Inibaru.id - Tahukah kamu siapa pendiri Kesultanan Islam Demak, yang juga merupakan pangeran dari Kerajaan Majapahit yang bercorak Hindu-Buddha? Yap, dia adalah Raden Patah.
Beberapa referensi menjelaskan bahwa Raden Patah itu adalah putra dari Bhre Kertabhumi atau Brawijaya V (1468-1478 M), raja terakhir Majapahit. Saat Raden Patah mendirikan Kesultanan Demak bersama para Wali Songo, Majapahit tengah menanti keruntuhannya.
Silsilah Raden Patah
Raden Patah nggak sepenuhnya berdarah Jawa, Millens. Ibunya, Siu Ban Ci yang merupakan putri dari Tan Go Wat atau Syekh Bentong. Perempuan ini merupakan sosok Tionghoa yang menjadi salah satu perintis terbentuknya Wali Songo sebagai majelis syiar agama islam di Jawa. Babad Tanah Jawi mengisahkan bahwa Siu Ban Ci dipersunting sebagai istri selir oleh Bhre Kertabhumi.
Perkawinan ini ternyata membuat istri Bhre Kertabhumi yaitu Ratu Dwarawati cemburu. Akhirnya Bhre Kertabhumi mengalah dengan menceraikan Siu Ban Ci kemudian mengirimnya ke Palembang. Saat itu, Palembang termasuk wilayah kekuasaan Majapahit. Di bekas Kerajaan Sriwijaya itu, Siu Ban Ci melahirkan Raden Patah pada 1455 M
Nama lahir Raden Patah yaitu Jin Bun. Ada yang menyebutnya dengan nama Senapati Jimbun, Panembahan Jimbun, juga Raden Hassan. Kalau menurut Slamet Muljana dalam Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara (2005) Jin Bun artinya orang kuat.
Setelah melahirkan Raden Patah, Siu Ban Ci dipersunting oleh Adipati Palembang, Arya Damar atau Arya Dillar. Kemudian mereka berdua dianugerahi anak laki-laki bernama Kin San atau Raden Kusen atau Raden Husein.
Setelah Raden Hassan dan Raden Husein beranjak dewasa, mereka kompak menolak mewarisi kepemimpinan di Palembang dan memilih merantau ke Jawa. Mereka berguru kepada Sunan Gunung Jati di Cirebon, Sunan Giri di Gresik, dan Sunan Ampel di Surabaya untuk memperdalam ajaran agama Islam.
Baca Juga:
Jejak Akulturasi di Masjid Agung DemakBagaimana ceritanya Raden Patah "terdampar" di Demak? Kalau itu ada dua versi, Millens. Pertama, Raden Patah menemui ayahnya yang telah menjadi raja dengan gelar Brawijaya V dan meminta daerah otonom yang diberi nama Demak Bintara, sementara adiknya mengabdi pada Majapahit dan dijadikan Adpati Terung. Kedua, Raden Patah sendiri yang membuka wilayah itu berdasarkan petujuk Sunan Ampel. Dia bersikukuh enggan kembali ke Majapahit jika ayahnya nggak memeluk agama Islam.
Setelah menetap di Demak, Raden Patah mendeklarasikan bahwa wilayah tersebut merupakan bagian dari Majapahit sebagai pemerintahan baru. Kesultanan Demak berdiri pada tahun 1478 M dan Raden Patah bergelar Sultan Syah Alam Akbar al-Fatah. Menurut catatan dari Tiongkok, Raden Patah wafat pada 1518 di usia 63 tahun.
Untuk menduduki tampuk kepemimpinan di Demak, majelis Walisongo menunjuk Pati Unus (menantu Raden Patah) sebagai sultan. Sayang, Pati Unus hanya berkuasa selama tiga tahun. Dia tewas dalam penyerbuan Portugis di Malaka.
Sedangkan, sosok yang mewujudkan impian Raden Patah untuk menaklukkan Majapahit adalah adik menantunya yaitu Sultan Trenggana.
Gimana, menurutmu, Millens? Menarik bukan? (Tir/MG43/E05)