Inibaru.id - Macan ASEAN, Jargon tersebut sepertinya sudah lama sekali tak terdengar di telinga penduduk Nusantara. Padahal, potensi ini sebenarnya masih ada. Salah satunya yakni Indonesia memiliki pasukan TNI yang begitu masyur di seantero bumi ini, yang seharusnya mampu menegaskan kekuatan tanah air, setidaknya di kancah negara-negara ASEAN.
Lebih dari itu, Indonesia memiliki wilayah yang cukup luas, bahkan terluas di antara negara-negara ASEAN. Keadaan ini harusnya bisa dimanfaatkan untuk menjadikan negeri ini sebagai bridge builder untuk mempererat ASEAN.
Pengamat dunia intelejen tanah air, Susaningtyas Nefo Handayani Kertapati atau akrab disapa Nuning Kertapati kepada Sindonews baru-baru ini mengatakan bahwa kompleksitas ATHG (Ancaman, Tantangan, Hambatan, Gangguan) kawasan yang muncul dalam satu dasawarsa ini harus menjadi perhatian bersama.
“Naiknya eskalasi ancaman terkait Laut China Selatan yang melibatkan pertentangan diametral antara negara-negara ASEAN harus dicarikan solusi,” ungkap perempuan kelahiran Jakarta, 30 Agustus 1964 ini.
Baca juga: Indonesia Kembali Perluas Maritim di Utara Laut Halmahera
Menurut Nuning, hal ini penting agar semangat persatuan ASEAN tidak terkikis. Kasus ISIS yang kian gencar melakukan ekspansi ke berbagai wilayah termasuk ASEAN juga menjadi perhatian khusus.
“Juga semakin maraknya ISIS masuk wilayah ASEAN utamanya di Filipina juga harus ada konklusi yang mapan dan mengikat sehingga pemberantasan ISIS dapat dikerjakan secara holistik,” tutur dia.
Nah, di sinilah Indonesia berperan. Politik luar negeri tanah air harus konsisten menghidupkan kerja sama di berbagai bidang, termasuk menjaga keamanan kawasan secara integratif baik perairan maupun regional ASEAN.
“Pasukan militer kita kan kuat, pasukan nomor satu se-Asia Tenggara,” tambahnya.
Menurut Dosen Intelijen Maritim di Universitas Pertahanan (Unhan) dan Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) ini, sangat penting diadakan forum-forum ilmiah antar negara ASEAN untuk menjaga kohesivitas 10 negara ASEAN.
“Kita harus terus menguatkan kerja sama menghadapi tantangan keamanan global yang menyangkut ihwal kontra-terorisme dan deradikalisasi," ucapnya.
Kemudian, dia menambahkan, dalam hal pemberantasan terorisme, Indonesia menekankan tiga hal pokok.
“Penguatan kerja sama kontra-terorisme, penguatan kemampuan unit antiteror dan counter cyber terorism, serta pengarusutamaan pendekatan soft power melalui pendidikan, peningkatan peran perempuan, civil society serta organisasi kemasyarakatan dan agama,” papar mantan anggota DPR RI periode 2009-2014 ini.
Lebih dari itu, untuk isu penanggulangan terorisme dalam perspektif teori gerakan sosial, fenomena terorisme tidak bisa dipandang hanya sebatas persoalan ideologis semata, tetapi juga persoalan ketidakseimbangan sosiologis.
“Ketidakseimbangan semacam ini mewujud dalam bentuk deprivasi sosial, kesenjangan ekonomi, dan represi politik," katanya.
Ya, dengan segala potensi dan kemungkinan melakukan hal itu, Indonesia memiliki peluang untuk menjadi macan ASEAN lagi. Syaratnya? Asah taring dan mengaumlah! (GIL/IB)