BerandaHits
Selasa, 21 Okt 2025 11:01

Mengapa Festival Film Indonesia Juga Disebut dengan Piala Citra?

Penulis:

Mengapa Festival Film Indonesia Juga Disebut dengan Piala Citra?Arie Widodo
Mengapa Festival Film Indonesia Juga Disebut dengan Piala Citra?

Festival Film Indonesia juga disebut dengan istilah Piala Citra. (YouTube/FFI)

Ternyata, ada sejarah panjang yang bikin Festival Film Indonesia juga dikenal dengan ajang Piala Citra. Seperti apa ya sejarah tersebut?

Inibaru.id – Jika di Hollywood ada Academy Award yang lebih akrab dikenal sebagai ajang Piala Oscar, di Indonesia, Festival Film Indonesia juga dikenal dengan nama lain ajang Piala Citra. Kepikiran nggak mengapa nama "Piala Citra" jadi sebutan untuk ajang tahunan penghargaan film terbaik di Tanah Air?

Untuk 2025, ajang Festival Film Indonesia bakal digelar pada 20 November nanti². Daftar nominasi dari berbagai kategori sudah diumumkan pada Minggu (19/10/2025) lalu. Sejumlah judul film keren bermunculan dalam daftar nominasi tersebut.

Balik lagi soal penamaan Piala Citra untuk Festival Film Indonesia. Kita simak dulu yuk sejarahnya.

Dari Puisi, Lagu, hingga Film

Nama Citra ternyata punya akar sejarah yang dalam banget, lo. Kata ini berasal dari judul sajak karya Usmar Ismail, sang Bapak Perfilman Indonesia, yang ia tulis di Malang pada 20 September 1943. Sajak tersebut kemudian dimuat dalam kumpulan puisi Puntung Berasap yang diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1950.

Malam Anugerah Piala Citra tahun ini akan digelar pada 20 November 2025. (FFI)
Malam Anugerah Piala Citra tahun ini akan digelar pada 20 November 2025. (FFI)

Uniknya, atas permintaan Usmar Ismail sendiri, puisi Citra diaransemen oleh Cornel Simanjuntak menjadi sebuah lagu. Nah, lagu inilah yang kemudian dikenal sebagai lagu tema Malam Anugerah Piala Citra.

Namun perjalanan “Citra” nggak berhenti di situ. Pada akhir 1943, di Bangil, Jawa Timur, Usmar Ismail kembali menghidupkan Citra dalam bentuk pertunjukan sandiwara tiga babak yang dimainkan oleh kelompok sandiwara Maya. Karakter utamanya adalah seorang perempuan bernama Citra yang jadi simbol keteguhan, cahaya, dan semangat.

Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada 1949, Citra bertransformasi lagi menjadi film layar lebar berjudul Tjitra yang diproduksi oleh South Pacific Film Corp (SPFC). Meski disambut baik oleh media, film ini kurang sukses secara komersial. Usmar Ismail sendiri mengaku kurang puas karena merasa ruang kreasinya dibatasi. Namun, karya itu tetap menjadi tonggak penting dalam perjalanan sinema Indonesia.

Tiga dekade setelah lahirnya sajak Citra, nama itu kembali hidup dalam dunia film Indonesia. Pada Festival Film Indonesia (FFI) 1973, penghargaan tertinggi untuk insan perfilman Tanah Air resmi dinamai Piala Citra. Penetapan nama tersebut dilakukan oleh Menteri Penerangan saat itu, Budiardjo, berdasarkan Keputusan Presiden Soeharto. Harapannya sederhana tapi bermakna, yakni agar penghargaan ini menjadi piala yang terhormat dan berwibawa di mata para sineas.

Kini, setiap kali nama “Piala Citra” disebut, kita bukan cuma bicara soal penghargaan bergengsi, tapi juga tentang sejarah panjang sinema Indonesia. Dari selembar puisi di masa pendudukan Jepang hingga simbol kehormatan bagi para sineas masa kini, Citra telah menjelma jadi ikon yang mengingatkan kita bahwa film lebih dari sekadar hiburan, melainkan juga simbol perjalanan sejarah bangsa, Gez. (Arie Widodo/E07)

Tags:

Inibaru Indonesia Logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Sosial Media
A Group Member of:
medcom.idmetro tv newsmedia indonesialampost

Copyright © 2025 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved