Inibaru.id - Meski prestasinya nggak sementereng bulu tangkis, nyatanya sepak bola masih cukup populer di Indonesia. Setiap kali klub atau Timnas Indonesia bertanding, stadion akan penuh dan siaran televisi ditonton jutaan orang dari berbagai penjuru Tanah Air.
Sayangnya, di Indonesia, sepak bola masih dianggap sebagai olah raga bagi kaum laki-laki saja. Cukup sulit menemui klub atau bahkan kompetisi sepak bola perempuan. Padahal, olah raga ini bisa dimainkan siapa saja tanpa mengenal jenis kelamin.
Hal ini cukup kontras dengan kondisi sepak bola perempuan di luar negeri. Banyak negara yang sudah memiliki liga profesional. Gairah untuk menonton pertandingan sepak bola perempuan juga tinggi.
Hal ini cukup ironis karena sepak bola perempuan sebenarnya sudah dikenal lama di Tanah Air. Hal ini dibuktikan dengan adanya buku berjudul "Wanita dalam Sejarah Sepak Bola Indonesia 1968-1998". Dalam buku tersebut, terungkap bahwa kaum hawa Indonesia mulai bermain sepak bola sedari tahun 1958.
Berawal dari Kegelisahan
Melihat minimnya ruang wanita bermain sepak bola, Aji Irawan tergerak untuk mendirikan klub Ratanika Putri Semarang. Tujuan Aji tak lain untuk menggelorakan sepak bola wanita di Kota Atlas.
Ditemui di lapangan Wonolopo, Mijen, belum lama ini. Aji mengaku jika sebelum mendirikan Ratanika, dia terlebih dahulu membentuk Komunitas Klub Sepak Bola (KKS) Girls Kota Semarang. Laki-laki berusia 33 tahun tersebut mengaku resah dengan masih dianaktirikannya sepak bola perempuan di Indonesia.
"Saya mencintai olahraga dan melihat sepak bola wanita itu seksi. Tapi seksi bukan berarti badan atau body. Saya melihat sepak bola wanita ini bisa berkembang dan setara dengan sepak bola laki-laki," kata Aji.
Selama menangani anak-anak didiknya, Aji nggak bisa menggembleng mereka terlalu keras. Dia mengaku perlu kesabaran ekstra untuk melatih perempuan yang rata-rata masih berusia remaja tersebut.
"Kita sudah merancang program untuk tiga bulan sekali. Di dalamnya ada latihan fisik, kecepatan, balance, passing. Pokoknya harus sabar untuk membentuk mereka menjadi sebuah tim," ujarnya.
Dalam seminggu, Ratanika berlatih tiga kali. Dua kali di Lapangan Morokono, Gunungpati, dan sekali di Lapangan Wonolopo, Mijen.
Torehkan Banyak Prestasi
O ya, kendati baru seumur jagung, Klub Ratanika yang berdiri 21 April 2021 ternyata sudah menorehkan banyak prestasi. Mereka telah mengoleksi 21 trofi kejuaraan!
"Kalau prestasi alhamdulillah kita sudah mengantongi 21 gelar dari berbagai ajang trofeo, turnamen open, dan paling bergengsi kita berhasil menjuarai Piala Pertiwi tahun 2021," ungkap Aji.
Tak hanya itu, para pemain jebolan Ratanika juga banyak yang dipanggil mewakili Jawa Tengah untuk mengikuti sebuah turnamen atau dilirik klub profesional.
"Ada dua pemain Ratanika yang berhasil menarik perhatian klub Persis Solo Women," tambahnya.
Berharap Mendapatkan Dukungan
Meski sejauh ini klubnya mendapatkan hasil positif, Aji sadar jika dia nggak bisa mengangkat sepak bola perempuan sendirian. Maka dari itu, Aji mengimbau seluruh klub di Jawa Tengah (Jateng) untuk memperhatikan dan menyediakan wadah bagi para perempuan untuk menyalurkan minat bakatnya.
Pria yang kebetulan menjabat sebagai Sekjen Gerakan Sepak Bola Wanita Indonesia (GSWI) Jateng tersebut juga sudah beberapa kali mendiskusikan kompetisi sepak bola wanita dengan Asprov PSSI Jateng dan Koni Jateng. Sayangnya, hasilnya belum menggembirakan.
Aji sering dibuat kecewa lantaran kompetisi sepak bola wanita tidak terlalu diprioritaskan. Padahal, untuk menggairahkan sepak bola di kalangan kaum hawa, harus ada sistem kompetisi yang baik.
"Jawabannya sering disuruh sabar. Katanya banyak event laki-laki yang belum jalan. Bagi saya hal itu tentu mengisyaratkan kalau sepak bola wanita masih dinomorduakan," tandas Aji.
Semoga saja prestasi Ratanika mengetuk banyak pihak untuk semakin mendukung perkembangan sepak bola wanita di Indonesia, ya, Millens? (Fitroh Nurikhsan/E07)