Inibaru.id – Ada banyak label atau stereotype yang disematkan terhadap orang Jawa. Sebagai contoh, banyak yang menyebut kuli bangunan dari Jawa adalah orang-orang yang bisa diandalkan. Tapi, di sisi lain, nggak sedikit pula yang menyebut orang Jawa lambat dan kurang cekatan. Hm, kok kontradiktif, ya?
Stereotype ini bahkan bertahan sampai sekarang, lo. Kamu pasti pernah kan mendengar anggapan orang-orang yang lelet dengan sebutan putri solo? Usut punya usut, asal mula dari pelabelan orang Jawa ini berasal dari para penjajah Belanda, lo.
Ceritanya begini, Millens. Bagi orang-orang Belanda, iklim Nusantara yang panas membuat orang Jawa malas bekerja. Orang Jawa juga dianggap lambat jika diminta untuk melakukan sesuatu. Anggapan ini terkuak dalam buku berjudul Nusa Jawa Silang Budaya karya Denys Lombard yang terbit pada 1996 lalu. Dalam buku tersebut, para penjajah bahkan menyebut orang Jawa malas sejak lahir.
Menariknya, dalam buku lain berjudul Mitos Pribumi Malas karya peneliti dari Malaysia bernama Syed Hussein Alatas, diungkap bahwa para penjajah memang cenderung nggak puas dengan kinerja dengan orang-orang yang berasal dari negara yang mereka jajah.
Pada buku yang diterbitkan pada 1988 itu, penjajah Inggris menganggap orang Malaysia malas, begitu pula bangsa Filipina di mata penjajah Spanyol.
Khusus untuk kasus di Indonesia, anggapan bahwa orang Jawa pemalas diperkirakan muncul pada masa tanam paksa (1830-1870). Saat itu, banyak perkebunan-perkebunan baru dibuka di Tanah Jawa seperti perkebunan tebu, teh, kopi dan lain-lain. Tanaman-tanaman tersebut ditentukan oleh para penjajah, bukannya disesuaikan dengan musim atau kebiasaan menanam masyarakat lokal.
Karena nggak mengurus tanaman yang sebenarnya mereka pengin urus, ada sebagian orang Jawa yang akhirnya ogah-ogahan melakukannya. Hal inilah yang membuat penjajah Belanda menganggap orang Jawa sebagai pemalas dan lambat saat diperintah.
Jadi, sebenarnya kebiasaan malas-malasan saat bekerja di kebun itu bukan karena orang Jawa pada dasarnya orang yang pemalas sejak lahir, ya? Melainkan salah satu wujud perlawanan dari tindakan semena-mena yang dilakukan para penjajah.
Apalagi, jika dilogika, banyak perkebunan-perkebunan di Nusantara kala itu berhasil dan menguntungkan bagi Belanda. Artinya, orang Jawa nggak semalas atau selambat yang mereka kira, dong.
Kalau menurut kamu sendiri, apakah orang Jawa memang cocok dengan stereotype tersebut, Millens? (Arie Widodo/E05)
