Inibaru.id – Kemacetan masih menjadi permasalahan utama transportasi di Jawa Tengah. Hal tersebut diungkapkan Wakil Ketua Komisi D DPRD Provinsi Jawa Tengah Hadi Santoso dalam diskusi Tematik Reboan bertajuk “Mencari Solusi Kemelut Permasalah Pengelolaan Transportasi Publik di Jawa Tengah” di Markas Pemenangan Sudirman-Ida Jalan Pamularsih Raya 95 Kota Semarang beberapa hari yang lalu.
"Pada level nasional, Kota Semarang masuk dalam sepuluh kota yang mengalami permasalahan kemacetan tertinggi," ujar Hadi.
Baca juga:
Budi Waseso Resmi Diangkat Jadi Dirut Bulog
Jelang Asian Games 2018, Wapres Tinjau Arena Pertandingan
Menurut Hadi, tingginya kemacetan itu disebabkan beberapa faktor. Kapasitas jalan yang nggak sebanding dengan banyaknya kendaraan menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya kemacetan di Jawa Tengah. Selain itu, banyaknya jalur perlintasan sebidang dengan jalur kereta api, penggunaan parker di bahu jalan, dan manajemen antarpersimpangan yang belum terkoordinasi juga menambah rumit persoalan transportasi yang ada.
“Anggaran untuk perbaikan infrastruktur di Jawa Tengah itu Rp 2,3 triliun tapi baru diserap 16,8 persen dari jumlah total perbaikan sarana transportasi di Jawa Tengah. Ya sudah, akibatnya, kondisi jalan banyak yang tidak memiliki garis marga dan minim lampu penerangan,” papar politikus Partai Keadilan Sejahtera tersebut.
Hadi juga mengatakan masalah lain yang cukup penting adalah konektivitas antarwilayah baik dalam maupun luar kota. Padahal, transportasi menjadi faktor utama yang menunjang pertumbuhan ekonomi.
Baca juga:
Semarang Jadi Kota dengan Kesehatan Ibu dan Anak Terbaik di Indonesia
Agnez Mo Resmi Dikontrak Label 300 Entertainment
Sementara itu, anggota Komunitas Transportasi Semarang Fauzi Hasyim menyesalkan adanya penghapusan jembatan timbang yang dinilai dapat mengalahkan pendapatan dari sektor lain, yaitu sekitar Rp 112 miliar.
"Nggak adanya jembatan timbang membuat pemerintah kesulitan mengontrol besaran muatan setiap angkutan. Kecelakaan truk bermuatan berat banyak disebabkan oleh angkutan yang tidak bisa dikendalikan karena jumlah muatan yang melebihi kapasitas (over load). Keadaan ini juga berdampak pada kondisi jalan yang mudah rusak dan berlubang," pungkasnya. (IB18/E04)