inibaru indonesia logo
Beranda
Hits
Relevansi Job Fair Saat Ini, Antara Realitas dan Ekspektasi
Jumat, 6 Jun 2025 11:01
Bagikan:
Job fair adalah jembatan antara pelamar kerja dengan perusahaan yang membutuhkan pekerja. (AFP/Bay Ismoyo via Liputan6)

Job fair adalah jembatan antara pelamar kerja dengan perusahaan yang membutuhkan pekerja. (AFP/Bay Ismoyo via Liputan6)

Acap dianggap sebagai bentuk formalitas dan menjadi ajang branding perusahaan, masihkah job fair memiliki relevansi saat ini? Bagaimana ekspektasinya dan seperti apa realitas yang dihadapi?

Inibaru.id - Peserta yang selalu membeludak sebetulnya sudah cukup untuk menjawab pertanyaan sederhana tentang seberapa penting job fair di Indonesia untuk saat ini. Sebagai jembatan antara pencari kerja dengan institusi penyedia pekerjaan, keberadaannya memang nggak terbantahkan.

Namun, efektivitasnya dalam mengurangi pengangguran kini dipertanyakan. Di tengah antusiasme ribuan pencari kerja, muncul kritik bahwa job fair seringkali hanya menjadi formalitas, termasuk yang digelar pemerintah.

Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) bahkan nggak memungkiri adanya kemungkinan ini. Menurut Menaker Yassierli, hal ini nggak sepenuhnya salah. Namun begitu, job fair tetaplah diperlukan sebagai sistem penyediaan lapangan kerja yang dapat diakses masyarakat.

"Saya yakin, apa yang kita bangun bersama itu diapresiasi oleh pihak perusahaan," ujar Yassierli di Jakarta pada awal Mei 2025 lalu.

Kritik terhadap Job Fair

Pada 27 Mei 2025, lebih dari 25.000 pencari kerja memadati Gedung Convention Center Presiden University, Cikarang Utara, untuk mengikuti job fair yang menawarkan 2.517 lowongan dari 64 perusahaan. Namun, ketimpangan antara jumlah pelamar dan lowongan menciptakan suasana tegang yang berujung ricuh.

Kejadian serupa terjadi di Bekasi ketika ribuan pencari kerja berebut mengakses QR code untuk masuk ke area job fair. Gambaran ini mungkin bisa mencerminkan krisis ketenagakerjaan nasional kita saat ini. Apakah job fair cukup untuk mengurangi pengangguran di Tanah Air?

Beberapa pihak memang telah lama meragukan efektivitas job fair dalam menurunkan angka pengangguran. Sheila, yang enggan menyebutkan nama lengkapnya mengatakan, job fair saat ini lebih banyak jadi ajang branding perusahaan saja.

"Beberapa kali saya ikut job fair. Ada yang sampai interview, tapi lebih banyak yang masukin surat lamaran saja. Mengantre panjang, menunggu sangat lama, tapi selalu berujung nggak ada kejelasan," terang perempuan berusia 25 tahun asal Kota Semarang tersebut, Senin (2/5/2025).

Lebih Efisien dan Berdampak

Ilustrasi: Pelaksanaan job fair perlu diawasi dengan ketat untuk benar-benar menjadi jembatan antara pelamar dengan perusahaan pemberi kerja. (Getmidnight)
Ilustrasi: Pelaksanaan job fair perlu diawasi dengan ketat untuk benar-benar menjadi jembatan antara pelamar dengan perusahaan pemberi kerja. (Getmidnight)

Setali tiga uang, Catylin Sugita juga mengungkapkan keraguannya terhadap program ini. Menurut mahasiswa yang saat ini tengah menempuh gelar master di bidang managemen itu, selama pelaksanaan job fair masih seperti yang sekarang, kemungkinan untuk memberi manfaat nyata bagi pencari kerja nggak akan signifikan.

"Yang bilang job fair sebagai formalitas itu menurut saya benar. Kalau memang nggak ada lowongan, mau dipaksain job fair juga percuma," ketusnya, Rabu (4/6). "Jadi, yang penting itu perbanyak peluang kerja, bukan job fair. Pastikan perusahaan yang ikut memang butuh hire orang. Efisien. Berdampak."

Apa yang dikatakan Catylin sejalan dengan pernyataan Center of Economic and Law Studies (Celios) yang menilai, pelaksanaan job fair perlu diawasi dengan ketat oleh pemerintah untuk memastikan serapan tenaga kerja.

"Perusahaan pencari kerja dalam job fair perlu diawasi ketat terkait jumlah pekerja yang diterima," tutur Direktur Ekonomi Celios Nailul Huda, dikutip dari Detik, Selasa (3/6). "Jika jumlah lowongan dan yang diterima tidak sesuai, harus ada evaluasi rutin; apakah pelamarnya yang tidak sesuai atau bagaimana?"

Menuju Job Fair yang Lebih Efektif

Selain itu, pembenahan format job fair juga perlu dilakukan. Untuk meningkatkan efektivitas job fair, berikut adalah beberapa langkah konstruktif yang dapat diambil:

  1. Digitalisasi Proses: Mengadopsi teknologi untuk pendaftaran, penyaringan, dan wawancara dapat mengurangi antrean panjang dan meningkatkan efisiensi.
  2. Kolaborasi dengan Institusi Pendidikan: Menjalin kerja sama dengan universitas dan lembaga pelatihan untuk memastikan keterampilan lulusan sesuai dengan kebutuhan industri.
  3. Evaluasi dan Umpan Balik: Melakukan evaluasi rutin terhadap pelaksanaan job fair dan mengumpulkan umpan balik dari peserta untuk perbaikan berkelanjutan.

Dengan langkah-langkah tersebut, job fair di Indonesia dapat bertransformasi menjadi platform yang benar-benar efektif dan berpotensi mengurangi pengangguran sekaligus memenuhi kebutuhan tenaga kerja nasional. Kamu punya pendapat lain, Millens? (Siti Khatijah/E07)

Tags:

Komentar

inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

Copyright © 2025 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved