inibaru indonesia logo
Beranda
Hits
Mendengar Harapan Petani Garam yang Rugi saat Panen Raya
Kamis, 24 Agu 2023 11:52
Penulis:
Bagikan:
Petani garam di Rembang membuang garam ke jalanan karena frustrasi dengan harga garam yang terus anjlok. (Tvonenews/Abdul Rohim)

Petani garam di Rembang membuang garam ke jalanan karena frustrasi dengan harga garam yang terus anjlok. (Tvonenews/Abdul Rohim)

Bukannya mendapatkan keuntungan karena panen raya pada musim kemarau, para petani garam di Rembang justru merugi karena harga garam anjlok sampai 80 persen. Mereka pun memilih untuk membuang garam yang mereka produksi sebagai aksi protes.

Inibaru.id – Musim kemarau seharusnya menjadi musim yang membahagiakan bagi petani garam. Soalnya, pada musim inilah, mereka bisa memproduksi garam dalam jumlah banyak. Sayangnya, harga garam anjlok sampai 80 persen sehingga membuat mereka merugi. Frustrasi dengan dengan hal ini, petani garam di Rembang, Jawa Tengah membuang garamnya di jalanan.

Aksi membuang garam ini terjadi pada Selasa (22/8/2023) lalu di Desa Dasun, Kecamatan Lasem. Mereka putus asa karena harga garam yang pada Juli 2023 lalu masih di kisaran Rp4 ribu per kilogram kini nggak mencapai Rp1.000 per kilogram. Padahal, sebentar lagi masa puncak panen raya akan tiba.

Salah seorang petani garam Kusnadi menuding anjloknya harga garam disebabkan oleh para tengkulak yang memainkan harga.

“Kami melakukan aksi buang garam sebagai cara untuk protes karena harga garam yang pada Juli lalu masih ada di angka Rp4.000-an tapi sekarang hanya di kisaran Rp900-an per kilogram. Kami penginnya harga yang lebih manusiawi. Petani bisa untung, penjual juga bisa untung,” keluh Kusnadi sebagaimana dilansir dari Tvonenews, Rabu (23/8).

Lantas, harga berapa yang diharapkan petani? Agar nggak sampai merugi karena ongkos produksi garam juga mahal, setidaknya harga garam ada di angka Rp2 ribu per kilogram. FYI, untuk satu hektare lahan garam, petani harus merogoh dana Rp10 juta - Rp15 juta untuk ongkos produksi.

Harapan Petani

Biaya produksi garam ternyata cukup mahal. (Media Indonesia/Antara)
Biaya produksi garam ternyata cukup mahal. (Media Indonesia/Antara)

Sayangnya, menurut prediksi petani garam dari Kecamatan Kaliori, Rembang, Suparmin, ada kemungkinan harga garam akan tetap bertahan di kisaran Rp1.000 per kilogram hingga akhir tahun. Alasannya adalah karena hukum pasar, yaitu jika stok melimpah sementara permintaan cenderung stabil, maka harga jual suatu barang pasti akan menurun.

Lantas, apakah nggak ada solusi bagi para petani agar nggak lagi mengalami kerugian pada masa panen raya di masa depan? Petani lain dari Kecamatan Lasem Danar Ristanto menyarankan pemerintah untuk turun tangan membantu para petani garam.

“Selama ini kan petani menjual garam ke tengkulak. Harapan kami pemerintah mau membantu modal bagi para petani agar nggak sampai utang ke tengkulak. Jadi para petani nggak harus menjual garam ke mereka pas harga anjlok seperti ini. Sebaiknya kami juga disediakan gudang sehingga pas harga turun, kami nggak buru-buru menjualnya, nunggu pas harganya lebih baik,” ucapnya.

Lebih dari itu, pemerintah juga sebaiknya menekan pihak yang selama ini berperan sebagai importir garam agar mau menyerap garam produksi petani jika musim panen raya tiba. Nggak lupa, para petani garam juga berharap pemerintah melakukan standardisasi harga seperti Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk garam rakyat, mirip seperti penentuan harga untuk beras dan gula. Dengan menerapkan hal ini, diharapkan harga garam tetap stabil di pasaran sehingga para petani juga nggak merugi.

Hm, semoga saja keluhan para petani garam ini didengar pemerintah sehingga mereka nggak lagi merugi di musim-musim panen raya di masa depan ya, Millens? (Arie Widodo/E10)

Komentar

OSC MEDCOM
inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

Copyright © 2024 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved