Inibaru.id - Kalau ada satu minuman yang dianggap sebagai simbol minuman kekinian, barangkali matcha adalah jawabannya. Nggak hanya disajikan di kafe-kafe, matcha bisa kamu temukan dalam bentuk minuman yang dijual di pinggir jalan, hingga jadi rasa untuk sejumlah penganan. Sayangnya, di balik masifnya penggunaan matcha di sektor kuliner, ada kabar yang menyebut stok matcha di Jepang semakin berkurang.
Time, Senin (28/7/2025) menyebut, popularitas matcha meroket seiring dengan perkembangan media sosial berbasis video seperti TikTok. Konten-konten dengan tema kuliner ikut bikin matcha yang awalnya hanya populer di Jepang atau bagi mereka yang akrab dengan budaya Jepang, jadi mendunia.
Baca Juga:
Ini Perbedaan Matcha dan Teh HijauNggak hanya bikin banyak wisatawan datang ke Jepang untuk merasakan matcha asli dari negara aslinya, matcha juga diekspor ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Siapa sangka, popularitas minuman dengan warna hijau yang menarik ini terus melonjak sampai-sampai bikin pasokan matcha di Jepang semakin menipis.
Nggak percaya? Beberapa produsen matcha terkemuka seperti Ippodo dan Marukyu Koyamaen terpaksa membatasi penjualan produk mereka sejak Oktober 2024 lalu. Mereka mengumumkan bahwa stok matcha untuk berbagai jenis produk, baik dari segi ukuran maupun kemasan, akan sangat terbatas karena tingginya permintaan yang tidak dapat diimbangi dengan kapasitas produksi.
Dalam pengumumannya, Marukyu Koyamaen menulis, "Kami sangat menyesal mengumumkan bahwa ketersediaan produk matcha akan terbatas mulai sekarang."
FYI aja nih, Matcha sebenarnya berasal dari tanaman yang sama dengan teh lainnya, yaitu camellia sinensis yang dapat diolah menjadi teh hijau, oolong, hingga teh hitam. Meskipun asal usul matcha bisa ditelusuri hingga ke Tiongkok, minuman ini telah melekat dengan budaya Jepang.
Alasannya, ada perbedaan pada proses pengolahan dan jenis daun teh yang digunakan. Matcha diolah dari daun teh jenis tencha yang ditanam dengan cara khusus, yaitu dengan diberi naungan agar menghasilkan daun dengan kualitas terbaik.
Tapi, meskipun matcha menjadi bagian dari kebudayaan Jepang, menurut data dari Global Japanese Tea Association, produksi matcha hanya menyumbang sekitar 6% dari total produksi teh di Jepang. Ini menjelaskan mengapa pasokan matcha nggak melimpah dan harganya cenderung lebih mahal dibandingkan jenis teh lainnya.
Peningkatan permintaan yang signifikan membuat pasar matcha diprediksi akan terus berkembang pesat. Menurut Forbes, nilai pasar matcha diperkirakan akan mencapai sekitar 5 miliar dolar AS pada tahun 2028, dengan tingkat pertumbuhan lebih dari 10% dibandingkan tahun 2023. Namun, meningkatnya permintaan ini tidak serta-merta diikuti dengan peningkatan pasokan yang memadai.
Memang, pada 2024, Kementerian Pertanian Jepang melaporkan bahwa hasil panen tencha tercatat naik lebih dari 2,5 kali lipat dibandingkan dengan 2014. Meski begitu, masalah cuaca dan ketergantungan pada petani yang jumlahnya nggak banyak membuat tantangan tetap besar. Pada tahun 2025, misalnya, daerah Kyoto yang merupakan salah satu penghasil utama tencha mengalami musim panen yang panas dan kering. Hal ini berimbas pada penurunan hasil panen yang berkualitas, meski tidak signifikan.
Zach Mangan, pendiri Kettl Tea yang merupakan perusahaan teh berkualitas tinggi yang berbasis di Brooklyn, Amerika Serikat menyebutkan bahwa panen tahun 2025 menghasilkan matcha yang berkualitas tinggi, namun dengan jumlah hasil yang lebih rendah. Dalam laporannya, ia memperingatkan bahwa kekurangan pasokan ini akan memicu lonjakan harga di pasar.
Hasil panen yang sedikit ini membuat harga tencha semakin melambung. Pada April 2025, harga rata-rata tencha mencapai 8.235 yen per kilogram, atau hampir dua kali lipat dari harga tahun sebelumnya. Menurut para produsen, harga ini diperkirakan akan terus naik seiring dengan terus terbatasnya pasokan.
Bagi penggemar matcha, fenomena ini menjadi dilema. Di satu sisi, kamu harus merogoh kocek lebih dalam untuk mendapatkan matcha berkualitas. Di sisi lain, minat terhadap matcha terus berkembang, baik di kalangan konsumen baru maupun mereka yang sudah lama menjadi penggemar. Lantas, apakah matcha bakal jadi minuman langka di masa depan? Semoga saja nggak sampai seperti itu ya, Gez! (Arie Widodo/E07)
