Inibaru.id - Bukit Patiayam di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, yang belakangan menghadapi tantangan ekologis seperti lahan yang kering, erosi, hingga minimnya tutupan vegetasi yang membuat kawasan itu rentan memburuk dari tahun ke tahun, rupanya mendapatkan perhatian sebuah klub elite Italia.
Nggak hanya menjadi perhatian para aktivis lingkungan di Kudus dan sekitarnya, upaya memperbaiki kondisi bukit yang merupakan bagian dari pegunungan Muria tersebut juga secara nggak terduga dilakukan oleh managemen Como 1907, klub peringkat ke-6 Liga Serie A Italia yang semalam membantai Torino 1-5.
Dalam unggahan resmi di Instagram, Como menegaskan komitmennya menanam dua pohon untuk setiap tiket musiman yang terjual sebagai bagian dari proyek CSR mereka di Patiayam. Yang menarik, mengapa klub asal Italia jauh-jauh melakukannya di Indonesia?
Rupanya hal ini nggak lepas dari pemilik klub yang saat ini diarsiteki Cesc Fàbregas tersebut, yakni Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono. Keduanya adalah pengusaha Indonesia yang dikenal luas sebagai pemilik Grup Djarum. Mereka memiliki Como melalui melalui SENT Entertainment.
Sedikit informasi, Como 1907 adalah klub sepak bola profesional asal Kota Como, Lombardy, Italia. Klub dengan sejarah panjang ini belakangan kembali mencuri perhatian publik Italia, bahkan dunia, setelah mengalami transformasi menyeluruh, hingga kini bertengger di posisi ke-6 Serie A dengan 21 poin.
Proyek CSR Como: ROOTS
Di tengah performa stabil itu, Como juga memperkuat identitas klub lewat proyek-proyek sosial, termasuk proyek CSR-nya, yakni penghijauan di Indonesia yang diberi nama Roots. Patiayam dipilih karena Hartono bersaudara, pemilik klub, berasal dari Kota Kretek.
Proyek Roots atau "Akar" tersebut membawa makna mendalam bagi Como 1907. Dalam caption mereka, klub menyebut “akar keluarga” yang berasal dari wilayah Kudus, menegaskan keterhubungan emosional antara pemilik klub dan tanah kelahirannya.
Akar itu kemudian disandingkan dengan “akar klub”, relasi erat antara Como dan komunitas suporternya di Italia yang selama ini menjadi ruh organisasi. Terakhir, Roots merujuk pada “akar pohon”: simbol keberlanjutan dan keseimbangan baru bagi lingkungan.
Penanaman ribuan pohon ini diharapkan bisa mengurangi degradasi lahan sekaligus mengimbangi emisi CO₂ yang dihasilkan oleh mobilitas para suporter ke stadion di Italia. Dengan kata lain, Como berusaha menanam kembali kehidupan yang mungkin terambil oleh aktivitas manusia.
“The future of football, like that of our planet, depends on the roots we choose to nurture today,” tulis Como 1907; sebuah pesan kuat bahwa sepak bola modern nggak bisa berdiri sendiri tanpa memikirkan masa depan planet tempat ia bertumbuh.
Strategi Keberlanjutan Jangka Panjang
Como menegaskan bahwa program penanaman di Patiayam bukan aksi sesaat. Ini merupakan bagian dari strategi keberlanjutan jangka panjang klub, yang ingin menghubungkan dampak olahraga dengan kontribusi nyata terhadap lingkungan.
Program ini juga sejalan dengan visi klub yang dimiliki oleh Grup Djarum, yang selama bertahun-tahun menjalankan program seperti #OneActionOneTree serta penghijauan masif melalui Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF).
Referensi media menunjukkan bahwa berbagai kolaborasi lokal telah menanam lebih dari 80.000 bibit di kawasan Patiayam dalam beberapa tahun terakhir. Dengan kontribusi Como, target tambahan 13.000 pohon untuk kawasan tersebut, yang dihasilkan dari penjualan tiket, tentu bakal menjadi penambahan yang penting.
Inisiatif Como 1907 menegaskan bahwa sepak bola dapat melampaui batas lapangan. Klub bisa menjadi jembatan sosial, kultural, bahkan ekologis. Dalam konteks ini, Como bukan hanya menjalankan program lingkungan, tapi juga merawat hubungan sejarah, identitas, dan masa depan.
Di tengah dunia sepak bola yang makin komersial, proyek Roots memberi contoh bahwa olahraga tetap mampu menawarkan nilai: harapan, keberlanjutan, dan kepedulian terhadap bumi.
Bukit Patiayam kini menunggu musim hujan berikutnya. Melalui tiket penjualan klub yang bukan berasal dari negeri ini, bibit-bibit baru akan ditanam. Akar-akar muda akan menembus tanah, menyerap air, dan perlahan tumbuh menjadi penyangga baru bagi masa depan Kudus. (Siti Khatijah/E10)
