Inibaru.id - Kerusakan lingkungan yang terasa kian dekat membuat Rusmala merasa tergerak membuat membuat sejumlah langkah kecil untuk menuju gaya hidup yang lebih ramah lingkungan sebagai Resolusi 2026. Nggak hanya untuk dirinya, resolusi itu juga telah dibicarakan dengan suaminya.
"Kami mungkin tidak bisa mengubah kebijakan negara, tapi setidaknya tidak menjadi bagian yang merusak," tuturnya pada Senin (29/12/2025). "Yang pertama, kami akan memisahkan sampah dapur, khususnya limbah organik yang di rumah kami sebetulnya paling besar."
Selain memilah sampah, dia juga berencana menanam sayuran dan bumbu-bumbu dapur sendiri di pekarangan rumah seperti cabai, tomat, terong, dan serai. Bukan untuk dijual, tanaman tersebut nantinya hanya untuk dikonsumsi pribadi.
"Kami punya pekarangan kecil di samping rumah yang masih bisa ditanami. Sampah organik bisa kami jadikan kompos untuk nutrisi tanaman tersebut," cetus ibu dua anak yang sehari-hari berprofesi sebagai ibu rumah tangga tersebut.
Langkah Kecil untuk Dampak Nyata
Heri Laksono, seorang karyawan swasta asal Kota Semarang, juga mengaku berencana mengubah kebiasaannya membeli minuman kemasan dengan membawa tempat minum sendiri dari rumah. Bukan karena mengikuti tren, perubahan itu dilakukannya karena melihat banyaknya sampah plastik di rumahnya.
"Orang-orang mungkin sudah memulainya dan saya ketinggalan. Nggak apa-apa. Semoga langkah kecil ini, asalkan konsisten, bisa memberi dampak nyata bagi keberlanjutan bumi, minimal untuk saya," serunya optimistis.
Heri nggak salah. Perubahan sederhana yang dilakukan dengan penuh kesadaran bukan nggak mustahil akan membuat perbedaan besar dalam upaya hidup berkelanjutan. Prinsip ini relevan untuk kita yang masih menghadapi persoalan lingkungan seperti sampah domestik, limbah plastik, hingga pemborosan pangan.
Mengutip laman Country Living, mengubah gaya hidup menjadi lebih ramah lingkungan harus dilakukan secara realistis. Yang paling mudah tentu saja dari dapur kita sendiri, sebagaimana dilakukan Rusmala dan Heri. Contohnya dengan diet kantung plastik sekali pakai atau mengganti tisu menjadi lap kain.
Ide Sederhana untuk Gaya Hidup Ramah Lingkungan
1. Kurangi bahan sekali pakai
Seperti dikatakan sebelumnya, dapur adalah titik awal paling strategis. Mengganti plastik sekali pakai dengan pembungkus makanan berbahan kain dapat mengurangi sampah secara signifikan. Kemudian, alih-alih menyediakan tisu, lebih baik kamu memakai lap kain yang dapat dicuci ulang.
Memilih teh seduh (tubruk) ketimbang teh celup juga bisa menjadi langkah kecil untuk membantu mengurangi paparan mikroplastik.
2. Rencanakan menu makanan
Dibanding plastik, sampah makanan sebetulnya menjadi masalah yang jauh lebih serius di Indonesia, bahkan dunia. Untuk mengatasinya, Dr Elliot Woolley, Reader in Sustainable Production and Consumption di Loughborough University, menekankan pentingnya perencanaan makan.
“Untuk mengurangi sampah makanan di rumah, mulailah dengan membuat rencana makan mingguan atau bulanan,” kata Dr Woolley.
Menurutnya, membeli bahan sesuai kebutuhan akan mencegah pembelian berlebihan dan mengurangi stres menentukan menu. Di Indonesia, kebiasaan belanja harian di pasar sebenarnya bisa menjadi keunggulan, asalkan tetap disertai daftar belanja yang jelas.
Dia juga mengingatkan agar waspada terhadap promo yang mendorong pembelian impulsif dalam jumlah banyak. Ingat, barang promo biasanya hampir habis masa kedaluarsanya! Jadi, percuma beli banyak dengan harga murah jika ujung-ujungnya dibuang juga.
3. Awetkan dan simpan makanan
Waspada terhadap promo bukan berarti menghindarinya. Kamu tetap bisa melakukan pembelian bahan makanan promo asalkan tahu gimana cara menyimpan atau mengawetkannya saat membeli dalam jumlah banyak.
Penyimpanan bisa dilakukan dalam banyak cara. Masing-masing bahan punya perlakuan berbeda. Sementara, untuk mengawetkan bahan makanan, Dr Woolley mengatakan, bisa dilakukan dengan dibekukan, diasinkan, atau diolah menjadi sambal dan acar agar lebih tahan lama.
Cara ini relatif relevan, khususnya untuk bahan yang perlu dimasak, karena memasak bahan makanan dalam jumlah besar lebih hemat energi dan waktu serta minim limbah ketimbang mengolah sedikit demi sedikit.
4. Olah sisa makanan menjadi kompos
Sebaik apa pun mengurangi sampah organik, limbah dapur seperti kulit bawang, cangkang telur, atau ampas kopi acapkali nggak terhindarkan. Maka, mengomposnya bisa membantu mengurangi sampah sekaligus menyuburkan tanah.
Seperti yang akan dilakukan Rusmala, memiliki kompos akan memungkinkanmu menanam kebutuhan dapur sendiri, misalnya dengan menanam cabai atau tomat. Untuk rumah dengan lahan terbatas, komposter kecil atau metode kompos sederhana sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman-tanaman itu.
5. Terapkan prinsip 'reuse' dan 'recycle'
Resolusi awal tahun sering identik dengan decluttering. Untuk yang belum tahu, decluttering adalah kegiatan menyortir, memilah, dan menyingkirkan barang-barang yang nggak lagi dibutuhkan, nggak terpakai, atau nggak berfungsi untuk menciptakan ruang yang lebih bersih.
Sebelum membuang, alangkah lebih baik jika kamu mempertimbangkan pendekatan berkelanjutan seperti “reuse” atau “recycle” dulu. Barang lama nggak selalu harus dibuang. Furnitur bisa diperbaiki, pakaian bisa disortir untuk dijual atau disumbangkan, dan barang bekas bisa dimanfaatkan ulang.
Tanpa harus beli barang baru, kamu juga bisa menginisiasi program "tukar barang preloved" bersama teman atau komunitas. Ini adalah praktik yang mulai marak dilakukan di berbagai kota besar di berbagai belahan dunia, lo!
Sementara, untuk furnitur outdoor, kamu bisa mencoba mengubah barang "rusak" menjadi benda lain. Misalnya, palet kayu bekas pagar rumah bisa dikreasikan menjadi bangku atau meja taman. CEO Crown Pavilions, Luke Dejahang mengatakan, praktik ini dikenal sebagai upcycling.
“Upcycling tidak hanya ramah lingkungan, tapi juga memberi kesempatan untuk menciptakan sesuatu yang personal dan fungsional,” kata Luke.
Gimana, nggak sulit, bukan? Menuju gaya hidup ramah lingkungan sebagai Resolusi 2026 nggak harus dilakukan dengan ide yang muluk-muluk. Sederhana dan realistis saja, biar nggak merasa terbebani. Yang penting konsisten, karena keberlanjutan lingkungan adalah komitmen jangka panjang! (Siti Khatijah/E10)
