Inibaru.id – Produsen produk perawatan bayi Johnson & Johnson dipastikan nggak akan lagi menjual bedak bayi mulai 2023. Sebelumnya, mereka sudah menghentikan produksi bedak bayi di Amerika Serikat dan Kanada pada 2020. Alasannya adalah karena turunnya penjualan secara drastis sekaligus adanya serangkaian tuntukan hukum dari konsumen.
“Kami telah membuat keputusan untuk beralih ke portofolio bedak bayi berbasis tepung jagung,” ungkap perwakilan Johnson & Johnson, Sabtu (13/8/2022).
FYI, dalam beberapa tahun belakangan, Johnson & Johnson mendapatkan lebih dari 38 ribu tuntutan hukum dari konsumennya. Mereka mengklaim bedak bayi produksi perusahaan ini mengandung asbes sehingga memicu kanker.
Pihak perusahaan tentu nggak asal langsung menerima tuduhan tersebut. Mereka menunjukkan hasil penelitian ilmiah yang membuat mereka bisa memproduksi bedak bayi selama puluhan tahun. Johnson & Johnson juga mengklaim bedak bayinya aman digunakan karena bebas kontaminasi asbes.
Tapi, ribuan tuntutan hukum sudah cukup untuk membuat kepercayaan konsumen terhadap produk Johnson & Johnson anjlok. Penjualan bedak bayinya menurun drastis dan akhirnya membuat mereka nggak lagi memproduksinya.
Mengenal Asbes yang Bersifat Karsinogenik
Menurut American Cancer Society, asbes atau bundel serat termasuk dalam kelompok mineral alami yang bisa ditemukan di tanah dan bebatuan. Meski sering dipakai sebagai campuran berbagai bahan yang dipakai untuk kebutuhan manusia, realitanya memang ada jenis asbes yang bersifat karsinogenik alias bisa menyebabkan kanker.
Jenis asbes tersebut adalah asbes chrysotile dan asbes amphibole. Keduanya banyak dipakai di dalam dunia industri.
Lantas, bagaimana cara asbes bisa menyebabkan kanker? Pakar kesehatan menyebut asbes bisa masuk ke tubuh manusia lewat udara yang sudah tercemar serat asbes dan dihirup saat bernapas. Serat asbes juga bisa masuk ke dalam tubuh lewat makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi.
Jika terhirup dalam jumlah banyak, asbes bisa menyebabkan kanker paru atau mesothelioma. Hal ini disebabkan oleh kemampuan serat asbes menembus lapisan paru-paru sekaligus mengiritasi sel paru alias pleura.
Selain itu, asbes juga disebut-sebut bisa meningkatkan risiko kanker laring dan faring, kanker perut, kanker usus besar, kanker ovarium, hingga kanker rektum.
Oleh karena itulah, kini semakin banyak pakar kesehatan yang menyarankan masyarakat untuk mengurangi atau bahkan nggak lagi menggunakan produk-produk berbahan asbes.
Padahal, di sekeliling kita produk dari asbes seperti atap rumah dan produk lain masih banyak digunakan, ya? Bisakah masyarakat pelan-pelan meninggalkan asbes yang berbahaya bagi kesehatan?(Kom/IB09/E10)