Inibaru.id – Kamu suka menonton wayang, Millens? Nah, ada salah seorang pengrajin wayang yang perlu kamu kenal, nih. Dia adalah Khotib Febi Mistar, pengrajin wayang klithik dari Desa Gemampir, Kecamatan Karangnongko, Klaten, Jawa Tengah.
Laki-laki kelahiran 23 Februari 1985 ini mewarisi kemampuan ayahnya dalam membuat wayang klithik. Sama seperti wayang golek, wayang klithik juga terbuat dari kayu. Bedanya, wayang klithik nggak berbentuk tiga dimensi melainkan berbentuk pipih seperti wayang kulit. Untuk membuat wayang klithik, Khotib memakai kayu sengon karena kayu ini cukup empuk.
Baca juga:
Mas Wahid, Youtuber yang Selalu Produksi Konten-Konten Bermanfaat
Edisi Spesial Kartini: Menjadi Sosok Perempuan Masa Kini Ala Rerie
Setelah dibuat sesuai bentuk yang diinginkan, wayang diwarnai dengan warna dasar cokelat keemasan. Ukuran wayang yang sudah jadi sangat beragam. Wayang kecil berukuran 25-30 sentimeter, sementara wayang besar berukuran 40-60 sentimeter. Harganya pun variatif, mulai dari Rp150 ribu untuk membeli wayang kecil.
Nah, ketika dipentaskan, wayang klithik umumnya mengangkat cerita Serat Damarwulan yang berkisah era Kerajaan Majapahit.
"Kalau Wayang Purwa kita mengenal sosok Pandawa, Kurawa dan sebagainya. Sedangkan penokohan di wayang klithik di antaranya, Damarwulan, Menak Jingga, Sabda Palon, dan Naya Genggong, hingga Patih Udara," jelasnya, seperti ditulis merdeka.com (16/12/2016).
Penuh Tantangan
Konon, penyebutan wayang klithik ini muncul lantaran ada bunyi klithik-klithik ketika wayang dimainkan dan saling berbenturan. Khotib menambahkan, ukuran wayang klithik yang lebih kecil dari wayang kulit membuat orang-orang banyak menyebutnya sebagai wayang krucil atau wayang kecil.
Baca juga:
Rumah Baca Pintar Bukan Perpustakaan Biasa
Rini Sugianto, Animator Lampung yang Mendunia
Kendati unik dan menarik, industri wayang klithik bukanlah bisnis yang menggembirakan. Khotib mengungkapkan, permintaan pembuatan wayang dari dalang sudah banyak berkurang. Untuk mengatasinya, Khotib pun memproduksi wayang sebagai suvenir. Inovasi-inovasi pun harus tetap dilakukan agar mengikuti tren kekinian, misalnya dengan pembuat wayang serupa wajah manusia zaman sekarang. Mengutip thejakartapost.com (31/3/2017), Khotib juga menciptakan “Wayang Dakwah Islami”, lo. Dia membuat wayang klithik berupa tokoh Walisongo, para penyebar agama Islam di Jawa.
Khotib selalu bersemangat untuk mennginisiasi ide-ide lainnya. Bahkan, Khotib berharap bisa membentuk paguyuban atau desa wisata bersama para pengrajin wayang klithik di desanya. (IB08/E02)