Inibaru.id – Dari puluhan ribu warga Gaza, Palestina yang meninggal karena menjadi korban keberingasan Israel, ada satu kisah yang cukup menyayat hati. Kisah tersebut berasal dari seorang dokter lulusan Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo bernama Elshurafa Mueen Zayed atau yang akrab disapa dengan Dokter Mueen.
Kabar meninggalnya Dokter Mueen diungkap oleh dokter dan juga selebtwit Aan Kusumandaru di akun Twitter @aan__ pada Selasa, (7/11/2023) kemarin.
Baca Juga:
WNI di Gaza Masih Belum Bisa Dievakuasi“Innalillahi wainaillahirajiun. Telah berpulang dr Mueen Al Shurafa, spesialis anestesi Palestina lulusan Indonesia. Rumahnya terkena bom Israel. Insya Allah Syahid,” tulis Aan.
Pihak UNS membenarkan kabar tersebut. Kepala Program Studi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) UNS Solo Dr Purwoko bahkan sedikit menceritakan perjalanan Dokter Mueen saat belajar di Indonesia.
“Beliau orang baik dan santun. Meski awalnya banyak kata-kata Bahasa Indonesia yang nggak tahu karena lebih lancar berbahasa Inggris dan Arab, dia mau bertanya. Lama-lama dia memahami Bahasa Indonesia dan akhirnya lulus,” ungkap Purwoko sebagaimana dilansir dari Radarsolo, Rabu (8/11/2023).
Bagaimana bisa seorang dokter dari Palestina sampai belajar di UNS? Ternyata, Dokter Mueen mendapatkan beasiswa dari Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) pada 2009. Bersama dengan sejumlah calon dokter lain dari Gaza, mereka sengaja diminta belajar di Indonesia.
“Kami putuskan membuat program beasiswa pendidikan dokter karena di wilayah Gaza sangat membutuhkan,” jelas Ketua Majelis Permusyawaratan Anggota MPA BMSI Basuki Supartono sebagaimana dikutip dari Detik, Rabu (8/11).
Setelah menyelesaikan S2 di Universitas Gadjah Mada (UGM), dia melanjutkan pendidikan agar menjadi dokter spesialis anestesi di Program Studi dan Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran UNS pada 2013. Saat itu, Dokter Mueen tinggal di Solo bersama dengan keluarganya. Di sini, anaknya bertambah dari awalnya empat menjadi tujuh.
Tatkala lulus dari UNS pada 2018, tanpa pikir panjang dia pulang ke Gaza. Alasannya, dia pengin membagikan ilmunya selama belajar di Indonesia dan memperbaiki kualitas layanan kesehatan di rumah sakit tempatnya bekerja.
“Dia pulang ke Gaza dan bekerja di Rumah Sakit Kamal Adwan milik pemerintah Palestina. Dia tinggal di rumah orang tuanya. Di sanalah dia terkena serangan bom. Istri anaknya ada di kota lain, Rafah,” cerita Basuki.
Semenjak Israel menyerang Gaza pada 7 Oktober 2023, Dokter Mueen sangat sibuk. Sekitar dua minggu sebelum meninggal, dalam satu menit, dia menangani hingga 10 pasien. Dia juga banyak mengirim foto kondisi rumah sakit di Gaza ke kolega-koleganya di Indonesia.
Sayangnya, pada Senin (6/11) malam, Dokter Mueen tutup usia. Dia menyelesaikan tugasnya sebagai dokter dengan sebaik-baiknya.
“Beliau menemui kemuliaannya. Tugasnya sudah tuntas. Dia dulu selalu bilang, saya orang Palestina, kewajiban saya kembali ke sana untuk menolong orang yang membutuhkan saya,” ungkap Ilham, salah satu anggota keluarga yang dulu menyediakan rumah bagi Dokter Mueen selama di Solo, Selasa (7/11).
Selamat jalan Dokter Mueen, jasamu akan kami kenang selamanya. Dari kami yang berharap perang ini usai. (Arie Widodo/E05)