Inibaru.id – Ramadan yang tinggal menghitung hari membuat Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo kembali menyoroti peringatan BMKG terkait cuaca ekstrem yang diperkirakan masih akan berlangsung hingga akhir Maret ini.
Menurutnya, cuaca yang kurang bersahabat ini dikhawatirkan akan mengganggu produksi tanaman pangan di Jateng. Ganjar pun mengumpulkan seluruh sektor pemangku kepentingan terkait isu tersebut.
Dalam pertemuan yang dipusatkan di Hotel Gumaya Semarang, Rabu (8/3/2023), selain fenomena cuaca ekstrem dan produktivitas pangan, politikus PDI-P ini juga menyoroti beberapa isu, di antaranya pencabutan status PPKM, pergerakan pemudik, hingga cuti bersama pada Ramadan dan Idulfitri.
“Cuaca ekstrem yang masih akan terjadi sampai akhir Maret nanti ditakutkan akan mengganggu produktivitas pertanian tanaman pangan di Jateng,” tutur Ganjar seusai pertemuan. “Ini harus jadi perhatian, karena berkaitan dengan kebutuhan masyarakat dan pengendalian inflasi.”
Inflasi Masih Membayangi
Ganjar nggak menampik bahwa inflasi masih membayangi Jateng jelang Ramadan dan Idulfitri 1444 H, khususnya berkaitan dengan harga beras yang masih bertahan pada angka Rp11.270 per kilogram. Ini lebih tinggi dari Harga Acuan Pembelian (HAP) Bapanas sebesar Rp9.450.
Sebagai catatan, Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng mencatat, inflasi Jateng pada Februari 2023 mencapai 0,29 persen, yang dipicu kenaikan harga di seluruh indeks kelompok pengeluaran, termasuk kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,73 persen. Komoditas pemicu inflasi antara lain kenaikan harga rokok, bawang merah dan putih, serta beras.
“Panen raya beras sudah berjalan. Harga mulai turun, tapi jangan sampai petani rugi. Karena itu, kami minta Bulog untuk stand-by,” ucap mantan anggota DPR RI tersebut.
Sejauh ini, dia mengaku telah meminta Bulog untuk siaga dan terus memantau pergerakan harga Gabah Kering Panen di antara para petani. Kalau harganya terus melandai di bawah HAP, Ganjar berharap Bulog bisa mengintervensi.
Meminta BUMD Memantau
Ganjar juga meminta seluruh BUMD di Jateng turut serta dalam persiapan menghadapi situasi ini dengan mendata produktivitas lahan yang ada gangguan yang rawan terjadi sebagai dampak dari cuaca ekstrem di Jateng.
“Kendala yang dihadapi saat ini adalah sulitnya mengetahui pergerakan harga beras dari hasil panen raya. Karena itu, saya meminta BUMD, khususnya yang berurusan dengan pangan melakukan koordinasi untuk mengecek stok, harga, dan distribusinya,” jelasnya.
Lebih lanjut, dalam pertemuan tersebut Ganjar juga menggarisbawahi potensi kenaikan jumlah pemudik di wilayah Jateng yang diprediksi mencapai 13,38 persen. Dia mengungkapkan, diperkirakan ada sekitar 12 juta pemudik yang akan melintas di Jateng.
“Saya harap semua siaga hingga Lebaran nanti dengan membuat simulasi agar bisa mengelola arus mudik yang bisa mencapai 12 juta orang ini. Persiapan yang lebih dini jauh lebih baik,” tegasnya. (Siti Khatijah/E05)