nantinya, Mukri bakal mengantarkan ahli waris ke makam yang dimaksud.
Mukri mengungkapkan, pekerjaan sehari-harinya sebagai juru kunci membuat dirinya cukup hapal keluarga mana saja yang masih mempunyai garis keluarga dengan mendiang. Nggak jarang dia bahkan bertindak sebagai orang yang menjelaskan silsilah mendiang kepada anggota keluarga yang masih muda.
“Ya, saya sering menjelaskan kepada cucu-cucu (mendiang) di makam,” kata Mukri,, yang segera diiyakan Alis, istrinya.
Lalu, pernahkah mereka mengalami "gangguan"? Terkait hal ini, Alis mengaku hingga saat ini masih merasa sering diganggu oleh makhluk nggak kasat mata di situ. Kendati sudah 20 tahun menjadi juru kunci, Alis mengatakan, pekerjaan mereka nggak selalu berjalan mulus.
“Pernah dilihatin (sosok makhluk halus)," ujar Alis singkat, sembari agak berkelakar. "Kalau di blok sini, ya, nggak takut. Cuman, kalau di blok lain saya malah takut, karena kayak nggak terbiasa.”
Apa yang dikatakan Alis segera diiyakan Mukri. Namun, dia mengaku selalu berusaha untuk menepis hal tersebut. Menurutnya, kalau terlalu percaya nanti malah terbawa-bawa.
"Kalau terbawa (suasana) nanti malah saya nggak berani kerja ke sini lagi,” canda Mukri, yang segera diikuti tawa renyah sang istri.
Ah, kisah sejoli juru kunci di Makam Bergota ini memang menarik sekali ya, Millens. Kata orang, dengan mendekatkan diri pada kematian, hidup kita bakal jauh lebih bermakna. Benarkah? (Kharisma Ghana Tawakal/E03)