Inibaru.id - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah mencatat nilai ekspor Jawa Tengah pada Juni 2022 mencapai 1.100,99 juta dolar AS atau naik 41,02 persen dibanding Mei 2022. Kenaikan tersebut terjadi pada ekspor barang migas dan nonmigas sebesar 13,38 persen dan 43,76 persen.
Untuk ekspor nonmigas, barang yang mengalami peningkatan signifikan adalah pakaian (bukan rajut) 67,72 juta dolar AS; kayu dan barang dari kayu 40,43 juta dolar AS; pakaian (rajutan) 35,03 juta dolar AS; alas kaki 34,11 juta dolar AS; serta perabotan, lampu, dan alat penerang 33,69 juta dolar AS.
Sementara, dari segi negara tujuan, nilai ekspor nonmigas terbesar adalah ke AS yang mencapai 119,60 juta dolar AS, disusul Jepang 32,03 juta dolar AS, Tiongkok 22,94 juta dolar AS, Jerman 11,34 juta dolar AS, dan India mencapai 10,98 juta dolar AS.
Kepala BPS Provinsi Jawa Tengah, Adhi Wiriana mengungkapkan, dilihat dari month-to-month (bulan ini dengan bulan sebelumnya), nilai ekspor Jateng pada Juni 2022 naik 43,76 persen.
"Dibanding tahun sebelumnya (year-to-year) nilai ekspor di Jateng juga naik 31,23 persen. Itu dari ekspor migas dan nonmigas,” terang Adhi, Senin (1/8/2022).
Ekspor Nonmigas Dominan
Lebih lanjut, Adhi memaparkan, ekspor nonmigas menyumbang 92,74 persen dari total ekspor Juni 2022. Dalam kurun waktu Januari-Juni 2022, ekspor industri pengolahan mencapai 93,80 persen, migas 5,07 persen, pertanian 1,12 persen, serta tambang dan lainnya 0,01 persen.
Dia menambahkan, angka ekspor industri pengolahan yang tinggi membuktikan bahwa Jateng nggak hanya mengekspor bahan baku atau mentah, tapi juga produk olahan.
Baca Juga:
Renjana Badut-Badut Pesta di Kota LunpiaTotal ekspor nonmigas Jateng dari Januari hingga Juni 2022 mencapai 5.857,16 juta dolar AS,” terang Adhi.
Kenaikan nilai ekspor ini berbanding terbalik dengan nilai impor Jateng yang mengalami penurunan. Pada Juni 2022, nilai impornya sebesar 1.096,29 juta dolar AS atau turun 18,12 persen dibanding Mei 2022.
"Nilai impor nonmigas turun 4,87 persen dan migas turun 30,44 persen. Penurunan nilai impor juga terjadi dalam catatan year-to-year, yakni 11,33 persen," terang Adhi. "India menyumbang penurunan nilai impor nonmigas tertinggi."
Adhi mengatakan, penurunan nilai impor nonmigas ini terjadi karena penggunaan produk-produk lokal yang meningkat. Produk yang turun di antaranya filamen buatan (4,67 %); kopi, teh, dan rempah (5,23 %); bahan kimia organik (8,02 %); kain rajutan (9,15 %); serta gula dan kembang gula (29,53 %).
Peningkatan nilai ekspor dan penurunan nilai impor di Jawa Tengah itu semoga bikin kita semakin giat berkarya ya, Millens! Kamu punya ide produk apa yang memungkinkan untuk diekspor, nih? (IB20/E03)
