Inibaru.id – Saat naik ke lantai dua tempat kerjanya di Jalan Pemuda, Kota Semarang, Handoko tiba-tiba mencium aroma yang berbeda dari biasanya. Belum banyak orang yang datang pada pagi itu, sehingga membuatnya nggak bisa bertanya ke rekan-rekan kerja lainnya terkait aroma tersebut.
Setelah naik turun dari lantai satu ke lantai empat kantor tersebut untuk mencari tahu penyebabnya, Handoko akhirnya melihat kepulan asap tipis keluar dari ruang meeting. Setelah membuka pintu ruang tersebut, dia langsung berlari ke lantai satu untuk mematikan meteran listrik utama di depan kantor.
Meski pada akhirnya berhasil mencegah kantornya mengalami kebakaran, bayang-bayang kasus kebakaran di kantor Terra Drone Jakarta pada Selasa (9/12/2025) lalu yang menewaskan 22 orang langsung terngiang di pikiran Handoko.
“Ruang meetingnya di lantai 2. Di lantai tiga sudah ada beberapa orang. Kalau sampai terjadi kebakaran, takutnya mereka terjebak nggak bisa keluar,” ungkap Handoko masih dengan napas ngos-ngosan.
Nggak sampai hitungan jam, teknisi listrik didatangkan untuk memperbaiki kabel power AC di ruang meeting yang terbakar. Kegiatan kantor pun bisa kembali normal seperti sedia kala. Tapi, ada beberapa hal yang bikin Handoko dan rekan-rekannya masih khawatir.
“Kalau nggak salah gedung ini punya sistem sprinkler alias pemancar air otomatis dari area langit-langit jika ada api menyala. Tapi kemarin sampai asapnya sebanyak itu di ruang meeting, sama sekali nggak jalan. Kayaknya sistemnya perlu diperbaiki deh,” keluh Intan yang sempat melihat tebalnya asap di ruang meeting.
Lebih dari itu, mereka baru menyadari hanya ada satu alat pemadam api ringan (APAR) yang tersedia di lantai 1. Itu pun ternyata hanya sedikit yang mengetahui cara memakainya.
“Gara-gara kejadian ini dan kasus kebakaran Terra Drone kemarin, manajer kantor jadi terpikir menyediakan APAR setidaknya 1 di setiap lantai. Lalu yang penting, kayaknya perlu ada pelatihan penggunaan APAR tersebut sehingga kalau muncul api, semua orang bisa memakainya,” lanjut Intan.
Bentuk bangunan tempat kantor Intan dan Handoko bekerja berupa ruko yang hanya memiliki satu pintu utama di depan. Akses naik turun dari lantai satu ke lantai empat pun hanya di tangga yang sama. Sayangnya, nggak ada tangga darurat sama sekali. Makanya, ketersediaan APAR dan pelatihan untuk menggunakannya dianggap cukup krusial demi pencegahan kebakaran.
Yap, realitanya nggak semua bangunan di Tanah Air punya desain yang ideal dan memungkinkan penghuninya menyelamatkan diri saat bencana layaknya kebakaran atau gempa terjadi. Maka, kita sebaiknya memahami pentingnya mitigasi atas kejadian-kejadian tersebut.
Kalau kamu sendiri, apakah juga sudah memahami tentang pencegahan atau penanganan pertama kebakaran, Gez? Kalau belum, segera dipelajari, ya? (Arie Widodo/E07)
