Inibaru.id – Dalam acara City Window Series (CWS) II yang digelar pada Rabu (13/9/2023), delegasi-delegasi dari 13 negara ASEAN puas melihat pengelolaan sampah di TPST Patikraja, Banyumas, Jawa Tengah. Soalnya, berkat penanganan sampah yang baik di sana, sampah di seantero Banyumas yang tertangani sampai 98 persen. Hal ini cukup kontras dengan angka rata-rata sampah yang tertangani di negara-negara ASEAN yang hanya sekitar 20 persen.
Deputy Mayor Nakon Shawan, Thailand bernama Jaturawit Nirohthanarat menyebut pengelolaan sampah di Banyumas cukup menarik.
“Iya, sangat menarik pengelolaan sampah di sini. Soalnya, setelah diolah, sampah seperti punya value lagi dan nggak lagi mencemari lingkungan,” ujarnya sebagaimana dikutip dari Mongabay, Sabtu (16/9/2023).
Memangnya seistimewa apa sih pengelolaan sampah di TPST Patikraja yang berlokasi di Gunung Tugel, Desa Kadungrandu, Kecamatan Patikraja, ini?
Gambarannya begini. Sampah-sampah dipilah sesuai jenisnya, yaitu sampah organik dan anorganik. Sampah organik diubah jadi bubur sampah yang kemudian dipakai dalam budi daya maggot yang bisa dijadikan pupuk organik bagi sayuran atau tanaman pakan ternak. Sementara itu, sampah anorganik bisa dicacah menjadi refuse derived fuel (RDF), bahan bakar pengganti batu bara yang lebih ramah lingkungan.
RDF adalah sampah yang sudah dikeringkan sampai kadar airnya nggak sampai 25 persen. Oleh karena itulah, terkadang RDF juga disebut sebagai keripik sampah. Nah, keripik sampah ini bisa dipakai sebagai bahan bakar untuk pabrik semen atau PLTU. Khusus untuk keripik sampah yang berasal dari TIST Patikraja, dikirimkan ke PLTU Cilacap.
O ya, ada satu lagi manfaat dari pengolahan sampah anorganik di TPST Patikraja, yaitu sampahnya bisa dijadikan paving blok. Banyak banget ya pemanfaatannya.
Keunikan lain dari pengelolaan sampah di Banyumas dalah sudah adanya aplikasi JekNyong. Lewat aplikasi ini, masyarakat Banyumas yang sudah memilah sampahnya bisa menjual sampah-sampah tersebut ke Pemkab Banyumas.
Harga sampahnya lumayan menguntungkan lo. Apalagi, warga nggak perlu susah-susah mengantar sampahnya ke TPST. Begitu deal, petugas akan menjemput sampah tersebut ke rumah. Kemudahan inilah yang bikin 5 ribu warga Banyumas sudah menggunakan aplikasi yang sangat bermanfaat ini.
Terkait dengan pengelolaan sampah di wilayahnya yang kini mendapatkan banyak sorotan positif, Bupati Banyumas mengaku bangga. Meski begitu, dia juga nggak memungkiri masih ada hal yang perlu diperbaiki.
“Sementara untuk Banyumas, sampahnya sudah 98 persen yang bisa diolah. Sisanya masuk landfill atau TPA. Tapi tetap saja masih ada yang perlu diperbaiki yaitu perbaikan sistem dan manajemen, kontrol, dan edukasi agar masyarakat nggak lagi buang sampah sembarangan, khususnya ke sungai dan pinggir jalan,” ungkap Husein.
Yap, meski masih ada yang perlu diperbaiki. Inovasi pengelolaan sampah yang dilakukan Kabupaten Banyumas lewat TPST Patikraja-nya patut diacungi jempol. Gimana, daerah-daerah lain mau mencontohnya nggak, nih? (Arie Widodo/E05)