Inibaru.id - Uskup Agung Indonesia, Kardinal Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo, nggak akan menghadiri prosesi pemakaman pemimpin tertinggi Gereja Katolik sekaligus Kepala Negara Vatikan Paus Fransiskus yang wafat pada 21 April lalu dan rencana akan dikebumikan pada akhir pekan ini.
Romo Suharyo, sapaan akrabnya, dipastikan nggak menjadi bagian dari utusan pemerintah yang berangkat ke Vatikan, antara lain Menteri HAM Natalius Pigai, Wamen Keuangan Thomas Djiwandono, mantan Presiden ke-7 Joko Widodo, dan ketua panitia penyambutan Paus di Indonesia pada 2024 lalu, Ignasius Jonan.
Uskup Agung Jakarta ini rencana baru akan bertolak ke Vatikan pada 4 Mei mendatang untuk menghadiri konklaf atau pertemuan tertutup dan rahasia Dewan Kardinal untuk menentukan Paus yang baru. Hal itu sebagaimana disampaikan langsung oleh Kardinal Suharyo di Jakarta, Kamis (24/4/2025).
Gereja Katolik Indonesia hanya mengirimkan satu perwakilan untuk menghadiri pemakaman Paus Fransiskus, yaitu Uskup Bandung Antonius Subianto Bunjamin. Sementara itu, saya akan menghadiri konklaf yang akan digelar 15 hari setelah wafatnya Paus," terangnya.
Satu-satunya yang Memenuhi Syarat
Kardinal Suharyo menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia untuk menghadiri konklaf yang akan digelar paling cepat pada 6 Mei mendatang ini. Suharyo menjadi satu-satunya kardinal Indonesia yang memenuhi syarat untuk menghadiri konklaf.
Sedikit informasi, salah satu syarat untuk bisa menghadiri konklaf adalah kardinal yang berusia di bawah 80 tahun. Suharyo yang baru berusia 74 tahun pun memiliki hak untuk mengikuti forum yang akan menjadi momen perdana buatnya ini.
Mengikuti konklaf menandakan yang bersangkutan bisa memilih sekaligus menjadi kandidat dalam pemilihan Paus mendatang. Disebutkan dalam laman resmi Vatikan, konklaf akan dihadiri 135 kardinal yang memenuhi syarat dari toral 252 orang yang ada saat ini.
Berkaitan dengan hal ini, Suharyo mengaku nggak punya persiapan khusus apa pun untuk menghadiri undangan konklaf tersebut. Meski begitu, setiba di Vatikan dia berencana untuk bertemu dengan sejumlah kardinal terlebih dulu sebelum pemilihan Paus digelar.
Peluang Menjadi Paus
Kardinal Suharyo mengatakan, dirinya enggan berambisi menjadi Paus, karena itulah dia merasa nggak perlu melakukan persiapan khusus saat menghadiri Konklaf 2025 awal Mei mendatang. Menurutnya, menjadi Paus bukanlah peningkatan jenjang karier, jadi kurang bijak disebut sebagai cita-cita.
"Kalau orang bercita-cita menjadi Paus, mohon maaf, menurut saya itu bukan pribadi yang bijak," tuturnya dengan nada lembut.
Pemilihan Paus, dia melanjutkan, berbeda dengan penentuan kepala negara di Indonesia yang diperoleh dari suara terbanyak. Jadi, Paus yang nantinya terpilih bukan berdasarkan suara terbanyak dari para kardinal. Inilah yang terjadi pada saat pemilihan Paus Fransiskus pada 2013 lalu.
"Nama Jorge Mario Bergoglio saat itu tidak masuk sebagai calon terkuat, tetapi dapat terpilih. Menurut kepercayaan kami, (terpilihnya Paus Fransiskus) adalah bimbingan roh Kudus," tandasnya.
Saat ini, sekurangnya ada tiga kardinal populer yang diyakini berpeluang besar menjadi Paus selanjutnya, yakni Kardinal Luis Antonio Tagle (Filipina), Peter Turkson (Ghana), dan Pietro Parolin (Italia). Namun, seperti kata Kardinal Suharyo, penentuannya bukan tentang angka. Hm, kita tunggu saja kali, ya? (Siti Khatijah/E07)
