Inibaru.id – Jam Gadang dikenal sebagai salah satu ikon wisata Sumatera Barat. Menara jam dengan tinggi 27 meter yang ada di Kota Bukittinggi ini nggak hanya megah dan keren, melainkan juga penuh sejarah. Maklum, bangunan tersebut diresmikan saat Indonesia masih dijajah Belanda, tepatnya pada 25 Juli 1927 lalu, Millens.
Pembangunan Jam Gadang diprakarsai oleh Hendrik Roelof Rookmaker, sekretaris pemerintahan Kota Fort de Kock, nama Bukittinggi pada masa kolonial. Jamnya yang berjumlah empat dengan diameter masing-masing 80 cm tersebut merupakan hadiah langsung dari Ratu Belanda kala itu, Wilhelmina, dan dikirim dari Pelabuhan Rotterdam, Belanda sampai ke Teluk Bayur.
Meski diprakarsai orang Belanda, arsitek yang ditunjuk sebagai penanggung jawab dari proyek pembangunan Jam Gadang adalah orang lokal. Namanya adalah Yazid Rajo Mangkuto, laki-laki asli Koto Gadang, sebuah nagari (desa) yang nggak jauh dari Bukittinggi.
Konon, pembangunan bangunan ini menghabiskan dana 15 ribu Gulden dengan tambahan dana bagi upah para pekerja sebanyak 6 ribu Gulden. Dana ini diambil dari pajak yang diambil dari pasar-pasar yang ada di sekitar Bukittinggi.
Misteri Angka 4 pada Jam Gadang
O ya, kalau kamu cermati, angka pada Jam Gadang ditulis dengan aksara Romawi. Tapi, angka 4-nya nggak ditulis sesuai dengan aksara Romawi semestinya, yaitu IIII, bukannya IV. Mengapa begitu, ya?
Kalau menurut Sindonews, Minggu (28/10/2018), ada tiga versi alasan penulisan angka tersebut. Yang pertama adalah adanya empat orang pekerja yang meninggal dalam proses pembangunan Jam Gadang. Angka 4 yang ditulis berupa jajaran angka 1 dianggap mewakili setiap pekerja yang mengalami kecelakaan kerja tersebut.
Selain itu, ada versi lain yang menyebut pihak Belanda menganggap angka 4 dalam aksara Romawi (IV) bisa diartikan sebagai “I Victory” yang berarti “Aku Menang”. Pemerintah Belanda nggak ingin masyarakat terinspirasi dengan simbol tersebut dan melakukan pemberontakan. Oleh karena itulah, angkanya kemudian ditulis dengan IIII saja.
Nah, versi terakhir menyebut pada zaman dahulu, sebelum ditulis dengan IV, angka 4 aksara Romawi memang ditulis IIII. Tapi, hal ini terjadi sebelum Prancis dipimpin Louis XIV (1638-1715), jauh sebelum Jam Gadang dibangun.
O ya, selain misteri tentang angka 4-nya, Jam Gadang juga punya keunikan lain, yaitu mesin jamnya yang dibuat oleh pabrikan Jerman, Vortman Relinghousen. Tahu nggak, mesin jam ini hanya bisa ditemui di dua tempat di dunia? Selain di Jam Gadang, yang satu lagi ada di Big Ben, London.
Omong-omong, kamu pernah melihat langsung Jam Gadang belum, nih, Millens? Kalau ada kesempatan main ke Sumatera Barat, jangan ragu ya untuk mengunjunginya. (Arie Widodo/E05)
