Inibaru.id - Kecil, lucu, jalannya miring, dan suka gonta-ganti rumah. Mungkin itu yang kamu pikirkan saat melihat kelomang di pantai. Tapi jangan salah, hewan mungil bercangkang ini bukan sekadar penghuni pasir yang asyik nongkrong di sela batu karang. Kelomang ternyata punya peran besar sebagai penanda kesehatan laut. Yup, hewan kecil ini bisa jadi "alarm alami" jika ekosistem pesisir mulai bermasalah.
Kelomang (hermit crab) bukanlah kepiting sejati, meski bentuknya mirip. Ia lebih dekat secara genetik dengan udang dan lobster. Ciri khas kelomang adalah tubuh belakangnya yang lunak, sehingga harus selalu mencari cangkang keong bekas untuk melindungi diri. Jangan heran kalau kamu melihat mereka saling berebut rumah baru. Ini karena pertumbuhan tubuhnya memaksa mereka pindah rumah secara berkala.
Di Indonesia, kelomang dari genus Clibanarius, Paguristes, dan Diogenes cukup mudah ditemukan. Mereka tinggal di berbagai habitat pesisir, mulai dari hutan mangrove, pantai berpasir, hingga laut dalam. Bahkan, ada spesies seperti Paguropsis andersoni yang bisa hidup sampai kedalaman 500 meter. Luar biasa, kan?
Sebagai pemakan segala (alias omnivora), kelomang berperan penting dalam membersihkan pantai. Mereka mengonsumsi sisa-sisa organisme, alga, hingga bangkai hewan laut. Ibaratnya, mereka adalah petugas kebersihan ekosistem laut yang sering luput dari sorotan.
Tapi yang lebih menarik, kelomang ternyata bisa jadi indikator kesehatan laut. Hal ini diungkap oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) lewat riset panjang dari tahun 1989 hingga 2024. Peneliti BRIN, Tyani, menjelaskan bahwa distribusi kelomang bisa menunjukkan apakah suatu kawasan laut sehat atau tidak.
“Dengan memahami persebaran dan preferensi habitatnya, kita bisa tahu seberapa sehat laut kita. Sebab, kelomang bisa jadi ‘penjaga’ kecil yang memberi tanda kalau ekosistem sedang dalam bahaya,” ujar Tyani dalam Oceanography Biweekly Meeting, (14/7/2024).
Indonesia Punya 200 Spesies Kelomang
Menurut data BRIN, Indonesia punya lebih dari 200 spesies kelomang. Dari jumlah itu, 115 spesies berasal dari keluarga Diogenidae, dan banyak ditemukan di zona litoral atau wilayah pesisir. Laut Banda tercatat sebagai area dengan keanekaragaman genus kelomang tertinggi di negeri ini.
Sayangnya, perubahan iklim, polusi, dan pembangunan pesisir yang tak ramah lingkungan bikin habitat kelomang ikut terancam. Padahal, dari kehadiran mereka, kita bisa belajar banyak tentang bagaimana alam bekerja.
Jadi, Gez, kalau suatu hari kamu liburan ke pantai dan melihat kelomang kecil berjalan mondar-mandir mencari rumah baru, berhentilah sejenak. Amati dan hargai perannya. Bisa jadi, ia sedang memberi tahu kamu bahwa laut tempatmu berdiri masih sehat atau sebaliknya. (Siti Zumrokhatun/E05)
