Inibaru.id – Saat sedang mengantre di kasir minimarket, kita biasanya menemukan rak display berisi barang promo, permen, dan coklat. Selain itu, kadang kita juga mendapati kudapan yang cocok untuk jadi bekal makan siang, seperti kue, donat, atau nasi kepal berbentuk segitiga yang dibungkus nori.
Masyarakat kita terbiasa menyebut kudapan terakhir itu sebagai onigiri. Nggak salah sih, tapi kurang tepat. Onigiri adalah sebutan nasi kepal dari Jepang; sedangkan nasi kepal berbentuk segitiga yang banyak diletakkan di meja kasir itu sejatinya adalah Samgak Gimbap.
Samgak Gimbap berasal dari Korea. Dalam bahasa setempat, "samgak" berarti segitiga, sedangkan "gimbap" atau kimbap adalah semacam nasi gulung isi khas Korea yang bentuknya mirip sushi roll di Jepang. Jadi, secara harfiah samgak gimbap bisa diartikan sebagai nasi isi berbentuk segitiga.
Realitasnya, ide penciptaan penganan ini memang berasal dari onigiri. Samgak gimbap orisinal berisi daging ikan salmon dan katsuobushi (serpihan daging ikan bonito). Nasi kemudian dibentuk menjadi segitiga sama sisi, lalu dibungkus nori atau rumput laut.
Populer di Minimarket
Keberadaan samgak gimbap nggak lepas dari popularitas onigiri di Jepang. Mulai dikenal pada masa perang sebagai bekal para prajurit Jepang, nasi kepal lambat laun menjadi bagian dari penganan wajib yang selalu tersedia di berbagai minimarket di Negeri Sakura.
Dari Jepang, onigiri mulai merambah pasar Korea melalui minimarket 7-Eleven pada 1991. Nggak lama, minimarket-minimarket lain di Korea seperti Family Mart dan GS25 juga ikut-ikutan menjualnya. Nggak disangka, penganan ini laris manis dijadikan bekal makan siang para pekerja dan pelajar di sana.
Selain cara makan yang nggak ribet, harga nasi kepal ini cenderung lebih murah dibanding seporsi makanan di kedai. Maka, makanan yang kemudian berganti nama menjadi "samgak gimbap" itu pun segera menjadi pilihan masyarakat, terutama kalangan kelas bawah.
Untuk membedakan nasi kepal tersebut dengan onigiri, produsen samgak gimbap memodifikasinya dengan menambahkan kondimen khas Korea seperti kimchi, saus gochujang, bulgogi, hingga daging ikan tuna. Hm, menggiurkan ya, Millens?
Tahan 24 Jam
Dari sekian banyak varian samgak gimbap di Korea, rasa tuna dengan mayones, jeonju bibimbap, bulgogi, spicy tuna, dan cheese spicy chicken menjadi yang paling populer di sana. Kepopuleran itu juga menjalar ke berbagai negara, termasuk Indonesia.
Samgak gimbap umumnya nggak berpengawet, jadi hanya bisa bertahan selama 24 jam. Harganya berkisar antara 700-900 won, tergantung pada varian rasanya. Kalau pengin lebih murah, tunggulah hingga malam hari.
Biasanya, minimarket akan memberi diskon besar-besaran sekitar 1-2 jam menjelang masa kedaluarsa. Di minimarket tertentu, kamu bisa mendapatkan paket dua buah samgak gimbap hanya dengan membayar seharga 800-1.200 won.
So, buat para pelancong yang sedang traveling ke Korsel, jam makannya ditahan sampai menjelang malam dulu, ya! Ha-ha. Eits, tapi jangan sampai kehabisan ya, karena paket samgak gimbap malam hari ini biasanya juga jadi buruan para backpacker atau mahasiswa rantau yang tengah berhemat.
Kalau di Yogyakarta, samgak gimbap ini mungkin mirip nasi angkringan kali ya? Ha-ha. Kamu pernah membeli samgak gimbap di minimarket Tanah Air nggak, nih? Suka dengan rasanya? (Arie Widodo/E03)