Inibaru.id – Belakangan istilah princess treatment ramai berseliweran di media sosial. Istilah ini merujuk pada perlakuan istimewa terhadap perempuan, seolah-olah mereka adalah seorang putri kerajaan. Bukan berarti selalu mewah, tapi lebih pada bagaimana seorang perempuan diperlakukan dengan penuh perhatian, kasih sayang, dan dihargai tanpa harus “berjuang” dulu agar diperlakukan demikian.
Banyak warganet mengaitkan princess treatment dengan bentuk nyata perhatian pasangan. Misalnya, saat diajak makan, semua kebutuhan sudah dipikirkan mulai dari memilih restoran, memesankan makanan, sampai memastikan kenyamanan. Ada pula yang mencontohkan dengan tindakan sederhana seperti membukakan pintu mobil, mengingatkan minum obat, atau menjemput saat hujan turun.
Fenomena ini memunculkan perdebatan. Sebagian perempuan menganggap princess treatment sebagai standar baru dalam hubungan, yakni penghargaan tulus tanpa pamrih. “Dimanjakan bukan berarti manja. Rasanya dihargai saja,” tulis salah satu pengguna X (dulu Twitter).
Namun, ada pula yang menilai tren ini bisa menimbulkan standar berlebihan. Sebab, nggak semua orang punya kapasitas waktu, tenaga, maupun finansial untuk memenuhi perlakuan istimewa tersebut. Jika dipaksakan, alih-alih membahagiakan, justru bisa membebani salah satu pihak.
Di sisi lain, para pakar hubungan menyebut tren ini wajar muncul di tengah generasi yang makin vokal soal kebutuhan emosional. Jika dulu perempuan sering didorong untuk “mengerti” pasangan dan berkorban lebih banyak, kini banyak yang sadar bahwa hubungan sehat seharusnya seimbang. Princess treatment dianggap simbol bahwa perempuan pun berhak diperlakukan dengan penuh hormat dan kasih.
Meski begitu, yang perlu digarisbawahi adalah bentuk princess treatment nggak selalu identik dengan kemewahan. Tindakan kecil yang konsisten justru lebih berkesan dibanding hadiah mahal. Hal-hal sederhana seperti mendengarkan cerita tanpa menyela, memberikan waktu istirahat, atau sekadar mengucapkan kata terima kasih pun bisa membuat seseorang merasa dihargai.
Pada akhirnya, princess treatment bukan sekadar tren media sosial, melainkan refleksi keinginan manusia untuk dicintai dan diperhatikan dengan tulus. Selama nggak dijadikan beban atau tuntutan, nggak ada salahnya jika setiap orang, nggak hanya perempuan, mendapat kesempatan untuk merasakan jadi “putri” dalam kehidupan sehari-hari. Gimana, kamu juga mendapat treatment serupa, Gez? (Siti Zumrokhatun/E05)
