Inibaru.id - Heri Susanto merinding menyaksikan orang-orang yang saat ini mulai berdatangan ke Mesir untuk mengikuti Global March to Gaza yang sejatinya akan digelar besok, Minggu (15/6/2025) waktu setempat. Jika memungkinkan, dia sejatinya ingin mengikutinya juga.
"Iya, pengin ikut. Setahu saya, dari Indonesia, ada sekitar 10 orang yang memastikan untuk ikut aksi kemanusiaan itu. Mereka sudah berangkat 12 Juni lalu, tapi sepertinya kena masalah administrasi atau gimana gitu. Belum ada kejelasan," terangnya, Sabtu (14/6).
Sebagai seorang Muslim, Heri mengaku sedih melihat para saudara seimannya mengalami kelaparan dan kesulitan untuk hidup layak. Terlepas adanya konflik yang tengah berkecamuk di Palestina, dia menilai nggak seharusnya ruang untuk kemanusiaan juga ditutup.
"Kemarin saya sempat baca Greta Thunberg (aktivis kemanusiaan asal Swedia) juga dideportasi ke Prancis saat melakukan aksi solidaritas dan membawa bantuan kemanusiaan dengan berlayar menuju Gaza. Geregetan rasanya!" geram lelaki 40 tahun yang beberapa kali menggelar aksi donasi untuk Palestina ini.
Peserta dari Indonesia
Lebih dari 7.000 aktivis dari 54 negara diperkirakan telah berkumpul di Kairo, Mesir, sejak 12 Juni 2025 untuk menempuh long march sejauh 50 kilometer menuju Gerbang Rafah, pintu masuk Gaza.
Di antara mereka, ada sekitar 10 orang WNI yang rencananya akan turut serta dalam aksi solidaritas sebagai bentuk dukungan kemanusiaan terhadap penduduk Palestina, termasuk di dalamnya adalah aktor dan pengusaha hijab Zaskia Adya Mecca.
"Kita mayoritas Muslim, tapi belum ada yang hadir dalam gerakan ini. Saat tahu itu, aku merasa malu. Kalau bisa berbuat sesuatu, kenapa harus diam?" ujar Zaskia yang diyakini sebagai inisiator dari Indonesia, pada Jumat (15/6).
Selain perempuan berhijab tersebut, turut serta dalam aksi ini adalah para selebritas dan aktivis seperti Ratna Galih, Wanda Hamidah, Hamidah Rachmayanti, Indadari Mindrayanti, Irfan Farhad, Hemy Sution, Nur Aminah, Tandya Rachmat Sampurna, dan Muhammad Hibatur Rahman.
Paspor Disita dan Dideportasi
Global March to Gaza adalah sebuah gerakan damai yang digagas oleh koalisi internasional yang berasal dari sedikitnya 32 negara, yang terdiri atas serikat pekerja, kelompok aktivis HAM, dan LSM. Tujuannya adalah menuntut dibukanya kembali perbatasan Rafah oleh Mesir dan penyaluran bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Mereka akan berjalan dari Al-Arish, Mesir, ke Gerbang Rafah mulai 15 Juni 2025. Bukan untuk menerobos, tapi memberikan tekanan moral dan diplomatik agar akses bantuan kembali dibuka. Namun, aksi ini sepertinya akan menghadapi kendala serius.
Sejumlah aktivis dilaporkan ditahan dan paspor mereka disita saat berada di titik check point Ismailia, Mesir, kendati pihak penyelenggara mengklaim telah berkoordinasi dengan otoritas Mesir. Selain itu, lebih dari 200 aktivis ditahan dari bandara hingga hotel di Kairo.
Setidaknya 88 orang telah dideportasi ke berbagai negara termasuk Turki. Otoritas Mesir membenarkan tindakan ini dengan alasan keamanan nasional dan menegaskan bahwa pelaksanaan long march perlu izin resmi di wilayah sensitif seperti Sinai, dikutip dari AP, Sabtu (14/6).
Mengapa Aksi Dilakukan?
Para aktivis yang hadir dalam Global March to Gaza menilai, penolakan dan deportasi ini semakin menunjukkan betapa pentingnya aksi ini. Mereka menyoroti kondisi darurat kemanusiaan yang tengah terjadi di Gaza.
Sejak Israel memberlakukan blokade total pada 2 Maret, Gaza telah masuk dalam masalah serius. Krisis pangan, air, dan pasokan medis semakin parah dan meluas. Berbagai badan kemanusiaan melaporkan bahwa lebih dari 90 persen dari 2,3 juta penduduk Gaza menghadapi krisis pangan parah dan kelaparan akut.
Sistem kesehatan telah runtuh dan jumlah korban tewas sejak perang Israel dimulai pada Oktober 2023 telah melampaui 54.000.
"Kita tengah menjalani momen bersejarah. Apa yang terjadi di Gaza adalah ujian kemanusiaan kita," kata Saif Abukeshek, aktivis International Coalition Against the Israeli Occupation, organisasi yang mengoordinasi Global March to Gaza pada Sabtu (7/6), dikutip dari kantor berita Al-Ahram.
Apakah Akan Dihentikan?
Menurut situs resmi Global March to Gaza, aksi tetap dijadwalkan mulai 15 Juni, dengan titik kumpul awal di Al-Arish, Sinai, dan long march selama beberapa hari menuju Rafah. Diperkirakan akan ada lebih dari 4.000 orang yang ikut serta, dengan fokus utama aksi damai menuntut akses kemanusiaan permanen ke Gaza.
Selain dari Mesir, di sisi barat, pada 9 Juni telah diberangkatkan Soumoud Convoy, iring-iringan kemanusiaan dari Tunisia melalui Libya menuju Rafah untuk mendukung gelombang aksi long march. Sekitar 1.000–1.500 peserta telah bergabung dan akan bergerak ke Mesir untuk bertemu delegasi lainnya.
Global March to Gaza menghidupkan kembali obrolan global yang acap dicibir dunia dan dianggap sebagai "aktivisme media sosial" semata. Lantas, bisakah warga sipil mendorong perubahan terhadap kebijakan kemanusiaan dunia? Jika berhasil, tentu saja bukan mereka yang menang, tapi kemanusiaan!
Kalau punya kesempatan, maukah kamu mengikuti aksi semacam ini, Millens? (Siti Khatijah/E07)
