Inibaru.id – Di tempat tinggalmu, masih ada sebutan SD Inpres (Instruksi Presiden) nggak, Millens? Kalau di kota-kota besar, SD Inpres mungkin sudah nggak lagi ditemui karena sudah berganti dengan angka-angka ya. Tapi di daerah, kamu masih bisa menemui SD dengan cerita sejarah yang menarik ini.
Contohlah, pada Agustus 2021 lalu, ada kasus sengketa lahan yang terjadi di SD Inpres 50 dan SD Negeri 64 Ambon, Maluku. Bahkan, pada Sabtu (16/10/2021), Wapres Ma’ruf Amin sempat berkunjung ke SD Inpres VIM 1 Kotaraja, Abepura, Jayapura, Papua. Jadi, SD Inpres memang terbukti masih eksis, ya?
Keberadaan SD Inpres muncul di kala Indonesia berada di bawah pemerintahan Presiden Soeharto alias di zaman Orde Baru. Nah, penamaan Inpres sendiri berasal dari Instruksi Presiden Nomor 10 tahun 1973 yang isinya adalah pemberian Program Bantuan Pembangunan Gedung SD. Jadi, sudah jelas kan mengapa di satu wilayah bisa ada sebutan SD Inpres dan SD yang nggak Inpres? Ya berasal dari mana pembiayaan pembangunannya.
Yang jadi penggagas dibentuknya SD Inpres ini bukanlah Presiden Soeharto, melainkan ekonom senior Widjodjo Nitisastro. Diharapkan, keberadaan SD Inpres ini membuat jumlah sekolah di daerah semakin banyak dan akhirnya memberikan kesempatan bagi anak-anak dari kalangan ekonomi bawah mendapatkan pendidikan. Nah, soal kapan penerapan program yang ditujukan untuk memberantas buta huruf ini dimulai, ternyata sejak 1975, Millens.
Lantas, apakah program ini berhasil? Nah, sebuah penelitian yang dilakukan oleh ekonom dari Amerika Serikat bernama Esther Duflo terkait dengan SD Inpres dengan judul Schooling and Labor Market Consequences of School Construction in Indonesia yang terbit pada Agustus 2000 mengungkap fakta kalau keberadaan sekolah-sekolah ini memang mampu meningkatkan taraf pendidikan dan pendapatan masyarakat kelas bawah.
Dari penelitian yang sama pula, ternyata ditemukan fakta kalau keberadaan SD ini membuat banyak pemuda dari kalangan keluarga miskin jadi mengenal baca dan tulis. Dampaknya, pendapatan mereka pun jadi naik sampai 6,8 persen – 10,6 persen.
Menariknya, penelitian yang dilakukan Duflo bersama dengan dua rekan lainnya, yakni Abhjit Banarjee, serta Michael Kremer ini mampu membuat ketiganya mendapatkan hadiah Nobel 2019 di bidang perekonomian, lo, Millens.
Wah, ternyata program SD ini cukup berhasil, ya? Omong-omong, kamu lulusan SD Inpres nggak nih? (Kom, Boo, Ant/IB09/E05)