Inibaru.id - Adil (nama samaran) sepertinya harus menunda keinginan untuk bersekolah di AS tahun ini menyusul situasi karut marut yang tengah berkecamuk di negara tersebut, khususnya berkaitan dengan mahasiswa asing.
Dia bercerita, seorang temannya yang saat ini berstatus sebagai pelajar pascasarjana di sebuah kampus di AS mengatakan, situasinya buruk. Mahasiswa asing, lanjutnya, dipantau pemerintah sebagai imbas dari gelombang protes yang sempat muncul di Harvard, salah satu kampus legendaris di AS.
"Situasinya buruk, begitu kata teman saya. Jujur saya sedih karena keinginan untuk melanjutkan kuliah di sana (AS) adalah impian saya sejak lulus S1 tahun lalu," ucapnya, Kamis (29/5/2025).
Seperti kata Adil, situasi di Negeri Paman Sam memang sedang nggak baik-baik saja, khususnya bagi warga asing. Pemerintah setempat melalui Kemenlu-nya telah melakukan penghentian sementara pengajuan visa pelajar.
Investigasi di Media Sosial
Menteri Luar Negeri Marco Rubio telah menginstruksikan kedutaan mereka di berbagai negara untuk menghentikan pembuatan visa pelajar untuk sementara. Meski nggak disebutkan secara gamblang, mereka mengatakan, penangguhan ini merupakan bagian dari investigasi media sosial.
The Guardian menyebut, pemerintahan Trump tengah meningkatkan pemeriksaan medsos para pelajar untuk melihat keterkaitan mereka terhadap aksi terorisme, yang diduga merujuk pada gelombang protes pro-Palestina yang muncul di sejumlah kampus di AS dalam beberapa bulan terakhir.
Dikutip dari BBC, kebijakan ini mengemuka setelah Trump melarang Universitas Harvard menerima mahasiswa internasional, nggak terkecuali dari Indonesia. Tentu saja hal tersebut memunculkan kepanikan, baik untuk yang tengah menyelesaikan studi maupun maupun berencana kuliah di sana.
Kekhawatiran tersebut sepertinya juga ditangkap jelas oleh pemerintah Indonesia. Wakil Menteri (Wamen) Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Dikitisaintek) Stella Christie mengimbau mahasiswa Indonesia di AS agar nggak panik.
Jangan Bepergian Dulu
Stella melalui akun Instagram resmi Kemdiktisaintek (@kemdiktisaintek.ri) menyampaikan, pihaknya meminta mahasiswa Indonesia yang berada di AS agar nggak bepergian dulu ke luar negeri menyusul adanya ketidakpastian situasi di sana.
"Bagi adik-adik dan rekan-rekan yang sudah di AS dengan visa F,M, dan J, kami merekomendasikan untuk tidak berpergian keluar wilayah AS hingga ada kepastian lebih lanjut," jelasnya yang dikutip Inibaru.id pada Kamis (29/5).
Sementara, untuk para pelajar yang telah mendapatkan beasiswa dari Kemdiktisaintek atau memiliki surat penerimaan (letter of accepttance) untuk melanjutkan kuliah di AS, dia mengaku sedang melakukan pengkajian ulang agar bisa mengambil langkah yang tepat dan menguntungkan semua pihak.
"Untuk adik-adik yang telah menerima letter of accepttance dan beasiswa dari Kemendiktisaintek kami sedang ambil langkah-langkah strategis untuk memastikan kelanjutan studi kalian," lanjutnya.
Gelombang Aksi di Harvard
Sepekan yang lalu, tepatnya pada Kamis, 22 Mei 2025, Menteri Keamanan Dalam Negeri AS Kristi Noem mengumumkan pencabutan sertifikasi Program Mahasiswa dan Pertukaran Pengunjung (SEVP) kepunyaan Harvard.
Keputusan ini diambil setelah muncul aksi yang disebut Presiden Trump sebagai anti-Yahudi di kampus tersebut. Hal itu berkaitan dengan gelombang protes terkait Gaza yang belakangan muncul di Harvard.
Trump menuding kampus yang berbasis di Cambridge, Massachusetts itu lebih memihak mahasiswa asing dan menyalahgunakan dana publik. Dia bahkan menuding Harvard memiliki gerakan yang nggak sejalan dengan agenda pemerintah.
Keputusan sepihak ini disikapi Harvard dengan gugatan ke pengadilan, menghasilkan putusan penangguhan sementara pencabutan izin SEVP sehari berselang, Jumat (23/5). Mereka akan menyampaikan argumen dalam sidang lanjutan yang akan digelar hari ini, Kamis (29/5).
Mahasiswa Indonesia di Harvard
Perseteruan dengan Harvard membuat Trump mengeluarkan kebijakan pelarangan mahasiswa asing dan pemotongan pendanaan di kampus tersebut. Kebijakan ini mendorong ratusan orang menggelar aksi protes. Mereka berasal dari kalangan mahasiswa dan para pengajar di Harvard.
Menurut data yang dirilis Universitas Harvard, tahun ini kampus tersebut menerima lebih dari 6.000 pelajar internasional atau mencapai 27 persen dari total mahasiswa baru di sana. Sebanyak 84 mahasiswa tersebut berasal dari Indonesia.
KBRI Washington DC pada Senin (26/5) menyebut, ke-84 pelajar asal Tanah Air ini mengambil berbagai jurusan, mulai dari pendidikan, bisnis, hukum, dan kedokteran. Rata-rata dari mereka tengah mengambil program master atau pascasarjana.
Stella mengatakan, penghentian pengajuan visa itu diumumkan oleh Menlu AS Marco Rubio pada Rabu (28/5). Mereka juga telah menghentikan sementara pengajuan student exchange dan visitor Visa F (studi akademis), M (studi kejuruan), dan J (program pertukaran).
Buat kamu yang sedang menyelesaikan studi di AS, stay safe ya! Semoga kebijakan yang merugikan mahasiswa asing ini segera menemukan titik terang dan Pemerintah RI mampu memberikan solusi secepatnya. (Siti Khatijah/E07)
