Inibaru.id - Sejumlah praktisi kesehatan menyatakan perokok lebih rentan terinfeksi virus corona. Untuk mengurangi risiko terkena penyakit tersebut, mereka pun disarankan untuk berhenti merokok.
WHO menyebutkan bahwa sebagian besar perokok sudah mengalami gangguan paru-paru atau penurunan kapasitas paru-paru karena sering terpapar racun dari asap rokok. Hal tersebut membuat tubuh tak bisa mendapatkan oksigen dengan cukup. Hal ini ternyata bisa meningkatkan risiko terkena pneumonia.
Sebuah penelitian yang dipublikasikan di New England Journal of Medicine dilakukan untuk mengetahui dampak kebiasaan merokok pada 1.000 pasien di Tiongkok. Hasilnya adalah, perokok cenderung memerlukan pengobatan dan perawatan medis yang lebih intensif saat sakit jika dibandingkan dengan non-perokok.
Dalam riset tersebut, 12,3% perokok lebih banyak masuk ICU, membutuhkan ventilator, atau meninggal dibandingkan dengan non-perokok (4,7%).
Selama ini, merokok sudah sering diasosiasikan dengan berbagai risiko kesehatan, termasuk gangguan saluran pernapasan dan penurunan daya tahan tubuh. Dua hal tersebut sayangnya berhubungan erat dengan Covid-19.
Penelitian lain juga membuktikan bahwa para perokok memiliki 40-50% reseptor ACE2 lebih banyak dibanding non-perokok. Sayangnya, reseptor ini adalah reseptor virus yang berperan besar dalam infeksi Covid-19. Semakin banyak reseptor ini di dalam tubuh, semakin mudah virus masuk ke dalam sel, berlipat ganda, dan akhirnya menyebar.
Melihat fakta ini, bisa dipastikan perokok memang lebih berisiko tertular virus corona. Jika sampai terinfeksi, gejala kesehatan yang dialami pun akan lebih parah. Mengingat virus ini sangat mematikan, sebaiknya memang para perokok berhenti melakukan kebiasaannya agar tidak mudah terinfeksi.
Sebenarnya, dengan atau tanpa Covid-19, para perokok sebaiknya memang harus berhenti merokok demi kesehatannya, ya Millens? (Fem/IB24/E07)